• Kolom
  • MEMORABILIA BUKU (19): Tiga Tahun Menyelenggarakan Hari Buku Sedunia di Bandung

MEMORABILIA BUKU (19): Tiga Tahun Menyelenggarakan Hari Buku Sedunia di Bandung

Tahun 2010, dunia industri buku (terutama Indonesia) sedang dalam kondisi memprihatinkan. Para pelaku perbukuan dalam kondisi realita bisnis yang carut-marut.

Deni Rachman

Pemilik Lawang Buku, pegiat perbukuan, dan penulis buku Pohon Buku di Bandung.

Penulis saat bersama panitia HBS 2010 dan peserta acara Berburu Harta Karun, penutupan acara dilangsungkan di selasar Museum KAA. Saat itu HBS 2010 bertepatan dengan HUT KAA ke-55. (Foto tanggal: 18/4/2010. (Foto: Dokumentasi HBS 2010).

22 November 2021


BandungBergerak.idTanggal 23 April diperingati sebagai Hari Buku Sedunia, dimulai Unesco sejak tahun 1995. Titimangsa peringatan itu mengacu pada tanggal 23 April 1616 untuk mengenang wafatnya sastrawan Cervantes, Shakespeare, dan Inca Garcilaso de la Vega, serta tanggal lahirnya para pengarang seperti Maurice Druon, K. Laxness, Vladimir Nabokov, Josep Pla, dan Manuel Mejia Vallejo.

Di Bandung, di tanggal itu selama tiga tahun berturut-turut, yakni 2008 hingga 2010, saya turut merayakan perhelatan dengan pelbagai kegiatan literasi. Sambil membuka ingatan dan berkas-berkas acara seperti poster, flyer, dan proposal, saya mengisahkan memorabilia ini. Memorabilia Buku (18) minggu lalu mengisahkan satu bagian acaranya saja. Dari perayaan itu ada suka dan duka, dan betapa pentingnya konsep, program acara, sumber daya, dan sumber dana. Satu sama lainnya saling menyokong, tak bisa tanggal.

Kenyataan di tahun 2010, dunia industri buku (terutama Indonesia) sedang dalam kondisi memprihatinkan. Para pelaku perbukuan mulai dari percetakan, penerbit, distributor, toko buku, dan pedagang buku ada dalam kondisi realita bisnis yang carut-marut. Biaya kertas yang mahal, royalti yang masih banyak masalah, daya beli masyarakat yang semakin menurun terhadap buku, krisis ekonomi global sejak dua tahun ke belakang, dan sistem distribusi buku yang tumpang tindih. Semua kondisi ini mengakibatkan harga buku menjadi semakin mahal diikuti oleh regulasi para pelaku buku yang semakin ketat.

Di Bandung, antara tahun 2008 hingga 2010 itu, banyak toko buku yang tutup. LawangBuku megap-megap sebagai distributor buku ketika Toko Buku Gramedia yang saat itu menjadi andalan pemasukan, menerapkan sistem aplikasi input B2B Web. Sistem input distribusi ini mewajibkan distributor membayar biaya admin secara berkala dan pengiriman buku baru harus ke Gramedia pusat di Jakarta.

Rapat-rapat kecil intensif dilakukan di ruang referensi Perpustakaan Balepustaka sepanjang bulan Maret-April 2010 (Foto: Dokumentasi HBS 2010).
Rapat-rapat kecil intensif dilakukan di ruang referensi Perpustakaan Balepustaka sepanjang bulan Maret-April 2010 (Foto: Dokumentasi HBS 2010).

Saya baru tahu kemudian, Gramedia pun mengalami kesulitan mengelola lebih dari 100 tokonya di seluruh Indonesia. Ia harus mengelola 40 ribu buku (belum termasuk stationeri) dan 2 ribu judul per bulan. Selain mengatur lini penerbitan internalnya, ia harus pula mengelola sekira 2 ribu distributor buku dan stationeri. 

Dengan rabat yang sudah besar ditambah ada biaya admin aplikasi B2B menambah berat operasional distributor. Setahun mencoba bertahan dengan sistem baru ini, penjualan buku bukannya malah meningkat, tetapi justru merosot tajam. LawangBuku sebagai distributor buku Gramedia (Merdeka, Paris Van Java, Istana Plaza, BSM) turut terdampak dan akhirnya harus tutup usaha.

Ada dua saluran kegiatan yang coba menjadi energi kuat tetap bertahan di dunia perbukuan yaitu pameran buku yang rutin diselenggarakan oleh Ikapi Jabar dan menyelenggarakan pelbagai kegiatan literasi. Kegiatan literasi tahunan di Hari Buku Sedunia inilah yang menjadi semacam pengingat bagi saya untuk tetap merayakan buku, sekaligus berempati terhadap kondisi perbukuan saat itu.

Tema Hari Buku Sedunia (HBS) tahun 2010 mengambil tema "Mendadak Membaca". Berbeda dari tema sebelumnya yaitu Buku untuk Perdamaian (2008) dan Puspawarna Pustaka (2009). Diharapkan dengan tema Mendadak Membaca ini, masyarakat termasuk pelaku perbukuan disadarkan akan satu terobosan atau semangat baru untuk tetap berproses ‘membaca zaman’ ketika kondisi perbukuan sedang lesu.

Peran komunitas dan masyarakat yang masih peduli terhadap dunia literasilah yang menjadi corong utamanya. Masyarakat disodorkan dengan satu alternatif acara yang menawarkan program-program literasi yang mudah diakses dan murah. Diksi ‘mendadak’ dipilih sebagai satu sindiran, setidaknya hanya dalam satu hari saja dalam setahun mari kita sempatkan membaca buku sekaligus membaca kritis kondisi perbukuan.

Tempat pelaksanaan Hari Buku Sedunia 2010 dipecah menjadi 3 tempat yaitu di Perpustakaan Balepustaka, Perpustakaan Dekranasda Jabar, dan Museum Konperensi Asia-Afrika (MKAA). Dua tahun sebelumnya hanya bertempat di Perpustakaan Balepustaka saja. Yang menjadi penghubung (bridging) antara Balepustaka dengan MKAA yaitu dua acara napak tilas sejarah toko buku di Bandung. Kegiatan di luar kota Bandung akan dilangsungkan di daerah Bandung Selatan dengan pembentukan perpustakaan mini di wilayah dekat korban banjir.

Baca Juga: MEMORABILIA BUKU (9): Pameran Buku di Landmark Bandung sejak 2003 sampai Dihentikan Pandemi
MEMORABILIA BUKU (10): Keakraban Pasar Buku Sabuga 2006
MEMORABILIA BUKU (11): Kenangan Toko Buku Djawa

Penulis sedang merekam penjelasan Ridwan Hutagalung ketika memandu acara Doeloe Kami Pernah Ada (napak tilas sejarah toko-toko buku di Bandoeng). Acara ini kolaborasi panitia HBS 2010 dengan Komunitas Aleut. (Foto: Dokumentasi HBS 2010).
Penulis sedang merekam penjelasan Ridwan Hutagalung ketika memandu acara Doeloe Kami Pernah Ada (napak tilas sejarah toko-toko buku di Bandoeng). Acara ini kolaborasi panitia HBS 2010 dengan Komunitas Aleut. (Foto: Dokumentasi HBS 2010).

Hari Buku Sedunia di Bandung

Berikut ini saya uraikan mata acara HBS 2010, untuk HBS 2009 mungkin akan saya kisahkan di memorabilia tersendiri, dan sayang sekali HBS 2008 datanya belum saya temukan. Kegiatan ini terangkai dalam 11 acara yang berlangsung sepanjang Maret hingga Juni 2010:

1. Sisihkan Buku Hadirkan Senyuman, April – 2 Mei 2010. Penyebaran Kotak Amal Buku di beberapa titik kota Bandung dan penyebaran buku ke daerah bencana banjir di Bandung Selatan. Penanggung Jawab: Irani Hoeronis, Asisten: Mulyati.

2. Berburu Harta Karun, Minggu pagi, 18 April 2010, berupa permainan seru layaknya mencari jejak ala pramuka, mencari 5 eks toko buku zaman Hindia Belanda sepanjang Jalan Braga, Jalan Lembong, dan Jalan Asia Afrika. Harta karun akan ditempatkan di rute terakhir di M Penanggung Jawab: Yostiani Noor Asmi Harini, Asisten: Angy Sonia.

3. Doeloe Kami Pernah Ada, Minggu, 25 April 2010, berupa napak tilas ke-5 eks toko buku zaman Hindia Belanda sepanjang Jalan Braga, Jalan Lembong, dan Jalan Asia Afrika. Saat itu panitia HBS menggandeng Komunitas Aleut guna memandu acara ini. Penanggung jawab: Lathifah Qulbiy, Asisten: Reno Wulan Sari.

4. Training Manajemen Perpustakaan, 23 Maret – 9 Mei 2010 bertempat di Perpustakaan Jabar Craft Center, Jalan Ir. H. Juanda 19. Acara ini merupakan koordinasi antara Dekranasda Jabar dengan ProPublic.info. Mengetengahkan materi-materi pengetahuan dan keterampilan mengelola perpustakaan sederhana. Penanggung Jawab: Agung Yuwanda.

5. Tadarusan Buku, April – Juni 2010: Tadarusan Buku Bandung Connection karya Dr. Roeslan Abdulgani di MKAA (Pemandu: Adew Habsta), Tadarusan Buku Ajip Rosidi di Rumah Baca Buku Sunda (Pemandu: Didin Tulus), Tadarusan Buku Putu Wijaya di Perpustakaan Balepustaka (Pemandu: Margaretha Nita A.), Tadarusan Buku Kumpulan Cerpen Gelora Api 26 di Perpustakaan Ultimus (Pemandu: Deni Rachman).

6. Extension Course “Semiotika”, 1 – 29 April 2010, Setiap Senin & Kamis petang di Perpustakaan Balepustaka. Kursus ini merupakan kajian ilmu semiotika yang mempelajari ilmu tanda dan makna. Semiotika sangat dibutuhkan oleh semua orang terutama dalam hal berkomunikasi. Penanggung jawab: Deni Rachman.

7. Belajar “Print on Demand” bersama Tarlen Handayani, 22 April 2010, Pukul 15.30 – 18.00 WIB di Perpustakaan Balepustaka. Workshop ini merupakan kegiatan yang hendak memperdalam dunia percetakan yang sedang trend saat itu yaitu mencetak buku sesuai pesanan Penanggung jawab: Margaretha Nita A.

8. Aksi & Seni “Lawan dengan Buku”, Minggu, 25 April 2010, di depan Gedung Merdeka bersama Ihung Cianda, Evi S.R., Rahmat Jabaril, Adew Habtsa, Heliana Sinaga, Iman Budi Susu, Mayang Mae, Untung Wardoyo, Galih, para penerbit, dan pedagang buku. Acara ini merupakan salah satu acara penghujung yang ingin menyuarakan aspirasi para pelaku perbukuan yang didukung oleh para seniman Bandung. Sasaran aksi ini adalah publik, media massa, dan lembaga-lembaga yang terkait dengan dunia perbukuan. Penanggung jawab: Adew Habtsa.

9. Mendadak Murah, 18 – 25 April 2010, Pukul 09.00 – 16.00 WIB di Selasar Museum KAA. Acara bazaar buku ini merupakan ajang untuk bertransaksi dan komunikasi antara pedagang buku dan konsumen. Penanggung jawab: Didin Tulus, Asisten: Indra Prayana.

10. Bincang-bincang Sore: Membaca “Gedung Sate”, 23 April 2010 di Aula Dekranasda Jabar. Acara bedah buku ini mengundang penulis Sudarasono Katam dan mengupas buku Gedung Sate yang memuat informasi terbaru bagi warga Bandung yang hendak memperingati 200 tahun kotanya. Penanggung jawab: Jiman Suhadi, Asisten: Anarima Savitri, Monalis Apriami, Yayan.

11. Nonton Mendadak, 19 - 22 April 2010 di Aula Jabar Craft Center, SMK IT Boarding School Daarut Tauhiid, dan Ultimus. Acara ini merupakan kegiatan rutin yang selalu memberikan apresiasi terhadap para sineas dalam maupun luar negeri yang konsen terhadap tema-tema perbukuan. Penanggung jawab: Nadia Nanini, Asisten: Ajeng Yeni S.

Sumber daya panitia teknis saat itu disokong oleh 20 orang relawan berasal dari anggota kedua perpustakaan (Balepustaka & Dekranasda Jabar). Selain berbagi tugas seperti menjadi penanggung jawab di atas, disusun sebuah kepanitiaan sebagai berikut:

Penanggung Jawab: Netty Prasetiyani Heryawan (Ketua Minat Baca Masyarakat), Puji Wiranti (Kepala Perpustakaan Balepustaka), Isman Pasha (Kepala Museum KAA)

Panitia Pengarah: Farid Muttaqien (Divisi Program Dekranasda Jabar), Arahman Ali (Indonesia Muda), M. Sasmita (Rumah Baca Buku Sunda)

Ketua Pelaksana: Deni Rachman

Sekretaris: R. Tina Dwiyanti Setyawati

Bendahara: Eka Komalasari Adiwilaga

Sekjen: Marghareta Nita Andrianti

Tim Desain: Nadia Nanini dan Erithethird (kontributor ilustrasi poster)

Poster Hari Buku Sedunia 2010 yang mendapat sumbangan ilustrasi ciamik karya Erithethird dan ditata ulang menjadi sebuah poster oleh Nadia Nanini (Foto: Dokumentasi HBS 2010).
Poster Hari Buku Sedunia 2010 yang mendapat sumbangan ilustrasi ciamik karya Erithethird dan ditata ulang menjadi sebuah poster oleh Nadia Nanini (Foto: Dokumentasi HBS 2010).

Sedangkan sumber dana dihimpun dari pengajuan proposal ke perpustakaan Balepustaka, Dekranasda Jabar, donasi, penjualan buku, dan dari biaya pendaftaran acara.

Ada pun komunitas dan lembaga yang turut menyokong HBS 2010 yaitu: Asian African Reading Club, Balepustaka, Dekranasda Jabar, ProPublic.info, Rumah Baca Buku Sunda, MKAA, Cupumanik, World Book Day Indonesia, Kiblat Buku Utama, Mahanagari, FSK FSRD ITB, Tobucil, Majelis Sastra Bandung, Ultimus, SMK IT Boarding School Daarut Tauhiid, dan Balai Bahasa Bandung.

Mengingat banyaknya mata acara di kegiatan HBS ini, berefek pada sumber daya panitia dan pendanaan. Di tengah jalan beberapa panitia ada yang mundur teratur bahkan ada yang menghilang tiada kabar. Dari sisi dana, di akhir kegiatan kas tercatat minus.

Yang menjadi catatan penting dan evaluasi bagi saya, terutama soal persiapan termasuk penggalangan dana yang seyogyanya sudah dimulai sejak 6 bulan sebelum Hari-H. Ketika dana sudah terkumpul, eksekusi acara baru bisa dikebut dalam waktu 1 bulan. Semangat para relawan, menjadi satu pemicu kuat guna menuntaskan acara ini. Terima kasih dan salam respek, kawan-kawan!

Di tahun-tahun setelahnya, saya tidak meneruskan kegiatan HBS ini karena sudah mulai fokus menyiapkan berdagang buku di Baltos. Namun yang menjadi pengalaman berharga seperti apa yang dibilang oleh Muhidin M. Dahlan, pentingnya 3 D (Daya, Data, Dana) untuk segala hal pengelolaan kegiatan literasi. Salambuku!

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//