• Kampus
  • Rumah Sakit Akademik UGM Siap Kembangkan Pelayanan Medis Berbasis Alam

Rumah Sakit Akademik UGM Siap Kembangkan Pelayanan Medis Berbasis Alam

Bentuk medical tourism yang dikembangkan RSA UGM memadukan unsur kesehatan dan pariwisata. Hutan Wanagama akan dipilih menjadi lokasi medical tourism.

Rumah Sakit Akademik UGM, Yogyakarta.(Dok.UGM )

Penulis Sarah Ashilah13 Desember 2021


BandungBergerak.idKemajuan teknologi di bidang medis rupanya belum cukup menyokong pelayanan kesehatan manusia. Terapi pengobatan saat ini pun membutuhkan pendekatan dari sektor lain, misalnya alam dan pariwisata. Ini yang coba dikembangkan Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM) yang mencetuskan layanan medical tourism.

Medical tourism merupakan layanan yang memadukan unsur kesehatan dan pariwisata. Direktur Utama RSA UGM, Darwito, menuturkan program medical tourism yang mereka kembangkan adalah forest healing, yaitu medical tourism yang memanfaatkan alam (hutan) sebaga bagian dari terapi.

Melansir dari laman resmi UGM, metode forest healing yang dikembangkan UGM ini nantinya akan dilakukan di hutan Wanagama. Hutan Wanagama diketahui sudah memiliki penginapan serta jalur sepeda. Terdapat pula objek-objek alam seperti sungai.

Bukan hanya Hutan Wanagama, forest healing juga dapat dilakukan di pantai, tengah pulau, danau, maupun objek wisata alam lainnya. Mengingat di sekitaran Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdapat banyak wisata alam populer, Darwito mengklaim RSA UGM mumpuni untuk mengembangkan pengobatan jenis baru tersebut. 

“Contohnya semisal ada suatu kantor yang hendak melakukan perjalan wisata untuk meningkatkan produktivitasnya yang mengalami penurunan, maka perlu healing kan. Healing itulah yang kemudian kita garap, sehingga nanti ketika sudah bekerja lagi, peserta dapat memiliki stamina tinggi dan fresh, daripada pergi traveling tanpa arah,” ucap Darwito, dalam Talkshow “Medical Tourism and Wellness Centre - Tik Talk Eps.26” yang disiarkan melalui kanal Youtube Rumah Sakit Akademik UGM, Rabu, (8/12/2021).

Darwito menuturkan, metode forest healing sudah dikembangkan di Jepang dan Korea Selatan. Ia berharap, setelah UGM berhasil mengembangkan metode ini, rumah sakit lainnya juga dapat mengembangkan program serupa dengan pemanfaatan potensi wisata daerah masing-masing.

Dalam menjalankan program medical tourism-nya, RSA UGM akan bekerja sama dengan GAMA Wisata, sebuah perusahaan biro perjalanan wisata di bawah naungan UGM. GAMA Wisata akan mengurus keperluan perjalanan seperti tiket, akomodasi, dan penginapan. Sementara RSA UGM akan mengurus persoalan penyembuhan, seperti fisioterapi, psikolog, dan tenaga medis lainnya.

Baca Juga: Mengenal Teknologi Vaksin Covid-19 Bersama Ilmuwan Diaspora Indonesia
Ilmuwan Dunia Menjawab kapan Pandemi Covid-19 Berakhir atau kembali Memburuk

Riset tentang Forest Healing

Mengacu pada International Journal of Environmental Research and Public Health Shinrin-Yoku (Forest Bathing) and Nature Therapy: A State-of-the-Art Review, praktik penyembuhan medical tourism pertama kali diperkenalkan oleh tradisi Jepang, di mana manusia menyatukan dirinya dengan alam.

Di Jepang terdapat program bernama Shinrin-Yoku di mana para pesertanya melakukan menyembuhkan diri lewat bantuan alam. Sepanjang tahun 1980-an, metode ini menjadi bagian yang amat penting di dalam sistem kesehatan dan penyembuhan di Jepang. 

Jurnal tersebut mencatat sejumlah laporan penelitian Shinrin-Yoku di Jepang, bahwa metode forest healing dapat meningkatkan sistem kekebalan imun tubuh, memperkuat sistem kardiovaskular, menurunkan risiko kanker, hipertensi, penyakit jantung koroner, alergi, depresi, dan kecemasan. Forest healing juga dapat membantu mereka yang memiliki gejala Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD).

Para penulis jurnal yang terdiri dari Margaret M. Hansen, Reo Jones, dan Kirsten Tocchini dari School of Nursing and Health Professions, University of San Francisco, USA, itu memaparkan bahwa seseorang yang tinggal dan banyak berinteraksi dengan ruang terbuka hijau, dilaporkan akan lebih berstamina, memiliki kondisi tubuh sehat, serta mempunyai tujuan arti hidup yang lebih jelas.

Berbagai penelitian secara sains juga menemukan, pada dasarnya tubuh manusia yang berasal dari alam secara intuitif mengetahui jika alam memiliki manfaat luar biasa terhadap otak manusia. Hal ini juga akan meningkatkan kebahagiaan sebagai seorang manusia.

Para ilmuwan juga melakukan penelitian berdasarkan catatan sejarah, bahwa di tengah hiruk-pikuk suasana urban Persia pada 2500 tahun lalu, kaisar Cyrus Agung membangun taman-taman hijau untuk meningkatkan kesehatan manusia di tengah kota yang sibuk.

Selain Cyrus Agung, Paracelsus seorang dokter berkebangsaan Swiss-German di abad ke-16, berpendapat bahwa seni menyembuhkan sejatinya berasal dari alam, dan bukan dari seorang dokter. Pendapatan-pendapatan inilah yang memicu penulis jurnal untuk melakukan penelitian terkait manfaat forest healing kepada kesehatan manusia modern.

Salah satu kegiatan peserta forest healing yang diteliti para ilmuwan adalah berkebun. Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa detak jantung dan tekanan darah partisipan forest healing mengalami penurunan setelah mereka berkebun. Penurunan detak jantung dan tekanan darah ini menandakanabhwa tubuh partisipan lebih santai.

Temuan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tsunetsugu. Dari 12 orang pria dan 17 orang wanita berusia di atas 40 tahun, semuanya mengalami penurunan detak jantung dan tekanan darah setelah menjalani forest-therapy program. Studi ini membuktikan bahwa metode penyembuhan berbasis alam ini memang memiliki dampak yang baik pada sistem kardiovaskular.

Lebih jauh lagi, penelitian membuktikan bahwa orang dewasa yang didiagnosa Diabetes Melitus Tipe II (DMII), mengalami pengurangan kandungan glukosa di dalam darahnya setelah menjalani terapi alam.

Sementara itu, dalam segi psikis, forest healing terbukti memiliki manfaat. Ini diketahui dari 498 orang partisipan di Jepang yang seluruhnya menderita stres kronik. Stres pada mereka dinyatakan berkurang secara signifikan. Partisipan tidak lagi berlaku buruk, merasa depresi, dan hilangnya kecemasan yang mereka rasakan selama ini.

Penelitian lantas menyimpulkan bahwa metode penyembuhan alam ini dapat digunakan untuk permasalahan psikologis lainnya seperti, depresi kronik, permasalahan emosional, alkoholisme, dan gangguan tidur.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//