• Cerita
  • Jerih Payah Warga Kampung Cibarani untuk Bangkit dari Pagebluk

Jerih Payah Warga Kampung Cibarani untuk Bangkit dari Pagebluk

Pagebluk Covid-19 adalah cobaan umat manusia agar bisa bangkit dan beradaptasi. Hal ini yang berusaha dilakukan warga kampung Cibarani, Bandung.

Sungai Ci Kapundung yang melintasi Kampung Cibarani, Kota Bandung, Minggu (19/12/2021). (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Penulis Reza Khoerul Iman29 Desember 2021


BandungBergerak.id – Geliat warga Kampung Cibarani, Bandung, dalam mengembangkan potensi wilayahnya sedang bergairah-gairahnya. Tetapi itu dulu sebelum pagebluk Covid-19 menggebuk. Kini, kampung di utara Teras Cikapundung itu sunyi. Para pegiat kampung berusaha bangkit.

Pada akhir 2020, di Kampung Cibarani terbentuklah perkumpulan yang begitu antusias berupaya mengembangkan potensi Kampung Cibarani, “Sebutlah dengan Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani,” ungkap Derry Joaniva (19), kepada BandungBergerak.id, pertengahan Desember lalu.

Derry merupakan salah seorang pengelola dari perkumpulan Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani. Menurutnya, namun perkumpulan ini dipimpin Kang Irsan yang saat sedang berada di Amerika.

“Sekarang ketuanya lagi di Amerika. Di sana ia juga berupaya untuk memperkenalkan kampung Cibarani kepada dunia lewat event-event yang diselenggarakan di Amerika. Selain itu ada juga misi besarnya, yaitu ingin membuka pasar Indonesia di Amerika,” tutur Derry.

Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani telah memberikan andil yang cukup signifikan terhadap perkembangan wilayahnya. Program yang digulirkan pun selalu melibatkan warga, hal ini senada dengan tagline yang mereka bunyikan, “bersama-sama dengan masyarakat dan kader lokal, kami melaksanakan program dengan perencanaan partisipatif, dan program-program yang komprehensif dan integral”.

Adapun beberapa program yang mereka gulirkan, di antaranya terdapat Urban Farming atau Buruan Sae yang merupakan kegiatan pelestarian lingkungan dengan cara menanam tanaman, berternak ikan lele, dan perbaikan lahan untuk dilestarikan. Hasil Buruan SAE akan disuplay ke rumah makan, kafe, atau hotel melalui kerjasama yang dibentuk dalam program “Piring Bicara”.

Selain itu, di akhir pekan mereka secara rutin mengadakan kegiatan Weekly Organic Market, yaitu sebuah pasar yang mengusung konsep pasar sehat edukasi organik. Dengan adanya pasar ini, diharapkan dapat membantu menambah pendapatan warganya, meningkatkan kesadaran lingkungan dengan memberikan edukasi, dan meningkatkan potensi wisata di sana.

Sebagai permukiman yang terletak di bantaran Ci Kapundung, mereka sadar akan pentingnya melakukan konservasi lingkungan, khususnya di lingkungan sungai. Dalam hal itu, mereka memiliki program Sustainable Cikapundung yang bertujuan untuk membangun kelestarian Ci Kapundung.

Kemudian untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan warganya, setidaknya ada dua bentuk program yang bentuknya berupa edukasi, yaitu Kampung Edukasi Wisata dan Pelatihan & Pemberdayaan Masyarakat Lokal. Mereka juga berupaya mengenalkan berbagai kesenian tradisional dan budaya kepada warganya, terutama anak muda. Hal ini disebabkan karena banyaknya anak muda yang tidak mengetahui kesenian tradisional dan budayanya sendiri.

Namun sayang seribu sayang, seluruh program tersebut telah tiada akibat pagebluk Covid-19.

Kegiatan di Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani, Kota Bandung, Minggu (19/12/2021). (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)
Kegiatan di Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani, Kota Bandung, Minggu (19/12/2021). (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Semua karena Pagebluk Covid-19

“Dulu banyak orang silih berganti berhamburan datang ke sini, terutama ketika Sabtu dan Minggu. Kalau sekarang paling cuman para sepeda dan beberapa orang yang sekadar lari pagi atau anak-anak yang bermain di Watervang Leuwilimoes,” tutur Derry Joaniva.

Tak dapat terduga, wilayah Kampung Cibarani yang dulunya didatangi banyak pengunjung, kini sepi sunyi karena pagebluk. Hanya suara gemuruh Ci Kapundung dan pepohonan yang diterpa angin yang meramaikan kampung tersebut.

“Kalau dari segi kegiatan mah, kendalanya emang pandemi. Semua itu berawal ketika pemberlakuan PPKM dan pada waktu itu Kampung Cibarani dapet peringatan dari kelurahan terkait pelarangan kegiatan,” ucap Derry.

Akibat dari vakumnya kegiatan Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani dapat dirasakan ketika berkunjung ke sana, di antaranya kolam konservasi ikan dan terapi ikan menjadi tidak terurus, bahkan dapat dikatakan kolam tersebut kini telah tercemar. Saung yang menjadi pusat kegiatan juga menjadi sepi sunyi, bahkan memerlukan perbaikan.

Namun yang paling terasa dampaknya adalah sumber daya manusia (SDM) mereka satu per satu berkurang dan kini hanya menyisakan tiga orang. Akibatnya ketika mereka ingin kembali mengaktifkan programnya, mereka harus bersusah payah dalam melakukannya.

Kondisi tersebut tidak membuat Derry dan kedua kawannya menyerah untuk mengaktifkan program Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani. Ia mengaku akan menyelenggarakan acara di sana dalam waktu dekat. Ia hanya berharap kegiatan mereka dapat segera kembali bergulir sebagaimana biasanya.

Baca Juga: CERITA VISUAL: Jejak Freemason di Kota Bandung
CERITA ORANG BANDUNG (46): Uje, dari Mesin Jahit Belok Kiri ke Bengkel Motor Roda Tiga
Bernostalgia di Pasar Rakyat The Panas Dalam

Kegiatan di Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani, Kota Bandung, Minggu (19/12/2021). (Foto: Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani)
Kegiatan di Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani, Kota Bandung, Minggu (19/12/2021). (Foto: Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani)

Watervang Leuwilimoes hingga Kucing Hutan

Wilayah Kampung Cibarani merupakan lingkungan hijau di tengah padatnya pembangunan Kota Bandung. Menurut kesaksian warga, dulunya wilayah tersebut masih berupa persawahan yang terletak di bantaran Ci Kapundung.

Selain itu, warga di sana memiliki tempat yang memiliki unsur historical dan menjadi destinasi untuk bermain bahkan berenang, yaitu Watervang Leuwilimoes, yang menjadi pintu air sungai Ci Barani. Warga sekitar meyakini watervang tersebut sudah berdiri sejak tahun 1929.

Wilayah lingkungan hijau membuat daerah tersebut masih dilingkup oleh pepohonan besar hingga berbagai hewan. Penemuan satu induk kucing hutan dan dua anaknya di Ci Kapundung sempat menghebohkan warga di sana. Segera saja warga di sana menyerahkannya kepada yang berwajib, yaitu Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Namun menurut informasi, induk kucing hutan tersebut dinyatakan terlepas. Warga meyakini munculnya kucing hutan disebabkan akibat habitatnya terganggu oleh aktivitas manusia.

Kampung Cibarani menyadarkan warga Kota Bandung akan upaya pelestarian lingkungan. Pembangunan kota yang tidak dapat dihentikan dan kurangnya edukasi terhadap lingkungan sangat mengancam alam yang dimiliki Kota Bandung. Melalui Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani, semua isu tersebut sedang mereka perjuangkan, berawal dari wilayah mereka sendiri.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//