• Ruang Terbuka Hijau
  • Memanfaatkan Air Hujan sekaligus Mengantisipasi Banjir dengan Lubang Resapan Biopori

Memanfaatkan Air Hujan sekaligus Mengantisipasi Banjir dengan Lubang Resapan Biopori

Musim hujan menjadi momen memanten air hujan untu diresapkan ke dalam tanah. Pembuatan lubang resapan biopori bisa menjadi pilihan.

Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai pemanfaatan Lubang Resapan Biopori di Desa Ciputri, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. (Dok. UI)

Penulis Iman Herdiana10 Januari 2022


BandungBergerak.idAwal tahun 2022, hujan masih sering mengguyur beberapa tempat. Oleh karena itu, potensi bencana seiring tingginya curah hujan masih harus diantisipasi. Selain itu, musim hujan juga sebagai kesempatan untuk memanen air dengan meresapkan air hujan tersebut ke dalam tanah.

Masalahnya, kota-kota besar, misalnya Bandung, ruang terbuka hijaunya sudah semakin sempit karena tingginya laju alih fungsi lahan. Salah satu solusi yang bisa dilakukan pada musim hujan ini dengan membangun lubang resapan biopori.

Potensi berbagai bencana yang mengancam akibat curah hujan, mendorong tim pengabdian masyarakat (pengmas) Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) untuk memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai pemanfaatan Lubang Resapan Biopori (LRB). Mereka melakukan hal itu di Desa Ciputri, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

“Kegiatan pengmas ini sepenuhnya adalah inisiatif mahasiswa Geografi UI untuk berkontribusi dalam memecahkan masalah lingkungan hidup. Kegiatan ini hanya mencakup sebagian kecil dari persoalan lingkungan dan sosial, yang dihadapi masyarakat, tidak seketika menjadi solusi,” kata Hafid Setiadi, dosen pembimbing di lapangan, mengutip laman resmi Universitas Indonesia, Senin (10/1/2022).

Rangkaian kegiatan ini melibatkan 17 warga Desa Ciputri, yang menerima sosialisasi dan edukasi mengenai kesadaran akan wilayah bencana. Selain itu, pemanfaatan lubang resapan biopori serta mendorong secara aktif, program perawatan lubang resapan biopori agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang berkelanjutan.

Sementara itu, Dudin selaku Ketua RW 09 juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim pengmas mengenai edukasi dan sosialisasi LRB ini. “Mahasiswa tersebut memberikan sumbangsih penanaman biopori. Kami tinggal merawatnya. Menanam itu masalah gampang, tetapi perawatan yang agak susah. Mudah mudahan yang telah dilakukan bermanfaat,” kata Dudin.

Kegiatan pemanfaatan lubang resapan biopori dinilai berperan penting untuk menanggulangi bencana banjir. Adanya LRB diharapkan menjadi suatu fungsi yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara langsung.  Manfaat LRB nantinya berupa meningkatkan daya serap air hujan ke dalam tanah, sehingga mampu mengurangi genangan air serta risiko banjir akibat meluapnya air hujan.

LRB dapat dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah organik biasa, dimana sampah-sampah organik tersebut akan diurai oleh biota tanah yang akan menghasilkan pupuk kompos untuk tanaman pertanian. Kerja sama akan terus berlanjut, terutama melalui dukungan semangat dan kebersamaan pemerintah dan masyarakat Desa Ciputri.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari Syahda Arquette Sedana, ketua tim pengmas, dibantu oleh 10 mahasiswa. Kegiatan ini dihadiri oleh Nia Novi Hertini, selaku Kepala Desa Ciputri, dan di kawal oleh aparat keamanan desa.

”Mudah-mudahan program ini bisa berkelanjutan dan sebagai stimulan kepada masyarakat untuk bisa memanfaatkan biopori di kehidupan mereka,” ujar Nia Novi Hertini.

Baca Juga: Pemerintah Mengabaikan Masyarakat Terdampak Pertambangkan
Sampah Mikroplastik tak Kasat Mata Banyak Ditemukan di Pantai Pangandaran
Menyelamatkan Hutan Indonesia dengan Teknologi dan Moratorium

Pemanfaatan air hujan diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Pemanfaatan Air Hujan pasal 3 yang menyebutkan bahwa setiap penanggungjawab bangunan wajib melakukan pemanfaatan air hujan. Dijelaskan juga bahwa pemanfaatan air hujan dapat dilakukan dengan membuat biopori, yaitu lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas organisme di dalamnya seperti cacing, perakaran tanaman, rayap, dan fauna tanah lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.

Dalam jurnal ilmiah “Pembuatan Lubang Resapan Biopori sebagai Upaya Edukasi Lingkungan” yang ditulis Firlawanti Lestari Baguna, Fadila Tamnge, Mahdi Tamrin, dari Universitas Khairun, dijelaskan lubang resapan biopori diharapkan dapat memberikan manfaat ekologi dan ekonomi bagi masyarakat.

Manfaat LRB secara ekologi yaitu dapat mencegah banjir, sebagai tempat pembuangan sampah organik, menyuburkan tanaman, dan meningkatkan kualitas air tanah. Sedangkan manfaat ekonomi LRB adalah untuk efektivitas penggunaan lahan untuk menanam sampah organik, selanjutnya pupuk organik padat yang dihasilkan dapat digunakan sebagai input produksi pada lahan pertanian sehingga dapat mengurangi biaya produksi petani.

“Adapun permasalahan-permasalahan yang diidentifikasi yaitu rendahnya pengetahuan masyarakat terkait pemanfaatan air hujan serta pengelolaan sampah di masyarakat yang mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga. Pemanfaatan air hujan bertujuan untuk meningkatkan jumlah resapan air tanah, menghemat penggunaan air tanah, dan mengurangi run off,” papar para peneliti.

Padahal pemanfaatan air hujan dapat dilakukan menggunakan teknologi yang murah dan sederhana, yaitu biopori berbahan pipa paralon ukuran 40 centimeter diameter 4 inci, tutup pipa, alat bor, bor khusus tanah, dan pisau.

Biopori yang telah dibuat bisa menjadi tempat sampah organik. Tentunya pembuangan sampah ke biopori harus diawali dengan pemilahan, dipisahkan antara sampah yang mudah membusuk (organik) dan sampah yang tidak mudah membusuk (anorganik). Sampah organik dapat dijadikan kompos di biopori dan sampah anorganik dapat didaur ulang.  

Editor: Redaksi

COMMENTS

//