• Berita
  • Bandung Mewaspadai Varian Omicron, dari Pembatasan Mobilitas hingga Vaksin Booster

Bandung Mewaspadai Varian Omicron, dari Pembatasan Mobilitas hingga Vaksin Booster

Bandung harus segera bersiap menghadapi potensi gelombang ketiga Covid-19 akibat varian Omicron. Selain fasilitas dan tenaga kesehatan, masyarakat jadi kunci.

Petugas kesehatan bersiap melayani pasien di ruang triase Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Bandung Kiwari di Kota Bandung, Selasa (11/1/2022). Rumah sakit pemerintah ini semula bernama Rumah Sakit Kesehatan Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Emi La Palau13 Januari 2022


BandungBergerak.id - Kasus baru virus corona varian Omicron telah masuk di Jawa Barat, dan semakin dekat ke kawasan Bandung Raya. Tercatat sedikitnya 14 warga dengan kartu tanda penduduk (KTP) Jabar yang terkonfirmasi, dengan rincian 10 orang di antaranya saat ini sedang diisolasi di Wisma Atlet, sementara 4 orang lainnya merupakan warga Kabupaten Bandung yang sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Al Ihsan, Baleendah.

Epidemiolog dari Insitut Teknologi Bandung (ITB) Nuning Nuraini memberi sorotan pada potensi kebanyakan orang yang akan terinfeksi tanpa gejala. Akibatnya, peta penyebaran virus tidak diketahui. Nuning menekankan pentingnya pembatasan mobilitas warga.

“Jadi ini yang sebenarnya harus diwaspadai, walaupun terlihat aman dalam tanda petik, belum terlihat lonjakan yang sangat drastis, tetapi tetap harus menjaga mobilitas,” ujarnya kepada Bandungbergerak.id, melalui sambungan telepon, Rabu (12/1/2021).

Kota Bandung, ditayangkan dalam situs https://covid19.bandung.go.id/, melaporkan peta pandemi yang relatif melandai dalam beberapa bulan terakhir. Per Selasa (11/1/2022) sore, tercatat hanya 19 kasus terkonfirmasi Covid-19 aktif. Terjad penambahan lima kasus dibandingkan laporan sebelumnya.

Nuning mengingatkan, varian Omicron bermutasi sangat cepat. Meski tingkat keganasan virusnya tak separah varian delta, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberi peringatan agar masyarakat tidak menyepelekan varian baru ini.

“Kehati-hatian itu masih harus kita pegang. Kewaspadaan itu belum boleh kita kendurkan karena potensi penyebarannya masih sangat tinggi begitu,” tambahnya.

Karantina, Isolasi Mandiri, dan Oksigen Medis

Nuning Nuraini juga menyarankan agar seluruh fasilitas kesehatan mulai bersiap menghadapi varian Omicron dan kemunginkan gelombang ketiga. Di antaranya dengan kembali menyediakan tempat karantina atau isolasi mandiri serta mengecek ketersediaan pasokan oksigen medis dua hingga tiga bulan ke depan. Yang tidak kalah penting adalah kembali menggiatkan sosialisasi ke masyarakat.

“Ketika (gelombang ketiga) itu tidak terjadi kita sangat bersyukur. Tapi ketika terjadi, jangan sampai kita mengulangi kondisi di pertengahan tahun 2021 lalu,” ungkapnya.

Sejalan dengan Nuning, dokter penangan Covid-19 RSHS Bandung, Anggaraini Alam, mengingatkan bahwa yang harus bersiap tak hanya fasilitas kesehatan, baik rumah sakit maupun puskesmas, tetapi juga masyarakat. Pada kenyataannya, mayarakat adalah garda terdepan dan dalam pencegahan penularan virus corona.

Menurut Anggi, demikian Anggraini Alam akrab disapa, masyarakat sudah mulai harus mengubah pemikiran bahwa varian Omicron tidak lebih berbahaya dari varian delta dan menganggapnya enteng. Penularan yang sangat tinggi, lalu menyebabkan kasus tinggi, pada akhirnya memaksa banyak orang membutuhkan layanan rumah sakit. Amerika, misalnya, yang memiliki fasilitas kesehatan memadai berikut alat-alat yang canggih, mencatatkan angka kematian di 0,1 sampai 0,2.  

“Kalau (kasus) melonjak, pada akhirnya faskes juga akan kewalahan. Kita kan hampir kolaps Juni, Juli, Agustus lalu,” tuturnya.

Terkait kesiapan menghadapi kemungkinan gelombang ketiga akibat varian Omicron, Anggi menegaskan bahwa RSHS Bandung tidak punya pilihan selain selalu bersiap.

“Bismillah, kami, kita tidak menantang, berharap tidak (peningkatan kasus), tetapi ya kami sebagai rujukan utama di Jabar, insyaallah, para jajaran direksi kami, menajerial kami, siap,” ungkapnya.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Sepekan setelah Liburan, Belum Terlihat Kenaikan Kasus Covid-19
WHO Mengingatkan Jangan Anggap Ringan Varian Omicron, Indonesia Perlu Mewaspadai Multirisiko Pandemi Covid-19
Membandingkan Bahaya Varian Omicron dengan Delta

Strategi Kota Bandung

Kepada Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanagara mengungkapkan, Bandung bersiap menghadapi kemungkinan penyebaran virus varian omicron lewat pelacakan (tracing) dan pemantauan aktif terutama kepada pasien-pasien yang memiliki keluhan batuk pilek dan flu. Mereka segera diswab agar dapat diketahui kondisinya.

Dinkes Kota Bandung juga telah mengingatkan kepada satuan tugas (satgas) kewilayahan untuk mempersiapkan kembali tempat isolasi atau karantina yang akan digunakan oleh masyarakat jika tak dapat melakukan karantina di rumah.

Selain itu, surat juga kepada dikirimkan ke seluruh rumah sakit rujulan di Kota Bandung untuk bersiap-siap. Termasuk di dalamnya adalah menjaga perlindungan invekasi para tenaga kesehatannya, mengecek kembali kesiapan logistic, seperti oksigen, dan mulai merencanakan kembali persiapan tempat tidur khusus Covid-19 bila dibutuhkan ketika ada kenaikan kasus. Yang juga terus dikerjakan adalah percepatan vaksinasi.

Ahyani mengonfirmasi bahwa sampai saat ini belum ditemukan varian Omricon di Kota Bandung. Namun, ia meminta semua lapisan masyarakat tetap waspada.

“Kita semua diminta waspada dan meningkatkan disiplin dan mengantsipasi apabila terjadi kenaikan kasus,” ungkapnya kepada BandungBergerak.id, melalui sambungan telepon. 

Vaksinasi Booster Mulai Hari Ini  

Mengikuti Pemerintah pusat, juga sebagai ikhtiar dalam pencegahan kemungkinan gelombang ketiga, Pemerintah Kota Bandung menggulirkan program penyuntikan vaksin dosis ketiga atau booster kepada masyarakat dimulai hari ini, Kamis (13/1/2021). Penyuntikan vaksin booster akan dimulai di fasilitas kesehatan, yakni rumah sakit daerah dan puskesmas terdekat.

Ada beberapa kelompok warga yang diprioritaskan, salah satunya lansia. Namun secara umum, penyuntikan vaksin booster ini diperbolehkan kepada warga yang berumur di atas 18 tahun yang telah mendapat vaksinasi dosis kedua dengan jarak 6 bulan lalu.

Pemkot Bandung menargetkan 1,2 juta orang penduduk akan mendapatkan vaksin dosis ketiga. Adapun merek vaksin yang disediakan untuk booster, yakni Moderna, Pfizer, dan AstraZeneca. Masyarakat diminta untuk tidak memilih-milih vaksin booster.

Saat ini, vaksinasi dosis pertama di kota Bandung telah mencapai angka di atas 100 persen, sementara dosis kedua di atas 90 persen. Vaksinasi lansia berada di angka 79 persen, sementara anak usia 6-11 tahun berada di angka 37 persen.

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//