Rokok Membunuh atau Membantu Ekonomi Indonesia?
Uang dari industri rokok deras mengalir ke negara. Apakah industri rokok menguntungkan atau merugikan Indonesia?
Michelle Christie
Mahasiswi Universitas Katolik Parahyangan (Unpar)
10 Februari 2022
BandungBergerak.id - Rokok terdengar tidak asing di telinga kita. Uang dari industri rokok juga deras mengalir. Apakah rokok dapat merugikan Indonesia? Dengan cukai dan pajak yang dibayar kepada pemerintah, akankah dapat membantu perkembangan Indonesia?
Industri rokok bagai pedang bermata dua bagi Indonesia. Banyak orang yang menolak adanya industri rokok tetapi tidak sedikit orang mendukungnya. Banyak pro dan kontra terhadap pernyataan ini.
Rokok di satu sisi memberi kontribusi terhadap Indonesia dari cukai dan pajak rokok. Tetapi di sisi lain, rokok memberi dampak buruk kesehatan bagi masyarakat. Jika ditinjau kembali, masyarakat sudah tahu tentang bahaya mengkonsumsi rokok. Pemerintah pun telah menaikkan tarif cukai untuk mengurangi perilaku merokok. Tetapi hal tersebut tidak membuat konsumen berhenti merokok.
Kenaikkan tarif cukai dengan tujuan mengurangi perilaku merokok memberikan dampak terhadap naiknya pendapatan negara. Cukai Hasil Tembakau (CHT) mengalami kenaikan sebesar 45 persen. Tahun lalu (2020), jumlah CHT mencapai Rp 139,5 triliun. Angka yang tidak kecil untuk membantu perkembangan Indonesia. Hal tersebut memperlihatkan bahwa industri rokok menyumbang kontribusi ekonomi yang besar untuk negara. Tak hanya tarif cukai, tarif pajak pun membantu pendapatan negara.
Pajak yang dipungut dari industri rokok akan disetorkan kepada rekening kas umum daerah provinsi yang sesuai dengan Pasal 27 UU PDRD. Pajak rokok dipungut bersamaan dengan pemungutan cukai rokok oleh instansi pemerintah. Pemerintah pun berencana menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap produk hasil tembakau. Tetapi dengan adanya kenaikan PPN terhadap produk hasil tembakau berdampak kepada industri tembakau. Hasil industri tembakau yang terancam memberikan dampak buruk terhadap pendapatan negara.
Kenaikan PPN membuat anjloknya harga tembakau yang membuat para petani semakin sengsara. Penurunan harga pembelian dari pabrikan yang cukup signifikan dapat dirasakan oleh para petani tembakau. Hal tersebut telah dirasakan sejak tahun 2015 hingga saat ini. Selama pandemi dan kemarau basah, banyak petani yang rugi dan tidak mudah untuk bangkit. Berbeda dengan keadaan panen tembakau, harga pasar dapat naik hingga di kisaaran Rp 40.000 per kilogram, tetapi pada tahun pagebluk harga pasar masih jauh yaitu sekitar Rp 23.000.
Baca Juga: Peran Hukum Pendinginan Newton pada Pagebluk dan Kasus Pembunuhan
Penghapusan Penggunaan Batu Bara di Indonesia demi Masa Depan Anak Cucu
Menerapkan Konsep Arsitektur Tropis di Lingkungan Khatulistiwa
Rokok dan Ekonomi
Kesengsaraan para petani dan pekerja tidak berhenti sampai situ. Masalah kesehatan yang dirasakan seperti gangguan pernapasan, iritasi kulit, dan mata menimbulkan risiko bagi kesehatan dan keselamatan para petani dan pekerja. Dampak buruk kesehatan ini tak hanya dirasakan oleh mereka namun bagi para konsumennya. Krisis kesehatan yang tinggi ini mengakibatkan beban biaya kesehatan yang cukup besar bagi pemerintah. BPJS Kesehatan melaporkan bahwa penyakit akibat rokok memakan banyak anggaran asuransi kesehatan.
Hal ini memperlihatkan biaya akibat krisis kesehatan masyarakat Indonesia akibat rokok membebani negara. Krisis kesehatan masyarakat Indonesia mengakibatkan penurunan tahun produktivitas. Faktanya, kerugian makro ekonomi akibat kehilangan tahun produktivitas mencapai hampir Rp 600 triliun. Terlihat bahwa pajak dan cukai rokok yang diberikan tidak bisa menutup angka akibat dari perilaku merokok. Bukan hanya beban biaya yang dikeluarkan tetapi kehilangan waktu karena kesehatan adalah dampak negatif dari rokok. Tidak hanya itu, nilai untuk produksi rumah tangga pun hilang.
Mencari dampak yang sangat baik dari rokok sangatlah sulit. Semua akan dibandingkan dengan dampak buruk dari rokok. Merokok tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi merugikan lingkungannya, khususnya perekonomian Indonesia. Masalah ini membuat Indonesia sulit untuk berkembang menjadi negara maju. Jika dibiarkan perlahan-lahan akan membunuh Indonesia dari segi ekonomi.
Pemerintah perlu menyikapi masalah ini meskipun tidak mudah apalagi dengan tingginya angka perokok di Indonesia. Kebijakan, hukum, dan peraturan bagi industri rokok dan tembakau perlu ditegaskan. Meskipun tembakau adalah salah satu industri nasional terbesar di Indonesia bukan berarti mereka dilonggarkan dari banyaknya peraturan.
Tak hanya itu, pentingnya kesadaran masyarakat Indonesia akan perilaku merokok perlu diedukasi lebih lagi. Pengaruh yang sangat tinggi yang diberikan oleh industri rokok dan tembakau tidak memungkinkan pemerintah menghapus mereka, tetapi perlu upaya untuk meminimalkan dampak buruk akibat rokok.