• Cerita
  • Kecapi Kasih Sayang Anak Muda Bandung untuk Seniwati Enung Hermawati

Kecapi Kasih Sayang Anak Muda Bandung untuk Seniwati Enung Hermawati

Kecapi dan uang donasi dari warga Bandung itu diharapkan bisa mendukung seniwati penyandang disabilitas Enung Hermawati agar terus berkarya.

Pemberian kecapi hasil pengumpulan donasi oleh Komunitas 3x4m untuk seniwati Enung Hermawati, Minggu (13/02/2022). (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Penulis Reza Khoerul Iman14 Februari 2022


BandungBergerak.id – Di tengah padatnya Kampung Sukaluyu, Cangkuang Wetan, Kabupaten Bandung, muda-mudi dari Komunitas 3x4m riuh menyambut Andy Waluya Wartja yang membawa dua kecapi baru untuk seniwati Enung Hermawati, Minggu (13/02/22) sore.

Enung Hermawati adalah pemain kecapi yang biasa bermain di pinggir Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista), Kota Bandung. Di Kampung Sukaluyu, Bandung selatan itulah ia tinggal.

Sore itu, di rumah Enung para pegiat Komunitas 3x4m sibuk mempersiapkan acara syukuran pemberian dua kecapi baru. Nasi tumpeng dihidangkan, pertunjukan kecapi dipertontonkan, dan dua kecapi yang dibawa Andy Kiting tadi dipersembahkan ke hadapan Enung di rumahnya yang sederhana.

Acara tersebut merupakan lanjutan dari pertunjukan jalanan bertajuk “Suara dari Sudut Kota” yang dihelat oleh Andy alias Kiting dan kawan-kawan di Jalan Otto Iskandar Dinata, 3 Desember 2021.

Awalnya, Kiting menjelaskan, pihaknya akan mengadakan acara syukuran dan pemberian kecapi dua minggu selepas acara “Suara dari Sudut Kota”. Namun syukuran terpaksa ditunda karena Ibu Enung jatuh sakit dan harus dibawa ke kampung halamannya di Cikalong, Kabupaten Cianjur.

“Sebenarnya acara ini mau diadakan bulan Desember. Jadi open donasi itu dibuka sekitar dua minggu dan selama dua minggu tersebut hasilnya sudah terkumpul untuk Bu Enung. Namun waktu bulan Desember itu Bu Enung sakit dan beliau pulang ke Cianjur. Akhirnya kami cari jadwal yang sesuai dengan Bu Enung dan kawan-kawan, tadinya mau di hari Ibu tapi beliau sedang sakit,” tutur Kiting, kepada BandungBergerak.id, di kediaman Bu Enung.

Hasil yang terkumpul dari dua minggu tersebut di antaranya dua kecapi, satu dari Kang Adi Official dan satunya lagi dari Swarantara. Selain itu, materi yang berhasil terkumpul sebanyak 500 ribu Rupiah.

Uang tersebut mereka belikan untuk keperluan Bu Enung agar ia bisa berkarya dengan lebih mudah lagi, di antaranya troli dan peralatan lainnya yang diharapkan bisa mendukung seniwati penyandang disabilitas tersebut dalam berkarya.

Semua donasi diberikan dalam prosesi sederhana yang disambut gembira oleh Bu Enung. Sang seniman menyampaikan rasa syukur serta terima kasihnya kepada semua pihak yang telah peduli terhadap dirinya.

Baca Juga: “Suara dari Sudut Kota” Memperingati Hari Disabilitas Internasional di Bandung
Ramadan di Tahun Pagebluk (12): Cerita Tiga Barista Difabel Netra
Transpuan, Penyandang Disabilitas, dan Persma Berbicara: Jurnalis Mendengarkan

Pemberian kecapi hasil pengumpulan donasi oleh Komunitas 3x4m untuk seniwati Enung Hermawati, Minggu (13/02/2022). (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)
Pemberian kecapi hasil pengumpulan donasi oleh Komunitas 3x4m untuk seniwati Enung Hermawati, Minggu (13/02/2022). (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Wujud Kasih Sayang Masyarakat

Suara petikan kecapi dari panggung jalanan Bu Enung di Jalan Otto Iskandar Dinata, tepatnya di persimpangan Jalan Dalam Kaum dan Jalan Cibadak, mungkin tak asing lagi bagi warga Bandung yang sering melintas di sana.

Tiga puluh tahun lamanya sesosok Enung Hermawati setia menemani pejalan kaki dengan petikan kecapi cianjurannya di tengah kesibukan pusat keramaian Kota Bandung. Kiting merasa selama puluhan tahun itu tidak ada yang merespons kegiatan Bu Enung.

“Ya, ke depannya berharap semoga akan ada komunitas atau lembaga terkait yang mengangkat kembali sesosok Bu Enung,” harap Kiting.

Secara tidak langsung Kiting menyadarkan kepada khalayak umum jika teman-teman difabel ini merupakan teman kita yang bisa diajak untuk berkontribusi, baik itu berkarya atau berkolaborasi. Hal itu dibuktikan dengan pertunjukan jalanan “Suara dari Sudut Kota”.

Selepas menghelat “Suara dari Sudut Kota”, Kiting mengaku mendapat banyak respons dari banyak orang, khususnya warga Bandung. “Respons setelah acara di Otista itu banyak yang akhirnya sadar akan sesosok Bu Enung. Oh iya ibu yang di jalan ini, ya? Itu di mana, ya? Kemudian dari komunitas lain juga banyak yang support,” tutur Kiting.

Apa yang telah dilakukan Kiting dan kawan-kawan telah memancing simpati publik kepada Bu Enung. Pada akhirnya, wujud kasih sayang warga Bandung kepada Bu Enung dapat disampaikan dan disalurkan oleh kawan-kawan 3x4m melalui dua kecapi dan hadiah lainnya untuk Bu Enung.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//