• Cerita
  • CERITA ORANG BANDUNG (50): Bu Indawati, Pedagang Minuman di Alun-alun Bandung yang Terjebak PPKM

CERITA ORANG BANDUNG (50): Bu Indawati, Pedagang Minuman di Alun-alun Bandung yang Terjebak PPKM

Indawati biasa jualan di sekitar Alun-alun Bandung. Ia sangat berharap pada keramaian. Di masa PPKM Level 3, keramaian tersebut dilarang demi mengurangi penularan.

Indawati, ibu pedagang minuman di pusat Kota Bandung, Sabtu, (12/02/2022). (Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Penulis Reza Khoerul Iman15 Februari 2022


BandungBergerak.id – Barisan aparatur keamanan yang terdiri dari satuan polisi yang serba berbaju hitam dengan senjata di tangannya, dan polisi dengan rompi hijau yang biasa kita lihat di jalan raya, mulai melakukan aksi pembubaran ratusan orang di pusat Kota Bandung, Sabtu, (12/02/2022) malam.

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 telah bergulir sejak hari Senin lalu. Sehingga malam minggu itu, Pemerintah Kota Bandung mulai menetapkan aturan terkait penutupan di empat ruas Jalan Kota Bandung, di antaranya Jalan Dipati Ukur, Jalan Tamblong, Jalan Asia Afrika, dan Jalan Lengkong Kecil.

Alih-alih membuat efektif, penutupan sejumlah jalan di Kota Bandung malah menimbulkan permasalahan lain. Sepanjang satu kilometer lebih kendaraan roda dua dan roda empat memadati Jalan Tamblong sampai perempatan Jalan Lengkong Besar.

Bahkan sejumlah titik keramaian di Kota Bandung menjadi lautan orang-orang. Misalnya, kawasan Dalem Kaum dipadati pengunjung. Area Alun-alun, Jalan Asia Afrika, dan sekitarnya juga disesaki oleh para pencari rezeki dan wisatawan. Puluhan polisi yang berjaga kewalahan mengurusi membludaknya pengunjung. Wartawan televisi turut hadir memberitakan keriuhan tersebut.

Pemandangan itu tak luput dari perhatian Indawati, ibu pedagang minuman yang biasa menjajakan daganganny di pusat Kota Bandung. Ia dorong troli yang berisikan minuman sachet dan seperangkat alat penyeduhnya dari Jalan Pangarang menuju Alun-alun Bandung. Berharap di malam minggu yang dingin itu akan ada banyak orang yang membeli minuman hangat darinya.

Sekitar pukul 20.30 WIB, Indawati tiba di Alun-alun Bandung. Namun rupanya ia harus berlapang dada karena dagangannya tidak akan laris manis. Sebab tepat pukul 21.00 WIB satuan aparatur keamanan beraksi membubarkan kerumunan di sana.

“Ibu tahu kalau sekarang lagi PPKM. Tapi ibu gak tahu kalau kondisinya bakal seperti ini. Soalnya sudah dua hari kemarin ibu gak jualan,” ucap Indawati, sambil termenung duduk di depan Hotel 88, dekat gedung kuno Swarha.

Tempat itu cukup tertutup. Oleh karenanya Indawati memilih untuk menyimpan trolinya di depan hotel tersebut untuk menghindari teguran dari aparatur keamanan. Ia bingung. Apa harus pulang atau tetap bersikeras menjajakan dagangannya.

Indawati mengaku harus mencari rezeki untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Namun di sisi lain ia pasti tidak akan mampu melawan para aparatur keamanan itu.

Indawati pun pasrah dengan keadaan. Ia memutuskan untuk tetap menjajakan dagagannya. Jika aparat mendekat, ia akan bersembunyi.

Baca Juga: CERITA ORANG BANDUNG (47): Ating, Penjual Tanaman Hias Sezaman dengan Wali Kota Ateng Wahyudi
CERITA ORANG BANDUNG (48): Lia Sang Pengemudi Online, Gigih Bekerja demi Menguliahkan Anak
CERITA ORANG BANDUNG (49): Bi Mimin, Kuli Perawat Makam di TPU Pandu

Indawati, ibu pedagang minuman di pusat Kota Bandung, Sabtu, (12/02/2022). (Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)
Indawati, ibu pedagang minuman di pusat Kota Bandung, Sabtu, (12/02/2022). (Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Merantau dari Jawa Timur ke Kota Bandung

Ibu beranak dua ini datang ke Bandung dari salah satu kampung dekat Madiun, Jawa Timur. Ketika anak seumuran dirinya masuk SMP untuk melanjutkan pendidikan, Indawati memilih mencari pekerjaan di Kota Bandung. Berharap nasibnya akan lebih baik jika menetap di salah satu kota ternama di Jawa Barat.

Tahun 2002 ia menginjakkan kakinya di Kota Kembang. Beragam pekerjaan pernah ia geluti, sebelum menjadi pedagang minuman seperti sekarang ini, pekerjaan yang sudah ia geluti 9 tahun lalu.

“Ibu masih ingat, dulu datang ke Bandung tahun 2002 buat cari pekerjaan. Ibu pernah jadi babysister, penjaga toko, dan berbagai jenis pekerjaan lainnya. Sekarang ibu milih jualan saja. Sudah dari 2014 ibu jualan kayak gini,” tuturnya kepada BandungBergerak.id.

Sebelumnya, Indawati berjualan memakai keranjang. Semenjak pandemi, keranjang tersebut ia ganti dengan troli yang cukup besar menampung dagangannya. Troli itu ia dapatkan dari santunan pemerintah.

Sesekali jualan Indawati dibantu suaminya. Waktu berjualannya tidak pernah tentu. Kadang siang. Kadang malam. Kadang juga tidak pulang ke rumah karena ingin mendapat rezeki lebih untuk biaya anaknya yang sekarang sudah menginjak SMK.

Kini di tengah PPKM Level 3, bukannya istirahat atau berdiam diri di rumah untuk menjaga kesehatan, namun ia tetap harus turun ke jalan demi bisa bertahan hidup dari himpitan pagebluk, walaupun ia menghadapi rasa waswas akan larangan dari petugas keamanan.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//