Jangan Sepelekan Keluhan di Punggung, Bisa Fatal Akibatnya
Pada musim pandemi ini semakin banyak orang bekerja di rumah. Rupanya bekerja dari rumah juga berkontribusi menimbulkan penyakit terkait tulang belakang.
Penulis Iman Herdiana2 Maret 2022
BandungBergerak.id - Keluhan nyeri di punggung tidak bisa dianggap sepele. Salah-salah, bisa jadi keluhan tersebut tanda masalah di tulang belakang. Jika masalah ini yang terjadi, maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter ahli tulang untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Dokter ahli tulang yang juga dosen Departemen Ilmu Bedah FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM), Yudha Mathan Sakti, menjelaskan tulang belakang merupakan struktur yang vital dan kompleks, di mana salah satu strukturnya berfungsi untuk menjalankan jalur informasi antara alat gerak (kaki dan tangan) dan pusat intruksi (otak).
“Jadi, kalau kita bilang tulang belakang, itu bukan tulangnya saja tapi juga tulang dan segala struktur yang ada di sekitarnya. Segala sesuatu yang berpotensi untuk menganggu jalannya informasi antara alat gerak dan otak bisa menimbulkan gejala oleh penderita,” tutur Yudha, dikutip dari laman resmi UGM, Selasa (1/3/2022).
Yudha memaparkan bahwa penyebab cedera tulang belakang secara umum ada lima, yaitu karena bawaan atau kongenital, infeksi, trauma (jatuh yang mengakitbatkan trauma atau cedera pada tulang belakang yang melibatkan saraf), dan suatu proses kegananasan atau metabolisme.
Bekerja di Rumah
Pada musim pandemi ini semakin banyak orang yang bekerja di rumah atau work from home (WFH). Rupanya bekerja dari rumah juga berkontribusi menimbulkan tekanan pada saraf tulang belakang yang lebih tinggi atau disebut dengan penyakit hernia nukleus pulposus (HNP).
HNP menurut Yudha Mathan Sakti banyak dikenal dengan istilah saraf terjepit, yaitu penekanan saraf tulang belakang karena rusaknya bantalan tulang belakang.
“Work from home ini juga bisa menimbulkan cedera pada saraf tulang belakang. HNP atau saraf kejepit meningkat frekuensinya pada orang yang bekerja dalam posisi duduk, di mana kalau kita duduk beban itu tidak didistribusikan ke panggul atau lutut dan kaki. Jadi, 100 persen beban itu diterima tulang belakang, akhirnya bantalannya rusak dan menimbulkan saraf kejepit,” ujar Yudha.
Tulang belakang menurut Yudha terdiri dari 33 ruas dari pangkal kepala atau daerah leher hingga tulang ekor. Insiden lokasi terjadinya masalah tulang belakang banyak terjadi di daerah yang tidak terlalu stabil atau tidak ada struktur yang memegang dengan baik.
“Kalau kita amati saja, yang tidak dipegang dengan stabil pertama itu di leher. Kalau di daerah dada itu yang memegang ada tulang iga, jadi dia relatif stabil dan masalahnya lebih sedikit. Kedua, di daerah pinggang. Ketiga, daerah peralihan, yaitu antara leher dan tulang punggung bagian atas,” katanya.
Yudha menyampaikan bahwa tanda cedera tulang belakang antara lain nyeri anggota tubuh yang hebat, kelemahan anggota tubuh bagian atas (tangan) dan bagian bawah (kaki), nyeri disertai riwayat trauma (jatuh), nyeri disertai riwayat keganasan (tumor).
“Ketika nyerinya mengganggu dan tidak bisa berkurang dengan istirahat, harus diwaspadai dan segera memeriksakan diri ke fasilitas atau dokter ortopedi terdekat untuk dilakukan assessment bersama,” jelasnya.
Yudha memberikan tips sederhana untuk menghindari cedera tulang belakang terutama ketika pandemi seperti saat ini. Pertama adalah dengan detoksifikasi handphone. Detoksifikasi bisa dilakukan dengan tidak melihat layer handphone selama dua jam. Kedua, menggunakan standing table ketika bekerja dari rumah. Ketika duduk semua beban diterima tulang pinggang, namun menggunakan standing table membuat beban didistribusikan ke panggul dan lutut. Selain itu, kita dapat memperkuat extensor mechanism tulang belakang.
“Ekstensor tulang belakang adalah otot. Jadi, coba latihan otot tulat belakang dengan stretching dan strengthening otot-otot tulang belakang,” tutur Yudha.
Baca Juga: Guru Besar Unpad Komentari Temuan Penerima Nobel Kedokteran 2021
FKUI Teliti Kesediaan Mahasiswa Kedokteran Menjadi Relawan Pandemi Covid-19
Pakar Unair Ungkap Osteoporosis Berpotensi Menyerang Anak Muda
Jangan Asal Terapi
Penyakit tulang belakang tidak bisa diterapi atau ditangani sembarangan. Menurut dokter bedah ortopedi dan tulang belakang Fakultas Kedokteran UGM, Tedjo Rukmoyo, sebelum melakukan penanganan pada tulang belakang, pasien sebaiknya melakukan konsultasi terlebih dahulu kepada dokter yang memiliki kompetensi, yaitu dokter bedah ortopedi.
“Sebaiknya dikonsultasikan ke dokter dulu untuk mencari penyebab sakitnya,” jelasnya.
Penyebab sakit di punggung atau tulang belakang dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik dan penunjang seperti rontgen, MRI, CTScan, dan laboratorium. Hasil pemeriksaan tersebut menjadi penentu tindakan medis berikutnya.
“Setelah diperoleh diagnosis terkait hasil pemeriksaan tersebut, dokter dapat menentukan langkah pengobatan selanjutnya,” terang Tedjo.
Tedjo menegaskan, penanganan keluhan tulang belakang tidak bisa dilakukan secara serta-merta tanpa rekomendasi dokter ahli. Pasalnya, kesalahan penanganan keluhan pada pasien dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian.