Kiat Menulis CV agar Dilirik HRD dan Tips Mempersiapkan Mental di Dunia Kerja
Hal yang perlu disiapkan dalam menempuh dunia kerja adalah membuat Curriculum Vitae yang menarik. Persiapan lain yang tak kalah penting tentunya mental.
Penulis Iman Herdiana14 Maret 2022
BandungBergerak.id - Melamar pekerjaan membutuhkan dokumen penting yaitu Curriculum Vitae (CV). CV atau resume merupakan dokumen tentang perjalanan hidup berupa pengalaman bekerja, riwayat menempuh pendidikan, hingga pengalaman lainnya yang mendukung untuk dapat diterima dalam suatu pekerjaan.
Dalam tahap awal rekrutmen, seorang rekruter atau HRD hanya memiliki waktu lima hingga sepuluh detik untuk melihat CV yang masuk. Maka dari itu, diperlukan a sebuah CV yang baik dan mudah dimengerti untuk membantu mempercepat perekrut dalam memilih dan melanjutkan ke tahap berikutnya.
“CV yang baik itu biasanya diranking berdasarkan sistem ATS ini. Itu berdasarkan key word yang ada di CV, kemudian formatnya, dan deskripsi dari pengalaman kita,” kata Cynthia Veronica, Business Development Associate Kinobi, dalam Virtual Job Fair Webinar Week yang diselenggarakan Lembaga Pengembangan Pemelajaran dan Karier Universitas Katolik Parahyangan (LPPK Unpar) bersama Kinobi, dikutip dari laman resmi Unpar, Senin (14/3/2022).
Pada webinar bertajuk “How to Level Up Your CV in Kinobi Way” itu Cynthia mengatakan, terdapat lima tahap perjalanan CV. Lima tahap tersebut adalah memasukkan dokumen, memfilter dari sistem pelacakan pelamar atau Applicant Tracking System (ATS), perekrut membaca CV, ketertarikan perekrut, dan direkomendasikan untuk wawancara.
Dalam tahap awal, semua CV yang sudah dimasukkan, akan disaring dan masuk dalam sistem ATS. ATS ini merupakan sistem yang digunakan perekrut untuk memfilter kandidat yang sesuai dengan posisi pekerjaan yang sedang dicari.
Kemudian, hanya sekitar 25 persen dari ATS yang masuk pada tahap pembacaan CV oleh perekrut. Maka, pengalaman yang relevan menjadi suatu hal yang penting pada tahap ini.
Setelah itu, perekrut mulai memilih lebih detail kemampuan apa saja yang dimiliki oleh calon kandidat. Pada tahap ini, hanya sekitar 10 persen perekrut yang akan dilihat lebih detail seperti kemampuan, prestasi, pernah berpengalaman dalam mengikuti pelatihan, dll.
“Setelah dilakukan consideration, kemudian terakhir, hanya lima persen yang akan dipanggil ke interview,” tutur Cynthia.
Dari proses tersebut, dia menyampaikan tahapan yang paling memangkas para kandidat adalah pada tahapan ATS. Untuk dapat masuk dalam tahapan tersebut, kunci utamanya adalah CV yang baik dan jelas, yaitu di antaranya: hanya memiliki satu lembar (maksimal dua lembar), format yang mudah dibaca, bebas dari penulisan yang error, dan hanya memasukkan informasi yang relevan.
Dia juga mengatakan, CV yang baik tidak perlu mencantumkan tiga hal, yaitu dokumen legal yang tidak relevan seperti tanggal lahir, tidak perlu memasukkan dokumen portofolio pada berkas CV, dan tidak perlu mencantumkan informasi detail pribadi seperti personaliti.
Lebih lanjut, Chyintia juga membagikan rahasia untuk dapat masuk pada setiap tahapannya dalam mengembangkan CV menjadi lebih baik dan dipilih oleh perekrut. Rahasia tersebut adalah metode action+impact pada deskripsi CV, dan match-the-JD (Job Description).
“Action itu artinya bagaimana cara teman-teman melakukannya, impact itu adalah seberapa besar teman-teman dalam melakukan hal itu dipengalaman terkait,” ucap Chynthia.
Chyntia juga mengatakan, harus melihat kata-kata kunci penting pada deskripsi pekerjaan yang kemudian disamakan dalam pengalaman profesional yang telah dilakukan kandidat.
“Seharusnya CV kita juga dimasukkan key word-key word yang penting (pada deskripsi pekerjaan-red),” ujarnya.
Baca Juga: Mengenal Beasiswa Kuliah ke Taiwan dan Persyaratannya
Unpar PTM 25 Persen, Unisba Menyelenggarakan Pesantren Daring
Daya Tampung Prodi-prodi Unpad pada SNMPTN 2022
Mempersiapkan Mental di Dunia Kerja
Masih berkaitan dengan dunia kerja, masalah psikologi juga harus diperhatikan para pencari kerja. Dalam ilmu psikologi, manusia mengalami beberapa tahapan seiring bertambahnya usia, yakni masa kanak-kanak hingga dewasa. Tahap dewasa ini ada yang disebut dewasa awal yang berkisar pada usia 18 atau 22 hingga 40 tahun.
Psikolog Yoana Theolia Angie Yessica mengatakan, tahap dewasa awal ini terjadi pada fase berakhirnya masa kuliah menuju dunia kerja. Menurutnya, pada tahap dewasa awal, tugas perkembangan yang diemban meliputi kemandirian pribadi dan ekonomi, pemilihan pasangan, dan menemukan kelompok sosial yang cocok.
“Tugas perkembangan ini perlu dipenuhi dalam usia ini. Sehingga kita bekerja bukan sekadar karena mencari uang, karena butuh atau nggak butuh uang, tapi ada tugas yang harus kita selesaikan,” kata Jessy pada Virtual Job Fair Webinar Week yang diselenggarakan Unpar melalui Lembaga Pengembangan Pemelajaran dan Karier (LPPK) Unpar bersama IKIGAI Consulting.
Konselor Kesehatan Mental pada IKIGAI Consulting tersebut menjelaskan, hal pertama yang perlu disiapkan dalam memasuki dunia pekerjaan adalah memahami bahwa dalam bekerja merupakan proses timbal balik, pertukaran, dan kontribusi dengan nafkah sebagai kompensasinya.
“Perlu di-tag, apa sih yang bisa saya berikan untuk dunia ini. Karena sebetulnya setiap pekerjaan adalah solusi,” tuturnya.
Menurutnya, banyak orang-orang yang sudah lama tidak mendapatkan pekerjaan dan berakhir terkena quarter life crisis disebabkan selalu mencari tuntutan keinginan hingga lupa akan esensi bekerja.
“Mind setnya adalah bukan apa yang bisa aku terima sebanyak-banyaknya, tapi apa yang harus aku berikan,” ucap Jessy.
Lebih lanjut, Jessy mengatakan, untuk dapat mengatasi masa transisi yang memiliki banyak tantangan yang harus diemban, terdapat tiga hal yang dapat dipersiapkan, yaitu: mengasah kemampuan yang akan didalami, mempersiapkan finansial, memperluas dan memperdalam lingkar pertemanan.
Selain itu, Jessy juga memberikan cara untuk dapat terhindar dari stres bekerja yang bisa dipakai nantinya dalam dunia kerja dengan cara self-care yang dapat dilakukan pada sehari-hari. Diantaranya adalah, perhatikan waktu makan dan tidur, sesuaikan intensitas dan keseimbangan kegiatan, terkoneksi dengan diri sendiri, dan terkoneksi dengan orang lain.
“Sehari-harinya dilakuin supaya dalam rangka tetap waras,” kata Jessy.