• Dunia
  • Sebagai Saudara Muda Rusia, Sudah Tepatkah Indonesia Menyetujui Resolusi PBB?

Sebagai Saudara Muda Rusia, Sudah Tepatkah Indonesia Menyetujui Resolusi PBB?

Sejak zaman Sukarno, Indonesia memiliki hubungan baik dengan Rusia. Ini menjadi modal bagi Indonesia untuk membuka jalan damai konflik Rusia vs Ukraina.

Dosen Program Studi Hubungan Internasional FISIP Unpad Teuku Rezasyah, menjadi pembicara pada diskusi Satu Jam Berbincang Ilmu: Perang Rusia-Ukraina: Latar Belakang dan Implikasi, Sabtu (14/3/2022). (Sumber: Unpad)

Penulis Iman Herdiana15 Maret 2022


BandungBergerak.idIndonesia memiliki ikatan sejarah yang baik dengan Rusia. Bahkan negeri ini disebut saudara mudanya negeri Beruang Merah. Namun status ini tampaknya akan terpengaruh dengan sikap Indonesia yang menyetujui Resolusi PBB yang menyesalkan invasi ke Ukraina.

Hasil voting Resolusi PBB terkait invasi Rusia menunjukkan sebanyak 141 dari 181 negara setuju menyayangkan agresi militer Rusia ke Ukraina. Hanya empat negara yang menolak Resolusi PBB, dan 35 negara memilih abstain. Meski demikian, resolusi ini diveto oleh Rusia.

Namun dengan demikian, Rusia bisa melihat siapa kawan dan lawan. Negara-negara yang menyetujui resolusi bisa dipastikan bukan kawan Rusia. Rusia akan melihat sebagai kawan pada negara yang menolak atau abstain terhadap resolusi. Bagaimana dengan Indonesia yang sudah lama berkawan dengan Rusia namun memilih setuju terhadap Resolusi PBB?

Kemenlu RI sudah menegaskan bahwa persetujuan terhadap Resolusi PBB itu bukan berarti Indonesia memihak kepada Ukraian. Indonesia menolak perang Rusia atas dasar kemanusiaan dan menolak perang.

Pakar Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran (Unpad) Teuku Rezasyah melihat sikap Indonesia masih dalam konteks politik bebas aktif, meskipun tidak memilih abstain terhadap Resolusi PBB.

“Saya pikir sikap Indonesia kan bebas aktif. Bebas aktif kita ini unik,” ungkap Reza pada diskusi Satu Jam Berbincang Ilmu “Perang Rusia-Ukraina: Latar Belakang dan Implikasi untuk Indonesia,” yang digelar Dewan Profesor Unpad secara virtual, sebagaimana dikutip dari laman Unpad, Selasa (15/3/2022).

Kendati berada pada posisi mendukung resolusi, sikap Indonesia tetap mendorong adanya penegakan HAM di wilayah konflik dan penyelesaian melalui dialog dan diplomasi. Hal tersebut disampaikan Duta Besar Indonesia untuk PBB Febrian Alfianto dalam pernyataan resminya. Sikap ini tetap menandakan bahwa Indonesia mengedepankan politik bebas aktif.

Teuku Rezasyah menjelaskan, Indonesia membayangkan situasi yang lebih buruk apabila krisis meluas. Jika perbenturan tersebut sudah mendekati ancaman perang dunia ketiga, Indonesia setidaknya memerlukan bantuan dari negara lain.

“Kalau Rusia minta bantuan dari negara yang ‘No’ dan ‘Abstain’ karena itu adalah temannya. Karena itu, kita bisa berada di posisi ‘Yes’ yang sekarang tetapi ‘Yes’-nya berbeda dengan negara lain,” ujar Reza.

Reza meyakini elite Indonesia sudah berpikir dengan matang dalam penentuan sikap ini. Indonesia sangat mengedepankan prinsip kedaulatan negara dan keutuhan wilayah.

Karena itu, sikap Indonesia bukan mengkritik bagaimana proses integrasi Luhansk, Donetsk, maupun Krimea ke Rusia. Akan tetapi, Indonesia lebih mengkritik invasi militer yang dilakukan Rusia ke Ukraina.

“Kita (Indonesia) ‘yes’ karena Anda (Rusia) menghantam kedaulatan dan keutuhan wilayah negara lain,” tuturnya.

Secara geografis, wilayah Indonesia hampir sama dengan Rusia, yaitu negara dengan wilayah besar dan berbatasan dengan banyak negara. Karena itu, Indonesia perlu memperbanyak amunisi dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah serta mengedepankan sikap ketaatan pada hukum internasional.

“Ini yang menjadikan ‘yes’ Indonesia berbeda. Negara lain mungkin mendapat petuah dari negara besar tertentu, tetapi ‘yes’ kita berbobot yang memungkinkan kita untuk bergerak dalam hal terjadinya krisis yang lebih buruk,” papar dosen Program Studi Hubungan Internasional FISIP Unpad tersebut.

Baca Juga: Dampak Invasi Rusia ke Ukraina pada Perekonomian Indonesia
Merayakan 66 Tahun KAA: Asia Afrika Harus Memilih antara Blok Komunis dan Blok Amerika Serikat
Tentang Paradigma: Dari Proyek Merkuri NASA ke Budaya Lokal Indonesia

Indonesia sebagai Saudara Muda Rusia

Sejak agresi militer Rusia terhadap Ukraina dimulai, sudah mulai banyak negara yang memberikan sanksi pada negeri bekas Uni Soviet tersebut. Indonesia sebenarnya memiliki posisi strategis dengan politik bebas aktifnya yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu mewujudkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dosen Hubungan Internasional Universitas Brawijaya, Arief Setiawan mengatakan Indonesia harus segera mendorong kedua negara untuk berdamai. Jika tidak bisa, Indonesia dinilai harus mengambil langkah mencegah agar jangan ada negara lain yang terlibat dalam konflik ini.

“Indonesia harus mendorong agar kedua negara berdamai, itu langkah paling maksimal. Langkah minimalmnya Indonesia harus mencegah jangan ada negara yang terlibat jangan sampai meluas melibatkan negara lain karena akan makin susah menyelesaikannya,” tutur Arief Setiawan.

Alumnus Magister di Peoples’ Friendship University of Russia ini mengungkapkan Indonesia punya kedekatan khusus dengan Rusia. 

“Pemerintah harus segera melobi Rusia agar menghentikan serangan karena kita harus belajar soal Irak, Afghanistan dan Libya akan jadi konflik berkepanjangan, membuat masyarakat tidak aman dan anak-anak akan terlantar,” ucap Arief.

Namun Arief menjelaskan Indonesia harus mengambil sikap dengan cara tidak mengancam tapi melakukan lobi. 

“Indonesia punya sejarah panjang dengan Rusia dan Indonesia juga masih dibutuhkan oleh mereka. Apalagi warga Rusia itu menilai Indonesia adalah saudara muda mereka,” paparnya.

Arief mengingatkan Indonesia punya hubungan spesial dengan Rusia sejak era Bung Karno. Arief mengaku 3 tahun kuliah di Rusia sehingga merasakan betul bagaimana Rusia menghargai Indonesia. Sejarah juga mencatat bagaimana antusiasnya warga Moscow saat menyambut kunjungan Sukarno. 

Ditambah lagi, banyak lagu Indonesia yang diterjemahkan ke Bahasa Rusia dan menjadi lagu hits di negara tersebut. Bahkan pada tahun 2014 ada 7 kampus di Rusia yang membuka Program Studi Bahasa Indonesia. Kedekatan historis inilah yang harus dimanfaatkan Indonesia dengan cara melakukan lobi yang tidak mengancam.

“Sebab jangan sampai Indonesia mengeluarkan pernyataan yang justru memanaskan situasi,” pungkas Arief. 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//