GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #30: Gunung Putri Cililin, Sekali Mendaki, Dua Tiga Puncak Terlewati
Perjalanan ke Gunung Putri Cililin menjanjikan pengalaman menyusuri tiga gunung dalam satu paket. Ada Gunung Mungkalpayung dan Gunung Hanyawong di sana.
Gan Gan Jatnika
Pegiat Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB), bisa dihubungi via Fb Gan-Gan Jatnika R dan instagram @Gan_gan_jatnika
12 Juni 2022
BandungBergerak.id - Perjalanan menikmati keindahan Gunung Putri Cililin merupakan pengalaman unik karena bukan puncak yang menjadi tujuannya, melainkan sebuah gua kecil dengan mata airnya yang jernih. Dari sana, kita turun kembali dan melanjutkan langkah kaki menuju dua gunung di dekatnya, yaitu Gunung Mungkalpayung dan Gunung Hanyawong.
Boleh dikatakan, perjalanan ke Gunung Putri menjanjikan kita pengalaman menyusuri tiga gunung dalam satu paket.
Akses dan Lokasi
Di kawasan cekungan Bandung atau disebut juga kawasan Bandung Raya yang meliputi Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan bagian barat Kabupaten Sumedang, cukup banyak ditemukan gunung yang dinamai Gunung Putri. Sama halnya dengan nama Gunung Masigit, Gunung Geulis, dan Gunung Buleud.
Gunung Putri di antaranya terdapat di Lembang, Kutawaringin, Palintang, dan Cipelah-Ciwidey. Masing-masing Gunung Putri ini memiliki cerita legenda terkait penamaan atau toponiminya.
Gunung Putri yang dibahas kali ini adalah Gunung Putri yang berada di Curugan, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Lokasinya berjarak sekitar 19 kilometer di sebelah barat daya pusat Kota Bandung.
Untuk menuju ke Gunung Putri Cililin, dari pusat Kota Bandung kendaraan kita arahkan menuju kawasan Cipatik, kemudian ke arah barat menuju Alun-alun Cililin. Selanjutnya kita meluncur melewati jembatan di Cijanten, Ciririp. Jembatan ini menyeberangi tempuran tiga sungai, yaitu Ci Lembang, Ci Bitung, dan Ci Jeruk, sebelum bermuara ke Danau Saguling. Tempuran adalah bertemu atau bersatunya beberapa aliran sungai yang berbeda, sehingga menjadi satu aliran sungai yang lebih besar.
Perjalanan berlanjut menuju Jalan Mukapayung. Titik belok dari Jalan Raya Cililin menuju Jalan Mukapayung ditandai dengan plang petunjuk yang bertuliskan arah menuju “Wisata Alam & Kuliner Lembah Curugan Gunung Putri”. Dari sini, kita tinggal mengikuti alur jalannya sampai ke Jembatan Cibitung, kurang lebih 200 meter setelah kolam renang Wisata Lembah Curugan Gunung Putri. Area parkir untuk melakukan perjalanan ke Gunung Putri berada tidak jauh dari jembatan ini. Yang jadi penanda adalah sebuah gapura dan sebuah warung yang disebut Warung Mang Sakul.
Sebagai tambahan informasi, petunjuk arah ke Gunung Putri Cililin bisa kita dapatkan secara daring dengan memasukkan kata kunci “Wisata Curugan Gunung Putri” di mesin pencari. Peta dan petunjuk rute akan segera tersaji.
Ketinggian Gunung Putri adalah 884 mdpl (meter di atas permukaan laut), sementara Gunung Hanyawong 773 mdpl dan Gunung Mungkalpayung 740 mdpl. Ketiga gunung ini berada pada lembar peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang sama, yaitu lembar peta bernomor 1209-222, judul peta Cililin, edisi I-2000, dengan skala 1:25.000.
Mendaki Gunung Putri, Gunung Mungkalpayung, dan Gunung Hanyawong
Meski disebutkan sebagai satu paket, yang direkomendasikan untuk didaki cukup puncak Gunung Mungkalpayung dan Gunung Hanyawong, karena untuk mencapai puncak Gunung Putri dibutuhkan waktu yang cukup lama. Kecuali, kita memang mempunyai rencana mendaki sambil berkemah.
Saat ini belum ada basecamp pendakian. Demikian juga tiket masuk belum tersedia. Yang sudah ada adalah area parkir cukup luas dan nyaman. Area parkir ini berada di dekat aliran Sungai Cibitung. Di sini, pengunjung diperbolehkan bermain air. Tentu saja di area yang sudah ditentukan dengan arus air sungai yang aman.
Di area parkir pun sudah terdapat warung. Walaupun masih sederhana, tapi cukup untuk menambah perbekalan perjalanan, terutama makanan dan minuman. Mang Sakul, si pemilik warung, akan melayani dengan ramah.
Perjalanan dimulai dengan pendakian menuju tebing Gunung Putri. Kita bisa memilih jalur memutar melalui jalan aspal terlebih dahulu, atau mengambil jalur langsung menanjak dari pinggir aliran Ci Bitung.
Perjalanan menuju tebing cukup menguras tenaga, terutama di jalur menanjaknya. Namun, kita akan terhibur dengan rimbunnya hutan pinus, selain perjumpaan dengan beberapa tumbuhan dan buah yang jarang ditemui di kota. Contohnya buah loa, kondang atau leles, dan buah baduyut.
Buah baduyut ini termasuk yang sudah jarang ditemukan. Bahkan di daerah Cibaduyut, Kota Bandung, belum tentu bisa ditemui pohonnya. Bentuk buah baduyut unik. Kulitnya seperti semangka, berwarna hijau belang, sedangkan biji dan dagingnya berwarna hitam dan putih, mirip buah sirsak. Rasanya tidak asam dan tidak manis, tapi cenderung tawar agak sepet atau kesed.
Di kaki tebing Gunung Putri terdapat sebuah gua kecil. Dari dalam gua ini keluar mata air yang sangat jernih. Ada yang mempercayai jika air yang mengalir ini memiliki khasiat membuat awet muda dan membuat enteng jodoh. Tidak aneh jika ada yang ke tempat ini kemudian membasuh muka. Untuk memudahkan pengunjung mengambil air, sudah tersedia pipa dari plastik.
Satu hal yang menarik lagi di tempat ini adalah keberadaan sebuah batu berbentuk kerucut dengan posisi di bawah tebing. Batu ini seolah menjadi ganjal yang menahan tebing tersebut. Entah bagaimana dan mulai sejak kapan batu itu ada di sana.
Dari gua kecil ini, perjalanan dilanjutkan menuju Gunung Mungkalpayung dan Gunung Hanyawong. Jika ingin lebih cepat, pilihan jalurnya adalah menyeberangi aliran Sungai Cibitung. Namun jika tidak mau melewati jalur menyeberang sungai, kita bisa memilih berputar ke arah Jembatan Cibitung terlebih dahulu, baru kemudian menyusuri jalan beraspal ke arah Gunung Hanyawong.
Di bagian sisi timur Gunung Hanyawong, terdapat tebing kokoh yang menawan dipandang mata. Tebing yang bisa digunakan untuk berlatih panjat tebing ini berada tepat di samping jalan yang bisa dilewati kendaraan, termasuk roda empat. Pada bulan Mei 2022, tempat ini digunakan untuk kegiatan Sekolah Panjat Tebing dan Pelatihan Vertical Rescue yang diselenggarakan oleh Vertical Rescue Indonesia bekerja sama dengan masyarakat dan didukung oleh Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Desa Mukapayung.
Setelah melewati tebing, perjalanan kembali memasuki jalan setapak, melewati semak dan kebun. Kita akan kembali menemui aliran sungai yang lebih kecil dari aliran Cibitung, yaitu sungai Cijeruk.
Di aliran sungai ini terdapat sebuah situs menarik yang disebut Batu Langkob, beruba batu besar yang melintang di atas aliran sungai. Di bagian bawah batu terdapat ruangan seperti gua dengan dimensi yang cukup lega, bisa digunakan untuk beristirahat. Luas ruangannya sekitar 40 x 20 meter, dengan aliran sungai membentuk air terjun kecil di dalamnya.
Selepas dari Batu Langkob, perjalanan kembali menyusuri jalan menanjak menembus semak belukar dan sesekali melewati lahan ebun. Kita akan tiba di persimpangan. Jalur ke arah kiri berputar dulu menuju Gunung Mungkalpayung, sedangkan jalur ke arah kanan langsung menuju puncak Gunung Hanyawong.
Jika memilih jalur menuju Gunung Mungkalpayung dahulu, di puncaknya kita akan menemukan sebuah situs berupa batuan yang bertumpuk. Situs ini yang disebut dengan Situs Batu Mungkalpayung. Dinamakan demikian karena bentuk batu yang bertumpuk menyerupai pangkal sebuah payung, sedangkan badan payungnya dianggap tertancap ke dalam tanah.
Melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Hanyawong, kita kembali menyusuri jalan setapak di antara kerimbunan semak, kebun, dan rumpun bambu. Semakin banyak rumpun bambu yang ditemui seakan menjadi pertanda semakin dekat dengan puncak yang dituju.
Di puncak Gunung Hanyawong, tersaji pemandangan yang memanjakan mata. Di sebelah barat tampak permukaan Danau Saguling, di bagian utara tampak Gunung Solokpandan menjulang, dan di sampingnya Gunung Putri dengan tebing kokohnya kekar tegak berdiri. Tepat di bagian bawah, tampak tempat wisata Curugan dengan kolam renangnya yang memiliki dasar lantai berwarna biru.
Perjalanan menyusuri ketiga gunung ini masih terbilang jarang dilakukan oleh orang di luar warga sekitar. Sebaiknya kita ditemani oleh seseorang yang pernah ke sana. Atau kita bisa meminta ditemani oleh teman-teman dari Pokdarwis Desa Mukapayung, Untuk meminta keterangan lebih lanjut, jangan ragu bertanya ke Mang Sakul di warung tempat parkir kendaraan.
Toponimi dan Legendanya
Menarik sekali menyimak cerita tentang legenda terkait Gunung Putri Cililin. Dari Kang Ali Ma’sum atau lebih dikenal dengan panggilan Kang Bobon, diperoleh folklore tersebut. Di sela-sela waktu istirahat saat berada di dekat gua Gunung Putri, Kang Bobon yang merupakan ketua Pokdarwis Desa Mukapayung. menceritakan bahwa toponimi Gunung Putri dan sekitarnya terkait legenda Mundinglaya Dikusumah.
Syahdan, dahulunya ada sebuah perlombaan untuk mencari jodoh bagi seorang putri cantik. Yang akan jadi pemenang adalah siapa pun yang berhasil mencari dan membawa sebuah pusaka ke hadapan sang putri. Ada pun pusaka tersebut bernama Lalayang Salakadomas.
Singkat cerita, seorang pemuda bernama Mundinglaya berhasil menemukannya, dan bermaksud mempersembahkannya untuk sang putri pujaan hati. Dalam perjuangan mencari pusaka, dia ditemani sahabatnya yang bernama Mundingdongkol.
Dari atas sebuah gunung, sang putri menyaksikan bagaimana Mundinglaya hampir berhasil memenuhi syarat agar menjadi pemenang lomba. Sang putri sangat gembira, karena pemenangnya adalah pemuda gagah yang telah menawan hatinya.
Sayang, ada seseorang yang tidak senang dengan keberhasilan Mundinglaya. Namanya Jongrang Kalapitung. Rupanya dia berniat menggagalkan upaya terakhir Mundinglaya memenangkan lomba, yaitu memberikan pusaka kepada sang putri. Jongrang Kalapitung kemudian membuat sebuah rencana untuk menimpakan sebuah batu sangat besar ketika Mundinglaya lewat. Dia berharap Mundinglaya akan tertimbun di bawah batu besar tersebut.
Usaha jahat itu tidak berhasil. Mundinglaya tidak terkena batu tersebut. Namun sungguh malang, Mundingdongkol justru yang tertimpa. Tempat kejadian tragis inilah yang disebut dengan Batu Langkob.
Upaya jahat Jongrang Kalapitung terus berlanjut. Kali ini dia memasang cermin besar untuk menyamarkan penglihatan Mundinglaya. Cara ini berhasil sehingga Mundinglaya tertipu. Dengan adanya cermin yang besar, penglihatannya jadi berbalik arah. Tempat sang putri yang ada di selatan, jadi terlihat seperti berada di utara. Mundinglaya pun salah arah dan malah terperosok ke dalam jebakan yang disiapkan oleh Jongrang Kalapitung.
Sekarang di tempat terperosoknya Mundinglaya itu terdapat sebuah batu besar berbentuk punggung seekor kerbau. Munding dalam bahasa Sunda berarti kerbau. Sementara itu, tempat Jongrang Kalapitung memasang kaca besar disebut dengan Leuwi Eunteung. Eunteung dalam bahasa Sunda berarti cermin.
Semua perbuatan jahat Jongrang Kalapitung terhadap Mundinglaya terlihat oleh sang putri yang berdiri di puncak sebuah gunung. Dia merasa kecewa dan marah atas kecelakaan yang menimpa sang pujaan hati. Saking marah dan sedihnya Sang Putri kemudian berlari menuruni gunung tersebut, dan payung yang dia gunakan dilemparkan sampai jatuh terbalik. Badan payungnya menancap dan masuk ke dalam tanah, yang tersisa tinggal pegangannya saja. Pegangan inilah yang kemudian dikenal sekaramg sebagai Mungkalpayung, dan nama gunungnya pun dikenal sebagai Gunung Mungkalpayung.
Sang Putri terus berlari hingga menghilang di sebuah gunung yang tak jauh dari Gunung Mungkalpayung. Tempat Sang Putri menghilang kemudian dikenal dengan nama Gunung Putri.
Dalam sastra Sunda, terdapat cerita rakyat tentang Mundinglaya Dikusumah dalam versi yang lain. Ada perbedaan dan persamaan antara cerita ini dengan kisah yang dikenal masyarakat Desa Mukapayung secara turun-temurun. Persamaannya antara lain keberadaan tokoh bernama Jongrang Kalapitung, serta pusaka Lalayang Salakadomas. Ada pun nama sang putri itu sendiri tidak disebutkan. Dalam cerita Mundinglaya versi lain, sang putri disebut bernama Dewi Asri.
Selain toponimi gunung-gunung tadi, dapat ditelusuri juga toponimi Desa Mukapayung. Ternyata nama Desa Mukapayung ditetapkan pada pembentukan desa baru hasil dari pemekaran wilayah Desa Rancapanggung pada tahun 1970-an. Desa yang baru terbentuk tersebut diberi nama Desa Mukapayung, dengan harapan akan semakin membuka diri dan semakin maju, serta senantiasa terlindungi juga terpayungi oleh berkat Sang Maha Kuasa.
Baca Juga: GUNUNG-GUNUNG Di BANDUNG RAYA #29: Gunung Sangianganjung (Sanghyang Anjung) Nagreg, Petilasan Kerajaan Kendan yang Kaya dengan Batu Obsidian
GUNUNG-GUNUNG di BANDUNG RAYA (28): Gunung Lumbung Cililin dan Penggal Sejarah Terakhir Dipati Ukur dalam Pesona Dusun Lembang
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA (27): Gunung Bukitcula Ciparay, dari Kasih tak Sampai Pemuda Baki Culah hingga Jejak Perjuangan Dipati Ukur
Potensi Lain di Gunung Putri
Selain memiliki potensi keindahan alam yang unik dan beragam, serta potensi hasil perkebunan, baik perkebunan kopi maupun sayuran, Desa Mukapayung pun mampu menghasilkan madu dengan kualitas yang baik. Tantangan ke depan adalah menajdikan madu Desa Mukapayung ini bisa menjadi oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung ke sana.
Ada juga sebuah tempat wisata lain di kaki Gunung Putri, yaitu tempat wisata berupa kolam renang yang dikengkapi dengan tempat istirahat dan makan yang cukup memadai. Namanya Wisata Alam dan Kuliner Lembah Curugan Gunung Putri.
*Tulisan kolom Gunung-gunung di Bandung Raya merupakan bagian dari kolaborasi www.bandungbergerak.id dan Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB)