Mahasiswa UPI Menolak Kedatangan Menteri BUMN Erick Thohir
Kehadiran Menteri BUMN Erick Thohir di Kampus UPI dinilai sebagai kampanye terselubung di kampus. Kampus harus bebas kepentingan politik praktis.
Penulis Emi La Palau21 Juni 2022
BandungBergerak.id - Puluhan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melakukan aksi demonstrasi di depan Gymnasium, Selasa (21/6/2022). Aksi ini sebagai respons hadirnya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang memberikan kuliah umum. Mahasiswa menolak adanya praktik-praktif politik terselubung yang masuk ke ruang lingkup pendidikan, khususya kampus.
Mahasiswa yang berdemosntrasi berasal dari dua aliansi berbeda, yakni dari Aliansi Mahasiswa UPI dan Keluarga Mahasiswa UPI. Dalam aksinya, mahasiswa membawa sejumlah poster berisi tuntutan dan kritikan atas hadirnya Erick Thohir.
“Kampus Laboratorium Pendidikan, bukan Lumbung Suara Politik”, “Tolak Politisasi Kampus”, “Aksi Diusir, Kampanye Diakomodir”, “Netralitas Kampus Diberangus”, “Badan Usaha Menindas Negara (BUMN)”, demikian pesan-pesan tertulis dari poster yang diusung mahasiswa UPI.
Perwakilan dari Kelurga Mahasiswa UPI, Andily Aprilia mengungkapkan bahwa pihaknya menolak kedatangan Menteri BUMN Erick Thohir pada Kuliah Umum Kebangsaan, Kerja Besar untuk Indonesia Maju. Pihaknya meminta agar kampus sebagai ruang lingkup pendidikan seharusnya bersikap netral dan tak ikut campur dalam politik.
Mahasiswa juga meminta semestinya Erick Thohir untuk fokus menjalankan tugasnya. Menyelesaikan beragam persoalan di tubuh BUMN, memaksimalkan kinerja dan memperbaiki kekurangan dan kegagalan.
“Kami menolak untuk Pak Erick Thohir datang di seminar atau di kuliah umum. Terus menuntut untuk pada akhirnya kampus itu fokus pada marwahnya sebagai perguruan tinggi di bidang pendidikan saja gitu, gak menjadi terliabat atau netralitasnya menjadi terganggu,” ungkapnya kepada BandungBergerak.id, ditemui usai aksi.
Aksi yang dilakukan Keluarga Mahasiswa UPI dimulai dengan orasi dan propaganda di depan kampus pintu 1. Mahasiswa berorasi dan menyampaikan penolakan. Hal itu juga sebagai bentuk penyadaran kepada mahasiswa lainnya dan masyarakat.
Selain itu, mereka juga membagikan hasil kajian mereka kepada mahasiswa lainnya yang terpaksa harus hadir di seminar.
“Jadi untuk teman-teman peserta kita juga memberikan kajian biar juga jadi penyeimbang antara informasi yang didapat dengan keadaan objektif dengan apa yang diutarakan di seminar nanti,” ungkapnya.
Andily menyoroti terkait adanya beberapa mahasiswa yang mendapat paksakan untuk mengikuti kuliah umum yang dibawakan Erick Thohir. Khususnya mahasiswa yang mendapat beasiswa bidikmisi dan KIP Kuliah. Beberapa kawannya dihubungi dan diminta untuk mengikuti seminar. Ia berharap, seharusnya mahasiswa dan secara umum masyarakat tak perlu dipaksa.
“Karena ada kejanggalan juga yang terjadi pada hari ini. Salah satunya itu dari mahasiwa bidikmisi dan KIP Kuliah untuk ikut seminarnya. Jadi mereka sampai dichat segala macam, nah itu juga harapannya ada kebebasan demokrasi juga buat semua mahasiswa atau semua orang untuk menentukan sikapnya,” paparnya.
Baca Juga: Seni Reak dari Cinunuk akan Pentas di Roskilde Festival, Denmark
Warga Dago Elos: BPN Harus Berpihak kepada Rakyat
Mari Jadikan Kasus Meninggalnya Ahmad Solihin dan Sopiana Yusup yang Terakhir
Mahasiswa Seharusnya tak Menjadi Alat Politik
Mahasiswa juga berharap dengan adanya aksi dan gerakan ini, sebagai bentuk penyadaran kepada mahasiswa lain. Mahasiswa harusnya lebih kritis dan mampu membaca tujuan terselubung. Menurut Andily, kedatangan Erick Thohir tidak sekali dua kali di ranah kampus dengan dalih realisasi kinerja BUMN dalam menjangkau rakyat di daerah.
Hal yang sama diutarakan oleh Nida Nurhamidah, salah satu peserta aksi dari Keluarga Mahasiswa UPI yang ikut berdemonstrasi. Ia mengatakan bahwa kedatangan Erick Thohir merupakan salah satu cara para politikus menggunakan kampus sebagai alat politik. Ia berharap mahasiwa harus lebih peka dan tak dijadikan alat politik.
“Sebenarnya kedatangan Erick Thohir merupakan salah satu cara bahwa mereka para poltisi malah menggunakan kampus sebagai suatu alat politiknya, dan tentunya kita sebagai mahasiswa harus menjaga hal tersebut. Jangan sampai kita dijakan alat politik untuk kepentingan-kepentingan dari para politisi tadi,” katanya.
Fokus pada Kinerja
Ketua Badan Eksekutif Mahsiswa (BEM) Rema UPI, Randika Maulana mewakili Aliansi Mahasiswa UPI mengungkapkan bahwa aksi yang dilakukan ini merupakan aksi damai dan bentuk refleksi serta kritik atas kedangan Erick Thohir yang dinilai memiliki maksud terselubung, yakni politisasi di ranah kampus.
Menurut Randika, sebagaimana diketahui bahwa Menteri BUMN masuk dalam bursa Calon Presiden yang ramai dibicarakan. Mahasiswa meminta agar kedangannya di kampus tidak untuk mendompleng dan menaikkan elektabilitas pribadi.
“Kita melihat Erick Thohir salah satu calon yang jadi sorotan publik ini. Mau tidak mau kecurgiaan kita, ranah prefentif kita seolah-olah melakukan kampanye tersleubung, karena beliau bursa Calon Presiden. Untuk itu kita bersepakat kampus ini bukan hanya dijadikan sebagai alat ataupun wadah menaikkan elektabilitas,” katanya.
Erick Thohir diminta berfokus pada tugasnya dan menyelesaikan beragam persoalan yang terjadi di tubuh BUMN saat ini. Menyelesaikan utang BUMN, juga membantu menyelesaikan persoalan kesejahteraan masyarakat.
“Yang kita tolak itu adalah ketika datang ke sini justru orientasinya bergeser. Jadi ke ranah politisasi secara pribadi, karena dalam konstitusi bicara bahwa tidak boleh melakukan kampanye di ruang lingkup terkhususnya pendidikan,” kata Randika.
Adapun beberapa tuntutan aksi dari Keluarga Mahasiswa UPI yakni menolak kedatangan Erick Thohir dalam kuliah umum, menuntut kampus untuk bersikap netral dan fokus pada marwahnya sebagai penyelenggara pendidikan, dan menuntut Kementrian BUMN untuk fokus dalam memeprbaiki kinerjanya.
Dalam aksi tersebut, massa aksi sempat bersitegang dengan aparat keamanan baik dari pihak kampus dan keamanan dari pihak Menteri Erick Thohir. Aksi sempat disuruh bubar, namun mahasiswa terus bertahan.