• Berita
  • Seni Reak dari Cinunuk akan Pentas di Roskilde Festival, Denmark

Seni Reak dari Cinunuk akan Pentas di Roskilde Festival, Denmark

Seni Reak Juarta Putra dijadwalkan satu panggung bersama penyanyi dan band dunia yang diundang Roskilde Festival, Denmark.

Pertunjukan seni reak dari Kelompok Seni Reak Juarta Putra, CInunuk, Kabupaten Bandung. Foto tanggal 1 April 2019. (Sumber: Kelompok Seni Reak Juarta Putra)*

Penulis Iman Herdiana21 Juni 2022


BandungBergerak.idKabar menggembirakan datang dari kelompok Seni Reak Juarta Putra, Kampung Ciguruwik, Desa Cinunuk, Kabupaten Bandung. Grup kesenian tradisional ini diundang tampil pada Roskilde Festival, Denmark, 2 Juli 2022. Roskilde Festival merupakan salah satu festival musik terbesar di Eropa.

Seni Reak Juarta Putra dijadwalkan satu panggung bersama penyanyi dan band papan atas dunia, seperti The Strokes, HAIM, ST. Vincent, Kings Of Convenience, Post Malone, Dualipa, Jada, ACXDC, Jimmy Eat World, Alisson Krauss, dan banyak lagi untuk memeriahkan festival yang sudah ada sejak tahun 1971 itu.

Dikutip dari siaran pers yang diterima BandungBergerak.id, Selasa (21/6/2022), Roskilde Festival adalah festival musik besar di wilayah Nordik. Acara ini digelar di wilayah selatan kota Roskilde yang berlangsung selama 8 hari. Acara ini merupakan kegiatan nirlaba di mana hasil keuntungannya akan disumbangkan sebagai kegiatan amal.

Acara ini merupakan festival musik lintas dunia, dari halaman resminya disebutkan bahwa acara ini dihadiri 130.000 pengunjung. Selain tampil di panggung Roskilde Festival, Seni Reak Juarta Putra juga akan melakukan konser di beberapa sudut kota Denmark di antaraya kota Copenhagen dan Aarhus. Selama dua minggu lamanya seni Reak Juarta Putra akan berada di negara “Tim Dinamit” tersebut.

Adapun anggota dari Seni Reak Juart Putra yang akan pergi ke Denmark terdiri dari 10 orang, dengan formasi tim dan pemain, di antaranya Anggi Nugraha (23) (pemain tilingtit), Wawan Setiawan (39) (pemain bangplak), Dedy Mulyadi (42) (pemain tong), Syarif Maulana (45) (pemain brung), Diansyah (36) (pemain bedug), Bintang Nur Alamsyah (19) (pemain tarompet), Farhan Naufal (17) (pemain barongan).

Dalam Roskilde Festival 2022 ini Seni Reak Juarta Putra mendapat kehormatan lebih dari pihak penyelenggara, karena dibuatkan film dokumenter yang nantinya akan ditonton oleh para pengunjung acara yang datang dari seluruh dunia. Tidak semua tallent yang tampil dibuatkan film dokumenter oleh pihak penyelenggara.

Dalam acara yang berkonsep camp ground itu, Juarta Putra akan tampil dua kali yaitu di panggung utama dan helaran atau arak-arakan di sekitar lokasi camp ground. Selain membawa seni reak ke Roskilde Festival, Juarta Putra sudah mempersiapkan merchandise yang dibuat khusus oleh tim ekonomi kreatifnya.

Berawal dari Kesurupan

Anggi Nugraha, salah satu pengurus Seni Reak Juarta Putra, mengatakan timnya akan berangkat ke Denmark Selasa (28/6/2022). Anggi menuturkan bagaimana awal kelompok keseniannya bisa sampai diundang ke Roskilde Festival.

Ceritanya dimulai pada 2018 ketika ada seorang turis asing bernama Jonas yang menyaksikan pertunjukan seni reak di sanggar Seni Reak Juarta Putra. Jonas ikut terlibat dalam pertunjukan ini, bahkan dia dikatakan sampai kesurupan. Usai pertunjukan, Jonas merasa takjub karena mendapat pengalaman yang belum pernah ia alami sebelumnya.

Seni reak sendiri merupakan rangkaian pertunjukan musik dan tarian. Dalam seni ini, ada kalanya pemain pemain mengalami tans alias kesurupan. Setelah itu, Jonas berterus terang bahwa dirinya sebenarnya seorang event organizer yang mencari kelompok seni di Indonesia untuk diundang ke Roskilde Festival. 

Singkat cerita, kelompok Seni Reak Juarta Putra dijadwalkan pentas pada Roskilde Festival 2019. Semua tiket dan keperluan akan ditanggung panitia. Bahkan waktu ini kelompok seni ini akan satu panggung dengan penyanyi Taylor Swift. Tetapi tahun tersebut terjadi pandemi Covid-19, sehingga rencana ini pun batal.

Anggi sempat mengira bahwa undangan untuk kelompok seninya tidak lagi berlaku karena pagebluk. “Ternyata kita dipertahankan, bahwa dia ingin menunjukkan, benar-benar suka dengan kultur kita,” kata Anggi.

Semua keperluan transportasi dan akomodasi ditanggung panitia bersama bantuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Kebudayaan, Republik Indonesia.

Anggi mengatakan bahwa pertunjukan ini sebagai pembuktian bahwa seni yang dicap tradisional ternyata mampu pentas di festival musik dunia. Ia tidak menampik bahwa seni reak masih dipandang sebelah mata, dinilai sebagai kesenian kuno, ketinggalan zaman, bahkan dituding musrik. Tetapi di mata dunia, seni ini adalah seni yang universal.

“Bagi saya tidak bisa membeda-bedakan seni tradisional dan modern. Orang Eropa melihat kesenian ini dari sisi musik (seni), tidak membeda-bedakan. Saya punya motivasi khususnya bagi kaum muda agar bangga dengan kesenian bangsa ini. Saya juga tidak mau nanti tiba-tiba kesenian ini diklaim oleh negara lain, baru kita komplen. Dengan mengikuti festival ini kita mendapat pengakuan,” papar Anggi.

Baca Juga: Warga Dago Elos: BPN Harus Berpihak kepada Rakyat
Mari Jadikan Kasus Meninggalnya Ahmad Solihin dan Sopiana Yusup yang Terakhir
Laung Nirmala

Seni Reak Juarta Putra

Kelompok Seni Reak Juarta Putra berdiri sejak tahun 1982 di Kampung Ciguruwik, Desa Cinunuk. Juarta Putra merupakan generasi penerus dari kelompok sebelumnya, Warga Budaya (1935-1975) yang dipimpin oleh Abah Juarta. Anggi merupakan generasi keempat dari Abah Juarta.

Reak sendiri merupakan sebuah kesenian yang hidup di antara masyarakat agraris, khususnya masyarakat petani yang mayoritas menanam padi. Awalnya seni ini merupakan pengiring upacara yang disebut ‘helaran reumpak jarami, ampih pare’, yakni upacara yang dilakukan ketika para petani memindahkan padi yang asalnya dari sawah ke tempat penyimpanan padi yang disebut leuit, atau disimpan ke rumah.

Instrumen pengiring yang digunakan Juarta Putra adalah seperangkat alat musik ‘dogdog’ yang terdiri dari tilingtit, tong, brung, dan bangplak; bedug; kecrek; serta tarompet. Selain itu, sajian kesenian ini juga dilengkapi oleh penari barongan dan penari kuda lumping yang biasanya tampil dalam keadaan kerasukan atau kesurupan.

Selain aktif dalam bidang seni yang bersifat ritual seperti ruatan, salametan, dan syukuran, kelompok Juarta Putra adalah juga bergerak dalam pertunjukan seni yang bersifat kreasi atau ‘kekinian’. Tidak hanya berfokus pada pelestarian seni tradisi saja, Juarta Putra pun aktif mempromosikan pendidikan seni melalui media Reak.

Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh Juarta Putra adalah pewarisan seni tradisi terhadap generasi remaja dan anak-anak, kolaborasi dengan beberapa grup band, kerja sama dengan komunitas anak muda untuk menggelar pertunjukan seni, dan ‘silatureak’ yaitu silaturahmi atau berkunjung ke beberapa kelompok seni yang ada di Jawa Barat untuk berkolaborasi dalam menciptakan karya seni baru. Kelompok Seni Reak Juarta Putra bersifat mandiri.

Juarta Putra mampu memproduksi berbagai kebutuhan pertunjukannya sendiri, yang terdiri atas berbagai alat musik, serta barongan dan kuda kepang untuk sajian Reak. Selain itu, kelompok ini juga melakukan wirausaha dengan cara memproduksi dan mendistribusikan cinderamata khas kesenian Reak seperti miniatur barongan, dogdog, kuda lumping, serta kaos dan kemeja.

Menurut Anggi, saat ini anggota Seni Reak Juarta Putra sebanyak 25 orang. Sementara jumlah anak-anak yang terlibat lebih banyak lagi.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//