• Cerita
  • BANDUNG HARI INI: 62 Tahun Yayasan Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution

BANDUNG HARI INI: 62 Tahun Yayasan Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution

Data menunjukkan perkembangan transportasi publik di Kota Bandung berjalan sangat lambat. Apakah Taman Lalu Lintas bisa berperan lebih selain sekadar rekreasi?

Insulinde park (kini Taman Lalu Lintas) dengan latar belakang kantor Departemen Perang di Bandung. Foto diambil sekitar tahun 1915. (Sumber digitalcollections.universiteitleiden.nl)

Penulis Reza Khoerul Iman26 Juni 2022


BandungBergerak.id – Hari ini 62 tahun lalu, tepatnya pada 26 Juni 1960, menjadi hari yang cukup penting bagi sejarah Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani, Kota Bandung. Taman yang awalnya dikelola oleh Badan Keamanan Lalu Lintas (BKLL) beralih menjadi dikelola oleh Yayasan Taman Lalu Lintas.

Sejarah mencatat, pada awalnya BKLL yang didirikan di Jakarta pada tahun 1951 dengan berbagai cabang di kota-kota besar di Indonesia, pengurusnya menghadap Wali Kota Bandung yang pada saat itu diduduki oleh R. Enuch supaya mereka diberi lahan untuk keperluan kegiatan BKLL.

Saat itu BKLL merupakan badan sosial nonprofit yang berperan aktif membantu program kerja pemerintah, khususnya kepolisian dan Dinas Pendidikan, dengan tujuan memberikan pendidikan tentang pengetahuan kelalulintasan sejak dini. Namun, pada saat itu Kota Bandung belum memiliki fasilitas untuk mendukung program pendidikan keamanan lalu lintas, kegiatan penyuluhan, dan pelatihan.

Menanggapi permintaan pengurus BKLL, Wali Kota Bandung mendukung penuh permintaan untuk dibuatkan satu wahana khusus untuk mendukung program mereka. Tempat yang diserahkan oleh pemerintah Kota Bandung adalah Taman Nusantara yang dulu dikenal sebagai Insulindepark.

“BKLL mulai merencanakan pendirian sebuah Traffic Garden (Taman Lalu Lintas) sejak tahun 1954. Biaya yang dianggarkan untuk pembangunan ini sebesar 800.000 Rupiah. Pembangunan Traffic Garden direncanakan dan dilakukan tanpa merusak lingkungan hayati di sekitarnya, sehingga menjadi contoh yang baik pendayagunaan lahan hijau kota,” tulis Sudarsono Katam dalam bukunya Insulindepark (halaman 44).

Sudarsono Katam menulis bahwa Taman Lalu Lintas yang resmi dibuka pada 1 Maret 1958 di Kota Bandung pada saat itu merupakan Traffic Garden terbesar di Asia Tenggara, setelah taman Budi Kentjana di Cirebon dan yang terdapat di Bantul. Harapannya pembangunan taman tersebut dapat mengontrol kenakalan anak geng Kota Bandung pada tahun 1950-an dan dapat membina para pemuda warga kota.

Memasuki tahun 1960, BKLL tidak lagi mengelola Taman Lalu Lintas. Pengelolaan taman kemudian beralih tangan kepada Yayasan Taman Lalu Lintas yang dibentuk pada 26 Juni 1960, sebagai badan hukum berdasarkan Akte Notaris Noezer tanggal 9 Juli 1960 No. 58 dan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, serta dimuat dalam Tambahan Berita Negara RI Nomor 21 tanggal 14 Maret 1961.

Satu tahun setelah melewati peristiwa berdarah G30S, tepatnya 1966, nama Taman Lalu Lintas kemudian mengalami perubahan. Namanya diubah menjadi Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution, hal ini dilakukan untuk memperingati dan mengenang pahlawan cilik Ade Irma Suryani Nasution putri Jenderal Besar (Purn) Abdul Haris Nasution.

Ade Irma Suryani tewas ditembak pada peristiwa berdarah 1965, ketika para pemberontak mencoba menculik ayahnya. Taman tersebut lantas dikelola Yayasan Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution (YTLL-AISN).

Baca Juga: BANDUNG HARI INI: Perjalanan Panjang Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung dari Hanya Satu Ruang Kuliah
BANDUNG HARI INI: Peresmian Masjid Cipaganti, Masjid Pertama di Bandung Utara
BANDUNG HARI INI: Akhir Perjalanan Sang Filsuf Jawa di Bandung, R.M.P. Sosrokartono

Taman Lalu Lintas Menurut Penyusuran Komunitas Aleut

Taman yang kini usianya sudah lebih dari setengah abad ini sudah menjadi andalan bagi warga Kota Bandung untuk menghabiskan akhir pekannya dengan melakukan wisata edukasi atau sekadar rekreasi bersama keluarga tercinta. Sayangnya, taman yang dirancang untuk sarana pendidikan berlalu lintas sudah banyak bergeser dari fungsi awalnya.

Hal ini dirasakan oleh Alex, salah satu pegiat Komunitas Aleut yang sering menyusuri berbagai tempat yang memiliki nilai historis di Kota Bandung. Pada saat kegiatannya menyusuri Taman Lalu Lintas, Alex merasakan perubahan yang cukup kentara, seperti kondisinya yang kian kian ramai oleh orang yang berwisata.

“Iya dulu mah lebih terasa bahwa taman itu buat taman edukasi lalu lintas. Tapi kembali lagi dulu juga sebagai anak mah kurang paham tentang lalu lintas karena dalam pikiran anak mah  ke sana cuma buat bermain dan gak ada terpikir tentang lalu lintas,” tutur Alex kepada BandungBergerak.id, Minggu (26/06/2022).

Meski di Taman Lalu lintas terdapat banyak plang rambu-rambu lalu lintas dan sarana lainnya yang mendukung pendidikan berlalu lintas, namun hal tersebut kini tak ada duanya sebagai pajangan semata. Menurut penulusuran Komunitas Aleut pada 2015, pergeseran fungsi dari taman pendidikan menjadi taman rekreasi keluarga menurutnya akan membahayakan keberadaan Taman Lalu Lintas sendiri, karena mesti bersaing dengan mal dan taman hiburan dengan kekuatan modal yang jauh lebih besar.

Melihat fenomena tersebut, Komunitas Aleut mendorong supaya pendidikan di Taman Lalu Lintas bisa lebih ditonjolkan lagi dari pada rekreasinya. Sebab hal ini akan menjadi keunikan tersendiri dari sekian banyak taman lainnya di Kota Bandung.

Fungsi pendidikan Taman Lalu Lintas bisa dilakukan dengan banyak melakukan simulasi, bahkan bisa saja dimasukan ke dalam kurikulum seperti yang dilakukan Provinisi Jawa Tengah.

“Pendidikan ini akan bisa lebih efektif lagi jika dinas terkait mampu memasukkan pendidikan berlalu lintas ke dalam kurikulum seperti yang dilakukan Provinisi Jawa Tengah, dan praktik pendidikan berlalu lintas dapat dilangsungkan di Taman Lalu Lintas. Diharapkan, pendidikan berlalu lintas, terutama di usia dini, mampu mengurangi dan bahkan menanggulangi permasalahan geng motor yang sudah menahun di Kota Bandung,” tulis Komunitas Aleut, dikutip dari artikel Taman Lalu Lintas, Masih Sintas Meski Tak Lagi Mendidik Berlalu Lintas pada laman komunitasaleut.com.

Pendidikan Transportasi Publik

Pendidikan tentang pentingnya menggunakan transportasi publik juga tidak kalah mendesaknya bagi kota sepadat Bandung. Tujuannya tidak lain untuk mengurangi volume kendaraan pribadi yang tiap harinya bertambah, berkontribusi pada penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dan kemacetan.

Namun data menunjukkan perkembangan transportasi publik di Kota Bandung berjalan sangat lambat. Terjadi ketimpangan antara laju penambahan jumlah kendaraan umum dan jumlah kendaraan pribadi.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung mencatat jumlah kendaraan umum pada 2005 sebanyak 5.016 unit, sementara jumlah kendaraan bukan umum, yang terdiri dari kendaraan pribadi dan dinas, sebanyak 255.492 unit.

Satu dasawarsa berselang, atau tahun 2015, jumlah kendaraan umum tercatat sebanyak 14.815 unit, sementara jumlah kendaraan bukan umum sudah meroket ke angka 1.062.207 unit.

Pada 2018, terakhir kali BPS mencatat data ini, diketahui jumlah kendaraan umum justru mengalami penurunan, yakni menjadi 14.178 unit. Sementara itu, jumlah kendaraan bukan umum terus melonjak ke angka 1.724.494 unit.

Lambannya pengembangan layanan transportasi publik juga terlihat dari laju penambahan panjang jalan di Kota Bandung yang jauh dari signifikan. Pada tahun 2000, panjang jalan diketahui 1.103,71 kilometer dengan 149,42 kilometer di antaranya dalam kondisi rusak.

Pada 2018, panjang jalan ada di angka 1.172,78 kilometer dengan 81,82 kilometer di antaranya dalam kondisi rusak. Artinya, dalam kurun 18 tahun panjang jalan di Kota Bandung hanya bertambah kurang dari 70 kilometer.

Masih ada banyak data lain yang menjadi indikator lambatnya program pengembangan layanan transportasi publik di Kota Bandung. Dari uraian data ini, Taman Lalu Lintas bisa melihat celah mana yang bisa digarap, sehingga tidak terpaku pada rekreasi semata.

Taman Lalu Lintas Hadirkan Wajah Baru

Belum lama ini Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution telah melakukan revitalisasi untuk menjadikan taman tersebut lebih menarik dan sarat akan edukasi. Revitalisasi dilakukan untuk menjadikan Taman Lalu Lintas tidak sekadar menjadi wahana edukasi keselamatan lalu lintas saja, tapi juga mejadi wahana untuk edukasi lingkungan hidup bagi para pengunjungnya.

Pengawas Lapangan Taman Lalu Lintas, Dantjeu mengonfirmasi bahwa revitalisasi tersebut merupakan tahap II. Revitalisasi bertujuan supaya wajah Taman Lalu Lintas dapat semakin lebih baik, sarana dan prasarananya semakin mendukung untuk melakukan program pendidikan edukasi dan lingkungan.

“Ya, supaya Taman Lalu Lintas jadi lebih baik, dan semakin mendukung visi dan misi Taman Lalu Lintas sebagai taman edukasi, taman kota, dan taman rekreasi. Selain itu ditambahkan juga dalam hal teknologinya agar lebih maju dan modern,” ucap Dantjeu kepada BandungBergerak.id.

Semoga dengan hadirnya wajah baru Taman Lalu Lintas dapat membantu proses pengedukasian soal lalu lintas untuk semua elemen masyarakat, tidak hanya untuk kanak-kanak. Taman Lalu Lintas diharapkan dapat membantu menyadarkan seluruh lapisan masyarakat Kota Bandung untuk meningkat kesadaran berkendara dengan baik.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//