Mengurangi Dampak Buruk Limbah Rumah Tangga dengan Teknologi Biofilter Anaerob-Aerob
Biofilter anaerob aerob merupakan teknologi efektif untuk mengolah grey water yang telah berkontribusi besar pada pencemaran air di Indonesia.
Evelyna Felicia Hansi
Mahasiswi Teknik Kimia Unpar.
28 Juni 2022
BandungBergerak.id - Permasalahan pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air di Indonesia telah berada di tahap yang mengkhawatirkan. Seiring berjalannya waktu. perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia pun membuat kondisi sanitasi lingkungan menjadi semakin buruk. Hal ini disebabkan karena limbah rumah tangga yang dihasilkan khususnya grey water kerap kali dibuang langsung ke badan air tanpa melewati proses pengolahan sehingga air menjadi tercemar.
Menurut data Badan Pusat Statistik pada tahun 2020, 57,42 persen rumah tangga di Indonesia membuang air limbah mencuci, mandi, dan dapur (grey water) ke got, selokan, sungai. Sementara itu, hanya ada 1,28 persen rumah tangga yang membuang grey water ke IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk diolah terlebih dahulu.
Volume produksi air limbah rumah tangga yang dibuang ke badan air ini diestimasi telah berkontribusi pada pencemaran sungai di Indonesia dengan angka yang cukup tinggi yaitu sekitar 70 persen (Firdayati dkk 2015). Permasalahan ini tentunya dapat diatasi dengan mengolah grey water terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air. Biofilter anaerob-aerob merupakan teknologi efektif untuk mengolah grey water yang telah memberikan kontribusi pada pencemaran air sebesar 70 persen. Lantas, apakah yang membuat teknologi biofilter anerob-aerob menjadi teknologi efektif untuk mengolah grey water?
Efisiensi Pengolahan yang Tinggi Berdasarkan Reduktivitas Parameter Pencemar
Air limbah rumah tangga yang langsung dibuang tanpa melewati proses pengolahan terlebih dahulu dapat mencemari air sebab terdapat beberapa parameter pencemar yang terkandung di dalamnya yakni TSS, BOD, COD, -N, total P, dan bakteri koliform. Hal ini disebabkan karena parameter tersebut dapat menurunkan kadar oksigen terlarut dan juga membunuh ekosistem laut.
Pada awalnya, air limbah domestic yang diolah dengan teknologi biofilter anaerob aerob akan masuk ke zona anaerob yang telah diisi dengan media dari bahan plastik berbentuk sarang tawon yang kemudian air limpasannya akan dialirkan ke zona aerob. Dalam zona aerob ini, ari limbah rumah tangga akan dialirkan kembali ke media dari bahan plastik tipe sarang tawon sambil dihembuskan udara. Setelah itu, air limbah akan masuk ke bak pengendapan akhir dan bak kontaktor klor untuk dibuang ke saluran umum.
Penambahan klorin pada akhir proses dapat membantu untuk membunuh mikroorganisme patogen. Setelah beberapa hari pengolahan, nantinya akan tumbuh suatu lapisan mikroorganisme yang menguraikan senyawa organik parameter pencemar yang terkandung dalam air limbah rumah tangga. Air limbah yang telah diolah dengan menggunakan biofilter anaerob aerob menunjukkan bahwa kadar BOD-nya memiliki efektivitas reduksi mencapai 83,86 persen dan kadar COD-nya tereduksi hingga 96,79 peresn.
Sementara itu, air limbah yang diolah dengan biofilter anaerob hanya memiliki efektivitas reduksi sebesar 79 persen untuk kadar BOD dan 57 persen untuk kadar COD (Radityaningrum dan Kusuma, 2017). Hal tersebut membuktikan bahwa biofilter anaerob aerob lebih efektif untuk menurunkan parameter pencemar yang terkandung dalam air limbah rumah tangga karena menggabungkan proses anaerob dan aerob jika dibandingkan dengan teknologi anaerob saja.
Pengelolaan Unit IPAL untuk Teknologi Biofilter Anaerob Aerob Mudah Dilakukan
Salah satu hal yang kerap kali menjadi kekhawatiran banyak pihak untuk mengolah air limbah rumah tangga adalah pengelolaan unit Instalasi Pengolahan Air Limbah atau IPAL. Akan tetapi, pengelolaan unit IPAL dengan teknologi biofilter anaerob aerob sendiri tidak memerlukan perawatan khusus dan cenderung sangat mudah walaupun terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan.
Salah satunya yaitu mencegah masuknya sampah padat dan zat kimia beracun ke dalam unit IPAL. Sampah padat dan zat kimia beracun dapat mengganggu pertumbuhan mikroorganisme yang ada dalam biofilter anaerob aerob. Jika pembiakan mikroorganisme ini terganggu oleh sampah padat dan zat kimia beracun, maka senyawa polutan yang terkandung dalam air limbah domestic akan semakin sulit untuk terurai sehingga hasil pengolahannya pun menjadi tidak efisien (Said, 2006).
Selain itu, unit IPAL untuk mengolah air limbah rumah tangga umumnya akan menghasilkan lumpur sebagai hasil degradasi polutan yang perlu untuk dikuras. Namun, pengurasan lumpur dalam unit IPAL dengan teknologi biofilter anaerob aerob dapat dilakukan minimal satu tahun sekali atau dilakukan sesuai dengan kebutuhan ketika jumlah lumpur sudah menumpuk cukup banyak.
Sebuah studi instalasi di Universitas Sebelas Maret Kawasan Jebres menunjukkan pengurasan lumpur yang terdapat pada endapan di dasar bak pengendap awal IPAL dapat dilakukan setiap 1-2 tahun sekali menggunakan vacuum truck (Puspasari, 2017). Dengan demikian, dapat dilihat bahwa unit IPAL yang menggunakan biofilter anaerob aerob cukup mudah dikelola.
Baca Juga: Terminal Dago Ada di Pusaran Sengketa Lahan Dago Elos, Kenapa Pemkot Bandung Selama Ini Diam?
UU TPKS Bukanlah Teori atau Aturan Tertulis Semata
Penerapan Building Information Modeling dalam Revolusi Konstruksi di Indonesia
Hasil Olahan Air Limbah Domestik yang Aman dengan Teknologi Biofilter Anaerob Aerob
Menurut studi yang dilakukan untuk mengolah air limbah rumah tangga pada IPAL Domestik INBIS Permata Bunda, efektivitas reduksi parameter pencemar yang terdapat dalam air limbah rumah tangga berkisar 56,73 persen - 97,65 persen dan telah memenuhi baku mutu untuk parameter pencemar PH, BOD, COD, amonia, minyak lemak, dan koliform (Busyari et al, 2020). Dengan turunnya parameter pencemar dan telah memenuhi baku mutu standar, maka hasil olahan air limbah rumah tangga dengan menggunakan teknologi biofilter anaerob aerob dapat dibuang ke saluran pembuangan dengan aman.
Tidak hanya itu saja, grey water yang telah diolah juga dapat digunakan untuk berbagai keperluan sebagai suatu alternatif untuk mengurangi kelangkaan air bersih. Hasil olahan air limbah rumah tangga berpeluang digunakan kembali untuk keperluan non-potable, misalnya membilas toilet.
Keperluan air untuk membilas toilet tidak harus menggunakan air bersih selama air yang digunakan tidak mengandung senyawa yang dapat membunuh mikroorganisme. Hasil olahan air limbah rumah tangga dari IPAL dapat didistribusikan untuk keperluan WC yang masuk ke septic tank disebabkan oleh kandungan pencemarnya yang sudah menjadi lebih ringan.
Jika grey water yang tidak diolah digunakan untuk membilas toilet, maka akan menyebabkan proses dekomposisi yang hanya berlangsung sebagian. Hal ini disebabkan karena masih terdapat kandungan senyawa amonia yang akan membunuh mikroorganisme dalam septic tank. Proses dekomposisi yang masih berlangsung menyebabkan kerja septic tank menjadi terganggu.
Seperti yang telah dijabarkan, biofilter anaerob aerob merupakan teknologi efektif untuk mengolah air limbah rumah tangga yang telah berkontribusi besar pada pencemaran air di Indonesia. Grey water perlu diolah sebelum dibuang menggunakan biofilter anaerob aerob karena efektivitas pengolahan yang tinggi untuk menurunkan parameter pencemar yang terkandung didalamnya sehingga nantinya menjadi aman untuk dibuang ke badan air.
Air limbah rumah tangga yang telah diolah bahkan dapat digunakan kembali untuk berbagai keperluan yang juga dapat menjadi alternatif mengurangi kelangkaan air bersih. Pengelolaannya yang cukup mudah pun menjadi nilai tambah untuk menggunakan biofilter anaerob aerob dalam mengolah grey water.
Oleh karena itu, pengolahan grey water menggunakan biofilter anaerob aerob perlu dijadikan suatu topik pembicaraan dalam program khusus untuk mengatasi pencemaran air dari mahasiswa kepada masyarakat. Selain itu, pengolahan grey water dengan biofilter anaerob aerob juga perlu disebarkan melalui media cetak atau elektronik agar pemerintah dapat menampung aspirasi dan pada akhirnya menerapkan teknologi ini untuk mengolah grey water yang dihasilkan oleh setiap rumah tangga. Dengan demikian, angka pencemaran air yang disebabkan oleh air limbah rumah tangga di Indonesia dapat berkurang.