• Agenda
  • AGENDA BANDUNG: Buku Oto Iskandar Di Nata dan Cetakan Kedua Prapesan Novel Melukis Jalan Astana, 1-17 Agustus 2022

AGENDA BANDUNG: Buku Oto Iskandar Di Nata dan Cetakan Kedua Prapesan Novel Melukis Jalan Astana, 1-17 Agustus 2022

Oto Iskandar di Nata berperan dalam pembentukan militer Indonesia. Novel Melukis Jalan Astana berlatarkan tahun 1980-an era penembakan misterius.

Buku Oto Iskandar Di Nata Perintis Tentara Republik Indonesia (kiri) dan novel Melukis Jalan Astana. Kedua buku ini diterbitkan Propublic.info, 2022. (Sumber: Propublic.info/Instagram LawangBuku)

Penulis Tim Redaksi10 Agustus 2022


BandungBergerak.idAgenda Bandung kali ini masih dimeriahkan dengan penerbitan buku. Pertama, penerbitan buku Oto Iskandar Di Nata Perintis Tentara Republik Indonesia dan yang kedua, prapesan cetakan kedua novel Melukis Jalan Astana.

Buku Oto Iskandar Di Nata Perintis Tentara Republik Indonesia ditulis Iip D. Yahya. Buku ini diterbitkan Propublic.info, 2022.

Harga Rp85.000

Kondisi: baru, segel.

Hal.: xvi + 208.

Ukuran: 14,8 x 20,6 cm.

Pemesanan hubungi: LawangBuku. WA: 0856.200.99.50. IG/ FB/ Twitter: @lawangbuku. Tokopedia/Shopee: LawangBuku.

Sinopsis Oto Iskandar Di Nata Perintis Tentara Republik Indonesia

Buku ini bermaksud menunjukkan sejumlah data tertulis mengenai keterlibatan Oto Iskandar di Nata dalam sejarah perintisan militer Indonesia.

Buku ini juga bermaksud mengangkat peristiwa yang terjadi dari hari ke hari menjelang pembentukan Tentara Keamanan rakyat (TKR) pada 5 oktober 1945, yang kemudian berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Penulis sedapat mungkin menghindari analisa "post-factum" agar pembaca dapat lebih menangkap nuansa dalam rangkaian keputusan mengenai pembentukan TNI itu. 

Helen Jarvis, penerjemah dan editor buku "From Jail to Jail" karya Tan Malaka, pada bagian "appendix a biographical sketches", menyebutkan bahwa Oto adalah tokoh yang dikenal sebagai pendiri militer pertama Republik Indonesia, yaitu Badan Keamanan Rakyat.

Baca Juga: Penolakan PTUN Bandung terhadap Gugatan SK UMK Jabar Bertentangan dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi
Rektorat UPI Didemo Mahasiswa karena Mahalnya Biaya Kuliah
Urgensi Melindungi Hak Masyarakat Adat dengan UU Masyarakat Hukum Adat

Melukis Jalan Astana

Novel Melukis Jalan Astana ditulis Iman Herdi tahun 2021. Saat ini, novel dengan latar tahun 1980-an era penembakan misterius (petrus) ini bersiap masuk ke cetakan kedua, yang dibuka dengan prapesan mulai 1 – 17 Agustus 2022.

Penulis: Iman Herdi

Lukisan sampul depan: Alexandreia Indri Wibawa

Foto sampul belakang: Adi Marseila

Tebal: 290 halaman

ISBN: 978-623-93907-6-1

Penerbit: Propublic.info

Ukuran: 14,5 x 20,5 cm

Harga Prapesan: Rp65.000

Harga Reguler: Rp74.900

Pemesanan Hubungi LawangBuku: 0856.200.99.50 (WA). IG/ FB/ Twitter: @lawangbuku.

Sinopsis Novel Melukis Jalan Astana

Tahun 1980-an, sebuah kampung di Bandung utara bergejolak karena rencana pembangunan yang diusung pengusaha dan mendapat dukungan dari penguasa lokal sebagai kepanjangan tangan rezim Orde Baru. Konflik diperuncing dengan adanya perdebatan tradisi dan agama. Kelompok tradisi terdesak karena pengusaha dan penguasa lokal berhasil bersekutu dengan pemuka agama. Sikap warga terbelah; ada yang setia mempertahankan tradisi, namun ada pula yang berpihak pada pembangunan. Samoja, seniman desa, ada di pusaran konflik itu, menjadi jangkar bagi warga dan kampungnya. Ia menjadikan kesenian sebagai media perlawanan. Usaha ini bisa saja berhasil seandainya tidak ada pengkhianatan.

Di Kota Bandung, perburuan terhadap para gali sedang gencar-gencarnya. Berita penemuan mayat dalam karung menjadi perbincangan lazim di warung kopi. Para preman, calo, penjudi, begal, atau orang-orang bertato, dipaksa tiarap dari incaran penembak misterius. Di tengah perburuan itu, Sekar Arum menjalani bahtera rumah tangga dengan Kadaka yang sayangnya menjadi target petrus (penembak misterius).

Bersama suaminya, Sekar Arum berlari dari satu persembunyian ke persembunyian lainnya, dari tengah kota menuju ke timur Bandung, kemudian kembali berlari menuju selatan. Mereka terus menghindar dari ancaman para pemburu yang memiliki mata dan telinga di mana-mana. Sampai suatu saat, Sekar Arum harus memilih antara bertahan dalam kegilaan bersama suaminya atau berlari untuk menyelamatkan diri dan anaknya, Adil.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//