• Berita
  • Covid-19 Bandung Raya Diramalkan Melonjak setelah Lebaran

Covid-19 Bandung Raya Diramalkan Melonjak setelah Lebaran

Meningkatnya pergerakan masyarakat 5 persen saja pada menjelang dan di saat lebaran, akan meningkatkan laju penularan infeksi Covid-19 di Bandung Raya.

Warga memadati area pusat belanja di kawasan Alun-Alun Bandung, Jawa Barat, untuk berbelanja kebutuhan lebaran, 3 Mei 2021. Warga menyerbu pusat-pusat perbelanjaan di wilayah perkotaan sejak H-10 lebaran tanpa menghiraukan protokol kesehatan. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Iman Herdiana6 Mei 2021


BandungBergerak.idMeningkatnya pergerakan masyarakat Bandung Raya dihitung dengan pendekatan epidemologi matematika. Hasilnya, laju penularan Covid-19 di Bandung Raya diprediksi melonjak pada lebaran 2021, jika tidak ada pengetatan terhadap pergerakan tersebut.

Penghitungan dilakukan oleh tim epidemolog matematika Institut Teknologi Bandung, di mana Nuning Nuraini menjadi bagian dari tim ini. Nuning menjelaskan, ada garis merah antara tingginya pergerakan masyarakat pada menjelang maupun di saat lebaran dan lonjakan kasus Covid-19.

“Untuk Bandung Raya, simulasi proyeksi dari data pergerakan antar-wilayah yang kurang dari 5 persen, terjadi potensi peningkatan kasus,” terang Nuning, saat dihubungi BandungBergerak, Rabu (6/5/2021).

Artinya, kata Nuning, simulasi menunjukkan bahwa meningkatnya pergerakan masyarakat sedikit saja pada menjelang dan di saat lebaran, yakni 5 persen, memengaruhi laju penularan infeksi virus Corona di Bandung Raya.

Simulasi itu menjadi peringatan kalau pergerakan tak terkendali atau lebih dari 5 persen, kasus baru Covid -19 di Bandung Raya berpeluang meningkat. Nuning menunjukkan empat grafik model simulasi di wilayah Bandung Raya, yakni Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Raya, dan Kabupaten Bandung.

Dari keempat wilayah yang dilakukan simulasi, semuanya menunjukkan bahwa meningkatnya pergerakan masyarakat akan menambah jumlah kasus Covid-19 aktif (menular). Ini ditunjukkan dengan melonjaknya garis kurva di antara garis hijau yang menjadi indikator Hari Raya Idulfitri atau lebaran, dan garis merah sebagai indikator dua minggu setelah lebaran.

Lonjakan kasus terurama terjadi dua pekan setelah lebaran, setelah pergerakan masyarakat yang terjadi pada menjelang dan di saat lebaran. Jika pergerakan berhasil diredam, data kasus baru Covid-19 memang ada kenaikan pelan-pelan, tetapi tidak terjadi lonjakan.  

Simulasi tersebut menggunakan data pergerakan manusia yang bersumber Facebook antara Maret 2020 hingga Maret 2021.

“Jadi kita (saya dan tim matematika ITB) menggunakan data pergerakan yang bisa diakses publik dan disediakan oleh Facebook (ada syarat-syaratnya ini pergerakan mana yang dimaksud), data tersebut mulai Maret 2020 sampai dengan sekarang, tapi simulasinya kita pakai sampai Maret 2021. Lalu dengan menggunakan metode deep learning - LSTM (ini pakai machine learning) diperoleh proyeksi pergerakan akan meningkat di sekitar lebaran,” terang Nuning.

Rekomendasi dari simulasi ini ialah pentingnya penegakan aturan pembatasan pergerakan masyarakat dibarengi penggunaan protokol kesehatan secara ketat, jika tidak ingin terjadi lonjakan kasus Covid-19. Pembatasan pun tidak cukup pada larangan mudik antar-kota antar-provinsi maupun mudik lokal dalam wilayah aglomerasi, tetapi juga harus berlaku di pusat-pusat perbelanjaan yang sejak H-10 lebaran terpantau sudah diserbu pengunjung yang membeli kebutuhan lebaran.

Kondisi Covid-19 sekarang sekaligus menjadi tantangan pemerintah dalam menegakan protokol kesehatan terhadap masyarakat yang euforia pada lebaran tahun ini mengingat lebaran tahun lalu terjadi pembatasan cukup ketat.

Baca Juga: Ibadah Ramadan Mesti Perketat Protokol Kesehatan, Berkaca dari Tsunami Covid-19 India
Ramadan di Tahun Pagebluk (13): Mimin Ristiani, Sang Penjaga Parkir Saparua
Dalam 2 Pekan, Jumlah Positif Covid-19 di Bandung Bertambah 939 Kasus
Waspada Covid-19 di Mal, Kasus Meninggal di Bandung Naik sejak 2 Hari Terakhir

Mudik Lokal Dilarang

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjamin akan menegakan pembatasan pergerakan masyarakat selama menjelang lebaran 2021. Pihaknya mengikuti arahan pemerintah pusat dengan tidak memperbolehkan mudik lokal meskipun berada di wilayah aglomerasi.

Di Jabar, aglomerasi ada di Bandung Raya meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Cimahi, Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang. Aglomerasi lain Bodebek meliputi Kab/Kota Bogor, Kab/Kota Bekasi, dan Kota Depok. 

“Narasinya sama dengan pemerintah pusat, mudik lokal itu tidak diperkenankan. Aglomerasi yang dibolehkan bergerak hanya untuk para pekerja saja,” tegas Ridwan Kamil, dalam siaran pers Rabu (5/5/2021).

Menurutnya, masih ada sekitar 7 persen warga yang memaksa mudik dengan Jabar sebagai tujuan pemudik dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Kurang lebih 400 ribuan pemudik yang harus kami waspadai di wilayah Jabar,” imbuhnya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//