• Dunia
  • Membedakan Virus Corona Varian India dengan Covid-19 Biasa

Membedakan Virus Corona Varian India dengan Covid-19 Biasa

Publik dalam negeri dihebohkan dengan berita masuknya ratusan warga negara India ke Indonesia. Sejumlah warga India itu bahkan teridentifikasi positif Covid-19.

Warga memadati area pusat belanja di kawasan Alun-Alun Bandung, Jawa Barat, untuk berbelanja kebutuhan lebaran, 3 Mei 2021. Warga menyerbu pusat-pusat perbelanjaan di wilayah perkotaan sejak H-10 lebaran tanpa menghiraukan protokol kesehatan. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Iman Herdiana6 Mei 2021


BandungBergerak.idIndia mencatat lonjakan infeksi virus Corona paling tajam di dunia bulan ini. Ibu Kota New Delhi dan Mumbai dilaporkan kehabisan tempat tidur rumah sakit, oksigen, dan obat-obatan. Ilmuwan dunia mempelajari apa yang menyebabkan lonjakan tak terduga itu, terutama menyelidiki peran virus Corona varian baru yang terdeteksi pertama kali di India dalam lonjakan itu.

Melansir abc.net.au, Kamis (6/5/2021), varian yang disebut B.1.617 itu menimbulkan kekhawatiran global setelah dilaporkan di sekitar 17 negara termasuk Jerman, Belgia, Inggris, Swiss, Amerika Serikat, Singapura dan Fiji. Varian B.1.617 berisi dua mutasi kunci pada sel inang manusia yang disebut E484Q dan L452R. Keduanya secara terpisah ditemukan di banyak varian virus Corona, tetapi untuk pertama kalinya mereka dilaporkan dalam virus yang sama, yakni B.1.617.

Epidemolog UGM, Gunadi menyebutkan mutasi virus Corona lainnya yang juga ditemukan di India, yakni varian B.1.618. Perlu diwaspadai bahwa varian ini mengandung tiga mutasi pada receptor binding domain (RBD) protein utama (protein spike/S) yang berikatan langsung dengan sel inang manusia yaitu E484Q, L452R, dan V382L.

Gunadi yang juga Ketua Pokja Genetik FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan, mutasi E484Q terletak pada lokasi yang sama dengan mutasi E484K yang dideteksi pada varian Afrika Selatan dan Brazil sehingga mutasi E484Q diduga mempunya sifat yang sama dengan E484K, yaitu bisa menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.

Ahli virologi Shahid Jameel menjelaskan mutasi ganda yang terjadi pada protein S virus tersebut dapat meningkatkan risiko penularan sekaligus memungkinkan virus lolos dari sistem kekebalan tubuh.

Protein S adalah bagian dari virus yang berfungsi menembus sel pada manusia. Varian baru virus Corona ini oleh WHO digolongkan sebagai varian yang perlu mendapat perhatian khusus, bersama dengan strain baru lainnya yang pertama kali terdeteksi di Inggris, Brasil dan Afrika Selatan, yang menunjukkan memiliki tingkat ancaman lebih tinggi.

WHO menegaskan varian-varian baru virus Corona itu membutuhkan penelitian lebih lanjut. Namun dalam studi laboratorium dengan sampel terbatas menunjukkan varian baru ini berpotensi meningkatkan transmisi.

Sebelumnya, varian B.117 pertama kali terdeteksi di Inggris. Varian ini berada di belakang lonjakan kasus yang terjadi di India. Di New Delhi, kasus varian Inggris ditemukan hampir dua kali lipat pada paruh kedua Maret 2021. Sementara Varian India (B.1.617) banyak ditemukan di Maharashtra, negara bagian yang paling terpukul di negara itu.

Ilmuwan AS, Chris Murray, dari University of Washington, mengatakan besarnya infeksi di India dalam waktu singkat menunjukkan bahwa varian baru diduga kuat berhasil mengalahkan kekebalan tubuh yang muncul setelah infeksi alamiah pada populasi di India. "Kemungkinan besar itu B.1.617," kata Chris Murray.

Akan tetapi, data pengurutan gen di India masih minim. Pengurutan gen penting untuk mengetahui mutasi dan lain-lain. Selain itu, tsunami Covid-19 di India didorong juga oleh varian Inggris dan Afrika Selatan.

Terlepas dari adanya varian baru di India, Perdana Menteri India, Narendra Modi, mendapat dikritik tajam karena kebijakan-kebijakannya. Sebelum tsunami Covid-19 di India, Modi mengizinkan kampanye politik besar-besaran dan festival keagamaan dalam beberapa pekan terakhir. Acara yang melibatkan massa dalam jumlah besar itu berlangsung tanpa protokol kesehatan, banyak warga yang tidak memakai masker.

Baca Juga: Ramadan di Tahun Pagebluk (13): Mimin Ristiani, Sang Penjaga Parkir Saparua
Waspada Covid-19 di Mal, Kasus Meninggal di Bandung Naik sejak 2 Hari Terakhir
Dalam 2 Pekan, Jumlah Positif Covid-19 di Bandung Bertambah 939 Kasus
Ibadah Ramadan Mesti Perketat Protokol Kesehatan, Berkaca dari Tsunami Covid-19 India

Varian India di Indonesia

Ketika dunia digemparkan dengan virus Corona varian baru, publik dalam negeri dihebohkan dengan berita masuknya ratusan warga negara India ke Indonesia. Sejumlah warga India itu bahkan teridentifikasi positif Covid-19.

Epidemiolog UGM, Bayu Satria Wiratama, menilai kedatangan ratusan warga India membawa risiko tersendiri terhadap peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia. Terlebih di negara tersebut telah berkembang varian Covid-19 yang diduga memiliki kemampuan penyebaran yang lebih cepat dari sebelumnya dan lebih kebal terhadap sistem kekebalan tubuh.

“Salah satu hal yang ditakutkan dari masuknya kasus-kasus dari luar negeri seperti India ini adalah masuknya varian-varian baru COVID-19 ke Indonesia. Hal ini menjadi salah satu risiko peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia,” papar, mengutip laman resmi UGM.

Lebih lanjut ia menerangkan, varian B1617 yang juga dikenal dengan nama varian India termasuk ke dalam variant of interest yang penyebarannya tengah diawasi oleh organisasi kesehatan dunia (WHO). Varian ini diduga lebih cepat menular dan dapat memengaruhi efektivitas vaksin.

“Tapi sejauh mana pengaruhnya memang masih diselidiki,” imbuhnya.

Bayu sepakat dengan kebijakan pemerintah yang menyetop sementara pemberian visa pada warga negara asing yang pernah berkunjung ke India dan akan masuk ke wilayah RI. Warga Negara Indonesia yang hendak pulang dari India wajib melakukan karantina selama 14 hari di lokasi khusus.

Pemerintah juga perlu mengawasi proses karantina secara ketat dan menindak tegas pihak-pihak yang berusaha menyelundupkan orang-orang dari negara yang termasuk berisiko tinggi. “Perlu ditambah dengan penegasan sanksi bagi mereka yang melanggar karantina atau berusaha memalsukan dokumen,” terangnya.

Ia menambahkan, selain dari negara yang telah teridentifikasi memiliki varian baru, pemerintah juga perlu memberikan perhatian khusus terhadap masuknya WNA atau WNI dari sejumlah negara yang tengah mengalami kenaikan kasus COVID-19 seperti Jepang, Thailang, Brazil, dan Chili

Mutasi Virus Tak Pernah Selesai, Kuncinya Protokol Kesehatan

Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM, Gunadi menyebutkan mutasi Covid-19 akan terus berlangsung dan tidak akan pernah selesai. Ia meminta masyarakat untuk tetap patuh menjalankan protokol kesehatan (prokes). Begitupun usai menerima vaksin, masyarakat diminta untuk disiplin terhadap prokes sebab risiko infeksi masih dapat terjadi.

“Mutasi virus tidak akan pernah selesai. Sifat mutasi ini perlu diwaspadai, tetapi tidak perlu khawatir berlebihan dengan tetap menerapkan prokes,” kata Gunadi.

Dosen FK-KMK UGM ini menjelaskan varian corona baru dengan dua atau tiga mutasi dari India sampai saat ini belum terdeteksi di Indonesia. Mamun bisa saja kedepannya akan muncul di tanah air karena sebelumnya varian Inggris B.1.1.7 juga sudah terdeteksi di Indonesia.

Faktor mobilitas yang tinggi dan rendahnya penerapan prokes di masyarakat memperbesar peluang transmisi virus corona varian baru. “Supaya di tanah air tidak terjadi seperti di India maka perlu disiplin terhadap prokes. Meski sudah divaksin jangan lantas longgarkan prokes karena masih bisa terinfeksi,” terangnya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//