• Kampus
  • Wisuda 1.483 Lulusan Unpad dalam Suasana Pandemi Covid-19

Wisuda 1.483 Lulusan Unpad dalam Suasana Pandemi Covid-19

Wisudawan Unpad tertua berasal dari Program Magister yaitu Yuslih Ihza yang lulus dalam usia 68 tahun 9 bulan 20 hari.

Upacara Wisuda Unpad Gelombang III Tahun Akademik 2020/2021 secara daring, Rabu (5/5/2021). (Dok Humas Unpad)

Penulis Iman Herdiana7 Mei 2021


BandungBergerak.idUntuk kesekian kalinya Universitas Padjadjaran (Unpad) menggelar acara secara daring dalam suasana pagebluk Covid-19. Tak terkecuali acara besar sekelas wisuda, di mana tahun ini lulusan yang diwisuda sebanyak 1.483 orang. Mereka dilantik pada Upacara Wisuda Unpad Gelombang III Tahun Akademik 2020/2021 secara daring, Rabu (5/5/2021).

Rektor Unpad Rina Indiastuti mengatakan, pelaksanaan wisuda daring merupakan salah satu upaya Unpad untuk mengurangi penyebaran Covid-19. Menurutnya, tentu penyelenggaraan wisuda secara daring tidak sepenuhnya ideal. “Tidak seperti bayangan para wisudawan dan orang tua atas sebuah selebrasi kelulusan,” kata Rektor saat membacakan pidato yang disiarkan langsung dari Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur No 35, Bandung, mengutip laman resmi Unpad.

“Namun, kami yakin, kita semua menyadari bahwa pandemi Covid-19 yang masih mendera negeri ini menjadikan kita tetap berupaya menerapkan protokol kesehatan.”

Selain wisuda daring, sebelumnya mahasiswa menjalani kuliah daring pula selama setahun lebih pandemi Covid-19. Rektor menyebut, pihaknya selalu memantau dan membantu mahasiswa agar dapat secara efisien dan efektif menjalani perkuliahan daring.

Meski demikian, ia bersyukur mengingat dalam situasi yang sulit akibat pandemi, para wisudawan tetap produktif dan berhasil menyelesaikan studi di Unpad. “Kami yakin Saudara-saudara adalah putra dan putri terbaik Universitas Padjadjaran. Putra dan putri terbaik Ibu Pertiwi,” ujarnya.

Di sela pidatonya, Rina membaca lirik lagu “Mentari” karya Iwan Abdulrachman yang menyiratkan harapan bahwa para wisudawan siap menebarkan cahayanya, yang akan membawa negeri ini bangkit dan berjaya.

Pada wisuda tersebut, sejumlah lulusan masuk ke dalam predikat terbaik, yaitu Wisudawan Terbaik Progam Doktor Dede Yusuf Macan Effendi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Wisudawan Terbaik  Program Magister Ridwansyah dari Fakultas Kedokteran, Wisudawan Terbaik Program Spesialis Maria Damayanti Gufra Putri Say dari Fakultas Kedokteran.

Kemudian, Wisudawan Terbaik Program Profesi oleh Fathya Ulfa dari Fakultas Farmasi, Wisudawan Terbaik Program Sarjana Tsana Afrani Suyono dari Fakultas Psikologi, dan Wisudawan Terbaik Program Diploma IV Yulia Nisa Herman dari Fakultas Ilmu Budaya.

Sementara wisudawan Unpad tertua berasal dari Program Magister yaitu Yuslih Ihza yang lulus dalam usia 68 tahun 9 bulan 20 hari, serta wisudawan termuda dari Program Sarjana yaitu Kharisma Bintang Putri dari Fakultas Kedokteran, yang lulus dalam usia 19 tahun 9 bulan 12 hari.

Baca Juga: FKUI Teliti Kesediaan Mahasiswa Kedokteran Menjadi Relawan Pandemi Covid-19
ITB Bebaskan UKT Seleksi Mandiri bagi Mahasiswa Kurang Mampu
Mesin Waktu Bernama Kartu Pos Bandung
Unpad Dorong Pemerintah Maksimalkan Data

Prioritas dan Keinginan

Tsana Afrani Suyono masuk dalam daftar wisuda terbaik Unpad. Ia lulus dari prodi Psikologi dalam waktu kurang dari 4 tahun dengan IPK 3,95. Ia bisa lulus cepat kuliah di Unpad bukan berarti tidak mengikuti kegiatan di luar proses belajar.

Selama menempuh studi di Unpad, ia aktif di organisasi sosial di Unpad, mulai dari komunitas pencinta anak dan remaja di tingkat fakultas, hingga aktif sebagai pengajar di Komunitas Taman Ilmu. Pada komunitas pencinta anak dan remaja, ia aktif mendatangi desa-desa dan beraktivitas bersama anak-anak, seperti membacakan dongen hingga bermain bersama.

Sementara di Taman Ilmu, ia aktif menjadi pengajar mingguan di Desa Sukanegla, Jatinangor. Ia mengaku memiliki ketertarikan dalam mendukung pengembangan anak-anak dan remaja.

“Anak-anak itu sebagai generasi penerus bangsa. Intervensi di awal tahun terutama di bagian kognitifnya sangat penting bagi perkembangan anak,” tutur perempuan kelahiran Batam, Kepulauan Riau, ini.

Di sana, Tsana bersama timnya mengajar sejumlah mata pelajaran sampai mengembangkan kurikulum yang disesuaikan dengan perkembangan anak usia sekolah. Proses belajar mengajar dikemas dengan suasana yang santai.

Selain itu, ia pernah aktif di komunitas Earth Day Unpad dan membantu melakukan reboisasi lahan kritis di kawasan hulu Sungai Citarum. Di tengah kesibukannya, ia tak lupa akan tugas utamanya, yaitu belajar. Baginya, kuliah tetap menjadi prioritas.

Sejak awal, ia sudah memisahkan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan utama sebagai mahasiswa adalah belajar. Setelah itu, barulah mengembangkan diri sesuai dengan keinginan, yaitu aktif di bidang sosial.

“Kalau kita sudah tahu yang diinginkan, maka manajemennya akan menjadi cukup baik. Tentu saja utamanya tetap akademik,” kata Tsana.

Tsana melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul “Hubungan antara Quarter-Life Crisis dan Subjective Well-Being pada Individu Dewasa Muda”. Selain itu itu, ia bersama dosen dan mahasiswa Psikologi lainnya juga berhasil melakukan publikasi ilmiah di jurnal “Apakah Intervensi Prasangka Lewat Media bisa Mengurangi Prasangka Implisit terhadap Orang dengan HIV/AIDS? Eksperimen menggunakan Implicit Association Test (IAT)” di Jurnal Psikologi Sosial UI.

 

 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//