• Cerita
  • Ramadan di Bandung Dulu dan Kini (7): Nonton Film di Bioskop

Ramadan di Bandung Dulu dan Kini (7): Nonton Film di Bioskop

Bioskop yang berderet-deret di kawasan Alun-alun Bandung menjadi lokasi favorit ngabuburit tempo dulu. Di masa pagebluk saat ini, bioskop sempat dilarang buka.

Suasana deretan bioskop di timur Alun-alun Bandung tempo dulu. Kawasan ini menjadi lokasi favorit warga untuk ngabuburit selama bulan Ramadan. (Sumber foto: buku Ramadhan di Priangan (1996))

Penulis Tri Joko Her Riadi12 Mei 2021


BandungBergerak.id - Kawasan sekitar Alun-alun Bandung menjadi pusat kegaitan ngabuburit sejak tempo dulu. Bioskop-bioskop yang ada di sana, seperti Elita, Varia, Oriental, dan Radio City yang berdiri berderet-deret, tak jarang memutar film khusus anak-anak.  

Haryoto Kunto dalam buku Ramadhan di Priangan Tempo Dulu (1996), mengisahkan bagaimana bioskop Varia diserbu penonton setiap kali menggelar pertunjukan siang, disebut film matinee. Mereka bukan hanya anak-anak, tapi juga orang-orang dewasa.

“Anak-anak yang nonton sibuk memperhatikan film, sedangkan para Oom-Tante serta Teteh dan Aa juga tak kurang sibuknya… pacaran!” tulis Kunto.

Itulah sebabnya orang-orang berkerumun di depan gedung bioskop. Anak-anak muda saling tunggu untuk bisa membeli karcis berbarengan dengan incaran masing-masing. Harapannya, di dalam bioskop mereka bisa duduk bersebelahan.

Baca Juga: Ramadan di Bandung Dulu dan Kini (6): Dorong Lokomotif si Gombar, Itikaf Jaga Jarak
Ramadan di Bandung Dulu dan Kini (5): Dari Sumur Bor ke Cikapundung Riverspot
Ramadan di Bandung Dulu dan Kini (4): Rujak Kolangkaling dan Efek Kecanduan Gawai

Tutup Berbulan-bulan

Di kawasan Alun-alun Bandung saat ini sudah tidak ada lagi bioskop beroperasi. Beberapa gedung bioskop lawas bahkan sudah lenyap, seperti bioskop yang berada di lahan eks Palaguna yang sudah rata dengan tanah. Tersisa gedung bekas bioskop Dian yang sudah tidak difungsikan lagi sebagai tempat menonton film.

Tercatat ada 15 bioskop di Bandung yang tersebar di pusat-pusat perbelanjaan. Bioskop-bioskop ini merupakan bagian dari jaringan pengusaha nasional.

Di tahun pagebluk Covid-19, bisnis bioskop menjadi salah satu sektor paling terdampak. Berlangsung selama lebih dari satu jam dalam ruangan tertutup yang berpendingin udara (AC), kegiatan menonton film diyakini berisiko besar terhadap penularan virus. Itulah yang jadi alasan utama bagi Pemerintah Kota Bandung untuk memutup pengoperasian bioskop selama beberapa bulan pertama pandemi pada 2020 lalu.

Baru pada pekan kedua Oktober 2020, sebagian bioskop memperoleh lampu hijau untuk kembali memutar film. Tentu dengan merapkan protokol kesehatan ketat. Pelonggaran tersebut diberikan setelah dilakukan serangkaian simulasi.

"Pembukaan bioskop memang berisiko, itu pasti. Tapi kita akan evasluasi per dua pekan," kata Wali Kota Bandung Oded M. Danial dalam siaran persnya, Selasa (13/10/2020).

Risiko penularan virus yang besar di ruangan bioskop membuat Pemkot Bandung tidak mau main-main dalam penerapan protokolnya. Oded sendiri mengancam, jika ada pengelola yang tidak taat aturan, bioskop bersangkutan akan langsung ditutup kembali.

Mengantongi lagi izin memutar film, bioskop-bioskop di Bandung tidak lantas kebanjiran penonton. Dalam pekan dan bulan pertama sejak pemberian lampu hijau itu, jumlah penonton di tiap-tiap jadwal film bisa dihitung jari.

Di sepanjang Ramadan 2021 ini, bioskop-bioskop di Bandung kembali memutar film-film andalan. Tentu tidak akan seramai pertunjukan matinee di bioskop Varia sebagaimana disaksikan Haryoto Kunto sekian puluh tahun lalu. Namun sedikitnya, ia menjadi alternatif warga untuk ngabuburit.

Salah satu film yang tayang di bulan Ramadan ini adalah dokumenter Pulau Plastik. Digarap secara kolaboratif oleh Visinema Pictures, Kopernik, Akarumput, dan Watchdoc, film ini mengisahkan perjuangan tiga sosok warga di tengah permasalahan mahabesar sampah plastik.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//