• Berita
  • Panduan Salat Idulfitri Masa Pandemi Covid-19 dan Mencegah Kenaikan Berat Badan Pasca-Ramadan

Panduan Salat Idulfitri Masa Pandemi Covid-19 dan Mencegah Kenaikan Berat Badan Pasca-Ramadan

Pakar kesehatan Unpas, Trias Nugrahadi, bahkan mengatakan kemungkinan berat badan akan naik pasca-Ramadan.

Membaca Al Quran di Masjid Agung atau Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat , 18 April 2021. Aktivitas di masjid tak lagi ramai saat Ramadan di tengah pandemi Covid-19. Kegiatan ibadah berjamaah jauh berkurang setelah kapasitas masjid harus dikurangi 50 persen untuk mencegah penyebaran virus corona. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Iman Herdiana12 Mei 2021


BandungBergerak.idPemerintah Kota Bandung telah memutuskan penyelenggaraan salat Idulfitri 2021 di Bandung dilakukan secara desentralisasi atau tersebar di banyak tempat, dengan pengetatan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Diharapkan, jemaah salat id tidak terkonsentrasi dalam satu tempat, melainkan terdesentralisasi di banyak tempat dalam skala kecil. Di Bandung terdapat sekitar 4.000 masjid, jumlah ini bisa menjadi 9.000 mesjid jika ditambah dengan masjid berkapasitas kecil di lingkup RT/RW.

Mengehadapi ritual tahunan ini, Kementerian Agama (Kemenag) telah menerbitkan aturan penyelenggaraan salat Idulfitri 1442/2021. Panduan ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) No. 07 tahun 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Salat Idulfitri Tahun 1442 H/2021 M di saat Pandemi Covid.

Dalam surat edaran yang diterima BandungBergerak.id, Rabu (12/5/2021), Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas mengatakan panduan ini guna memberikan rasa aman kepada umat Islam sekaligus mencegah penyebaran Covid-19. Selain mengatur perihal salat Idulfitri 1442 H, panduan di dalam SE juga mengatur kegiatan malam takbiran. Berikut panduan lengkapnya:

1. Malam takbiran menyambut hari raya Idulfitri dalam rangka mengagungkan asma Allah sesuai yang diperintahkan agama, pada prinsipnya dapat dilaksanakan di semua masjid dan musala, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Dilaksanakan secara terbatas, maksimal 10 persen dari kapasitas masjid dan musala, dengan memperhatikan standar protokol kesehatan Covid-19 secara ketat, seperti menggunakan masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.

b. Kegiatan takbir keliling ditiadakan untuk mengantisipasi keramaian.

c. Kegiatan takbiran dapat disiarkan secara virtual dari masjid dan musala sesuai ketersediaan perangkat telekomunikasi di masjid dan musala.

2. Salat Idulfitri 1 Syawal 1442 H/2021 M di daerah yang mengalami tingkat penyebaran Covid-19 tergolong tinggi (zona merah dan zona oranye) agar dilakukan di rumah masing-masing, sejalan dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia dan ormas-ormas Islam lainnya.

3. Salat Idulfitri 1 Syawal 1442 H/2021 M dapat diadakan di masjid dan lapangan hanya di daerah yang dinyatakan aman dari Covid-19, yaitu zona hijau dan zona kuning berdasarkan penetapan pihak berwenang;

4. Salat Idulfitri dilaksanakan di masjid dan lapangan, wajib memperhatikan standar protokol kesehatan Covid-19 secara ketat dan mengindahkan ketentuan sebagai berikut:

a. Salat Idulfitri dilakukan sesuai rukun salat dan khotbah Idulfitri diikuti oleh seluruh jemaah yang hadir.

b. Jemaah salat Idulfitri yang hadir tidak boleh melebihi 50 persen dari kapasitas tempat agar memungkinkan untuk menjaga jarak antarshaf dan antarjemaah.

c. Panitia salat Idulfitri dianjurkan menggunakan alat pengecek suhu dalam rangka memastikan kondisi sehat jemaah yang hadir.

d. Bagi para lansia (lanjut usia) atau orang dalam kondisi kurang sehat, baru sembuh dari sakit atau dari perjalanan, disarankan tidak menghadiri salat Idulfitri di masjid dan lapangan.

e. Seluruh jemaah agar tetap memakai masker selama pelaksanaan salat Idulfitri dan selama menyimak khotbah Idulfitri di masjid dan lapangan

f. Khotbah Idulfitri dilakukan secara singkat dengan tetap memenuhi rukun khotbah, paling lama 20 menit.

g. Mimbar yang digunakan dalam penyelenggaraan salat Idulfitri di masjid dan lapangan agar dilengkapi pembatas transparan antara khatib dan jemaah.

h. Seusai pelaksanaan salat Idulfitri jemaah kembali ke rumah dengan tertib dan menghindari berjabat tangan dengan bersentuhan secara fisik.

5. Panitia Hari Besar Islam/Panitia Salat Idulfitri sebelum menggelar salat Idulfitri di masjid dan lapangan terbuka wajib berkoordinasi dengan pemerintah daerah, Satgas Penanganan Covid-19 dan unsur keamanan setempat.

6. Silaturahim dalam rangka Idulfitri agar hanya dilakukan bersama keluarga terdekat dan tidak menggelar kegiatan Open House/Halal Bihalal di lingkungan kantor atau komunitas.

7. Dalam hal terjadi perkembangan ekstrem terkait peningkatan kasus Covid-19 yang signifikan, atau adanya mutasi varian baru virus corona di suatu daerah, maka pelaksanaan Surat Edaran ini disesuaikan dengan kondisi setempat.

Baca Juga: Bandung Berlakukan Larangan Mudik, Salat Idulfitri Harus Sesuai Prokes
Pemkot Bandung Putuskan Salat Id di tengah Pandemi
Kepala Daerah di Jabar Diminta Salat Idulfitri di Rumah

Cegah Kenaikan Berat Badan Pasca-Ramadan

Selama sebulan penuh, umat Islam menjalani ibadah puasa. Akibatnya, pola makan berubah, yakni setiap magrib dan sahur. Namun, setelah puasa justru ada efek yang perlu diwaspadai. Karena orang akan kembali beradaptasi dengan pola makan normal, tidak lagi magrib dan sahur.

Pakar kesehatan sekaligus Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Pasundan (Unpas), Trias Nugrahadi, bahkan mengatakan kemungkinan berat badan akan kembali seperti semula atau malah naik drastis pasca-Ramadan.

Menurutnya, secara fisiologis, apabila kebiasaan makan dan minum sudah benar, puasa akan efektif menurunkan berat badan. Jika diakumulasikan, selama satu bulan, berat badan bisa turun hingga 3 kilogram.

“Dalam istilah kedokteran, ini disebut efek yoyo. Biasanya, disebabkan oleh pola dan porsi makan yang tidak terkontrol setelah puasa. Dari yang awalnya hanya makan berat ketika buka dan sahur, kemudian kembali normal menjadi tiga kali sehari,” jelasnya di Kampus V Unpas, Jalan Sumatera, Kota Bandung, dikutip dari laman resmi Unpas.

Agar pencernaan tidak langsung terbebani terutama saat lebaran, Trias mengimbau untuk memperhatikan pola makan. Dengan menjaga dan mengatur pola makan, maka dapat meminimalkan risiko terkena efek yoyo.

Puasa Syawal untuk Menyesuaikan Pola Makan

Selain dianjurkan oleh Rasul dan menyempurnakan ganjaran berpuasa setahun penuh, ternyata puasa Syawal juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Utamanya, untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mencegah gangguan pencernaan, mengendalikan produksi gula dan lemak, serta menyesuaikan pola makan.

“Puasa Syawal ini sebagai masa transisi agar beban pencernaan tidak kaget. Sistem pencernaan yang tadinya bekerja lebih lambat harus adaptasi lagi dengan pola makan normal. Kalau tidak diatur, ini berisiko menyebabkan gangguan pencernaan dan menimbulkan efek yoyo,” katanya.

Mengatur Waktu Makan

Meski sudah bebas menyantap makanan, namun jam makan harus tetap diperhatikan. Pasca puasa, usahakan jangan membuat lonjakan beban pada tubuh. Dari sarapan hingga makan malam harus diatur sebaik mungkin.

“Sarapan idealnya di antara pukul 07.00-09.00 WIB. Tapi, karena waktu terakhir makan tiap orang berbeda-beda, disarankan untuk sarapan dua jam setelah bangun tidur. Dilanjutkan makan siang sekitar jam 12. Kemudian, makan malam tidak boleh di atas jam 7 karena perut harus diistirahatkan,” ujar dr. Trias.

Memperhatikan Asupan dan Kandungan Gizi

Saat sarapan, bisa mengonsumsi makanan ringan yang mengandung cukup karbohidrat guna membantu proses pengeluaran. Makan siang, harus dipenuhi dengan protein dan sedikit karbohidrat untuk penyerapan dan pembentukan energi. Malamnya, memakan makanan yang tidak memberikan beban pencernaan terlalu banyak.

“Awali dengan sarapan pagi yang ringan. Lalu, perbanyak protein pada makan siang, karena sebagai zat pembangun yang diserap agar tubuh kita segar kembali. Nanti malam, jangan dibebani dengan karbohidrat dan protein yang tinggi, tapi dengan mengonsumsi sayur dan buah-buahan,” imbuhnya.

Memperkuat Imunitas

Puasa merupakan kesempatan untuk mengistirahatkan pencernaan. Oleh karena itu, tidak boleh ada lonjakan berlebih pada tubuh agar pencernaan tetap terjaga. Tepenting, karena masih dalam masa pandemi, tetap memenuhi cairan dan mengonsumsi makanan yang memperkuat imunitas.

“Indonesia kaya akan bahan-bahan tradisional, seperti temulawak, jahe, dan rempah-rempah lain. Itu bisa kita manfaatkan, apalagi sekarang masih dalam masa pandemi. Minimal, kalau pola makan dan konsumsi makanan sudah baik, bebannya juga tidak akan terlalu banyak. Akan ada detoksifikasi dalam tubuh, sehingga menekan risiko sakit,” tutupnya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//