• Opini
  • Bandung: Makin Padat, Makin Cerdas?

Bandung: Makin Padat, Makin Cerdas?

Seperti kita ketahui bersama, kawasan perkotaan dewasa ini cenderung semakin padat. Akibatnya, kota-kota kita menanggung beban yang kian berat.

Djoko Subinarto

Penulis lepas dan blogger

Jalan Layang Pasteur Surapati (Pasupati) yang melintasi Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung. Jalan layang ini menjadi gerbang Bandung dari wilayah barat (Jakarta). (Foto: Iqbal Kusumadirezza)

15 Mei 2021


BandungBergerak.id - Kota Bandung masuk dalam daftar Top 50 Smart City Governments untuk tahun 2020/2021, yang disusun dan diterbitkan oleh Eden Strategy Institute. Bandung menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang masuk dalam daftar dan menerima predikat sebagai Kota Cerdas.

Dalam daftar Top 50 Smart City Governments, Ibu Kota Jawa Barat ini berada di urutan 28, dengan skor total 26,9. Bandung mengungguli Hangzou (26,8), Busan (26,7), Adeilade (26,5), dan Boston (26,4). Lima teratas dalam daftar Top 50 Smart City Governments untuk tahun 2020/2021 ditempati oleh  Singapura yang memperoleh skor total 35,8, Seoul (34), London (33,1), Barcelona (32,1) dan Helsinki (32).

Pemeringkatan secara khusus berfokus pada peran pemerintah kota sebagai pendorong utama pengembangan kota cerdas. Beberapa aspek yang dinilai untuk pemeringkatan kali ini antara lain yaitu kepemimpinan, pemusatan pada orang, kebijakan, ekosistem, insentif serta talenta dalam menentukan keberhasilan serta efektivitas teknologi yang diterapkan di kota cerdas.

Lebih dari 230 kota dipantau dan dievaluasi oleh tim dari Eden Strategy Institute. Masing-masing pemerintah kota diundang untuk menyampaikan detail pendukung, laporan, berikut hasilnya. Wawancara kemudian dilakukan dengan pejabat kota untuk memvalidasi fakta dan mempelajarinya lebih jauh.

Baca Juga: Pidato Suwardi Suryaningrat dalam Vergadering Sarekat Islam Bandung
Ingatan Masa Kecil 1965-1970 (5): Tiga Bulan Pertama Sekolah
Hikayat Bungker di Kampung Stasiun Barat Bandung
Leendert Mendirikan Maison Bogerijen

Semakin padat

Seperti kita ketahui bersama, kawasan perkotaan dewasa ini cenderung semakin padat. Akibatnya, kota-kota kita menanggung beban yang kian berat. Menurut taksiran, jumlah penduduk dunia yang tinggal di kawasan perkotaan saat ini telah mencapai 50 persen dari total penduduk keseluruhan dan diperkirakan bakal meningkat hingga mendekati 68-75 persen pada sepuluh hingga duapuluh tahun mendatang.

Sudah barang tentu, kondisi tersebut akan membawa implikasi dalam banyak dimensi dan sekaligus memberikan tantangan besar bagi para pengelola kota ihwal bagaimana kota-kota yang mereka kelola bisa tetap layak huni dan menjadi kota yang sehat dan berkelanjutan. Tak terkecuali para pengelola kota di negeri ini.

Roderick Lawrence (2008) memaparkan setidaknya ada empat jenis risiko yang umumnya bakal dihadapi kawasan-kawasan perkotaan di masa datang. Yang pertama adalah risiko lingkungan. Sejumlah masalah yang dihadapi kawasan perkotaan yang terkait dengan risiko lingkungan antara lain adalah masalah melonjaknya tingkat kebisingan, meningkatnya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara serta persoalan pembuangan sampah.

Yang selanjutnya yaitu risiko ekonomi. Ini meliputi antara lain persoalan penyediaan rumah layak huni, ketersediaan dan ketercukupan pangan, ketersediaan pasokan air bersih dan juga ketersediaan lapangan kerja maupun ketersediaan fasilitas serta layanan kesehatan dan layanan pendidikan yang adil dan terjangkau bagi semua warga.

Berikutnya yakni risiko teknologi. Di antaranya mencangkup antara lain kemacetan, kecelakaan lalulintas serta kecelakaan di sektor industri. Adapun yang terakhir berupa risiko sosial, seperti antara lain meningkatnya kriminalitas, tindak kekerasan, putus sekolah serta masalah pengangguran.

Menghadapi persoalan-persoalan yang kian kompleks melilit kawasan perkotaan, para pengelola kota memang sudah saatnya sekarang ini memanfaatkan inovasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi mutakhir. Konsep kota cerdas berkelanjutan kiranya merupakan salah satu opsi tepat dalam upaya mencari solusi-solusi atas aneka persoalan yang dihadapi kawasan perkotaan masa kini dan masa datang.

Kota inovatif

Berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh kelompok kajian di bawah naungan International Telecommunication Standarization Sector (ITU-T), pada bulan Oktober 2015, di Jenewa, Swiss, kota cerdas berkelanjutan diberi batasan sebagai kota inovatif yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi serta teknologi lainnya untuk meningkatkan kualitas kehidupan warga kota, mengefisienkan layanan dan pengelolaan kota, meningkatkan daya saing sembari memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan terkait dengan aspek-aspek ekonomi, sosial, lingkungan maupun kultural.

Dalam karyanya bertajuk Creating Smart, Safe and Sustainable Cities, Diana Coll (2016) memaparkan bahwa untuk mewujudkan sebuah kota menjadi kota cerdas berkelanjutan, para pengelola kota membutuhkan setidaknya tiga pilar aplikasi cerdas.

Pertama, pilar untuk layanan publik, seperti aplikasi untuk layanan pendidikan,  layanan kesehatan, layanan pariwisata maupun layanan pemerintahan, sehingga membuat kualitas hidup warga kota makin meningkat dan sekaligus mendorong  pembangunan ekonomi kota. Dengan demikian, kota menjadi semakin menarik ditinggali, dikunjungi maupun dijadikan tempat pengembangan sektor usaha.

Kedua, pilar untuk keamanan kota, yang mencangkup berbagai aplikasi untuk menjamin keamanan warga mulai dari aplikasi kamera pengawas, perangkat pendeteksian bahaya hingga aplikasi bantuan darurat untuk mencegah dan meminimalisir risiko serta dampak dari aksi kriminilitas, kecelakaan dan bencana alam.

Ketiga, pilar untuk menopang aspek keberlanjutan. Ini meliputi berbagai aplikasi yang terkait dengan mobilitas warga kota, penggunaan energi dan penggunaan moda transpotasi, dengan tujuan utama yaitu untuk mengurangi terjadinya degradasi lingkungan, mengurangi pemborosan energi dan mengurangi emisi karbon.

Kita mengapresiasi langkah pengelola Kota Bandung yang sudah mulai mengaplikasikan konsep kota cerdas berkelanjutan sejak tahun 2013 lalu. Berkat penerapan konsep ini, Bandung menjadi salah satu percontohan kota cerdas berkelanjutan dan bahan studi perbandingan bagi para pengelola kota lain di Indonesia.

Seiring dengan masuknya Kota Bandung ke dalam daftar Top 50 Smart City Governments, kita berharap sinergi antara pengelola Kota Bandung, kalangan industri teknologi informasi dan komunikasi, perguruan tinggi, sektor dunia usaha maupun lembaga swadaya masyarakat bakal kian kuat dalam upaya membangun sistem kota cerdas berkelanjutan yang solid dan sempurna. Dengan begitu, berbagai permasalahan yang dihadapi Bandung di masa kini dan masa datang dapat tertanggulangi dengan sebaik-baiknya.

 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//