SEPUTAR MANG KOKO DAN KARYANYA #1: Maestro Karawitan Sunda
Mang Koko adalah maestro musik/karawitan Sunda, tetapi juga seorang ayah yang taat beribadah.
Abizar Algifari Saiful
Pendidik musik, komposer, dan peneliti
25 Mei 2021
BandungBergerak.id - Koko Koswara atau lebih akrab disapa Mang Koko adalah salah satu seniman yang sangat berpengaruh bagi perkembangan karawitan Sunda. Banyak inovasi yang ia lakukan terhadap karya yang dibuat. Kekhasan karya Mang Koko membuat ada sebutan gaya khusus untuk semua karya-karyanya. Wanda anyar atau Mang Koko-an merupakan istilah untuk menyebutkan jenis gaya musik yang diciptakan oleh Mang Koko. Karya musik ciptaannya didominasi oleh karya berbentuk kawih diiringi oleh kecapi. Selain itu, bentuk karyanya ada yang berupa gamelan wanda anyar (pelog/salendro) dan gending karesmen (drama musikal).
Mang Koko merupakan salah satu seniman Sunda yang sangat rapih dan apik dalam mendokumentasikan karyanya dalam bentuk tulisan (notasi musik). Tulisan tangannya rapih dan jelas dibaca sampai saat ini. Sayangnya pengarsipan karya-karya Mang Koko dalam bentuk tulisan masih terbilang kurang.
Foto notasi lagu berjudul Guntur Galunggung di atas merupakan salah satu notasi musik yang ditulis tangan oleh Mang Koko sendiri. Foto arsip tersebut saya abadikan pada tahun 2017 di kediaman salah satu anak Mang Koko yang meneruskan peran ayahnya sebagai seniman yaitu ibu Ida Rosida. Kala itu saya sedang melakukan penelitian mengenai salah satu karya Mang Koko yang berjudul Guntur Galunggung. Dapat dilihat bahwa tulisan tangan Mang Koko sangat rapih dan jelas dibaca. Selain Raden Machjar Angga Kusumadinata yang sering mendokumentasikan karyanya dalam bentuk tulisan, saya kira Mang Koko merupakan seniman karawitan kedua yang rajin mendokumentasikan karyanya dalam bentuk tulisan.
Sosok Mang Koko bukan saja seorang seniman, ia juga seorang pendidik dan sekaligus seorang ayah yang taat beribadah. Menurut beberapa narasumber Mang Koko merupakan sosok seniman yang disiplin, tegas, berdedikasi, kritis, kreatif, dan agamis. Berikut merupakan penuturan Nano Suratno sebagai muridnya Mang Koko dalam buku Mang Koko: Pembaharu Karawitan Sunda (1992):
“Saya mengenal mang Koko pada tahun 1961, ketika saya masuk sekolah Konservatori Karawitan (Kokar). Kesan pertama, saya melihat kharismatik di balik wajahnya, yang selalu ceria dan berkesan dinamis. Sebagai muridnya, saya merasa bahwa daya tarik dalam penyampaian materi pelajaran sangat sistematis dan mudah dicerna. Ketepatan waktu begitu diperhatikan, sehingga para siswa segan dan hormat. Tahun 1964 saya masuk dalam group Ganda Mekar. Di sinilah terjadi paduan yang secara tidak langsung menjadi ‘Adu Manis’, sekolah memberikan ilmu dan wawasan, sedang dalam lingkungan group masalah ketajaman, keterampilan, dan pengalaman panggung bersenyawa, selaras, dan sejalan. Mang Koko bagi saya adalah guru dan pembimbing karir, karena saya mengalaminya di sekolah dan di grupnya”.
Dari kesaksian Nano Suratno, benar sekali bahwa Mang Koko merupakan sosok pendidik yang disiplin waktu, guru yang profesional, dan dapat mengarahkan anak didiknya supaya dapat sukses seperti dirinya. Terbukti dari kedisiplinannya tersebut ada ratusan karya yang telah diciptakannya. Dalam keluarga pun Mang Koko adalah sosok ayah yang bijaksana dan disegani oleh anaknya. Menurut Ida Rosida, Mang Koko merupakan pribadi yang disiplin dalam berbagai hal. Salah satunya adalah dalam menciptakan sebuah lagu, ada waktu khusus yang tidak dapat diganggu oleh siapa pun. Ketika lagu tersebut sudah jadi, Mang Koko memanggil Ida untuk mencoba membacakan dan menyanyikan lagu barunya tersebut. Bila ada ketidaksesuaian (nada atau rumpaka), Mang Koko langsung mengoreksinya. Dari sini terbukti bahwa Mang Koko memiliki sensitivitas musikal yang tinggi.
Baca Juga: Kawih menurut Musikolog Sunda Raden Machjar Angga Kusumadinata
Bandung: Makin Padat, Makin Cerdas?
Tentang Paradigma: Dari Proyek Merkuri NASA ke Budaya Lokal Indonesia
Zakatnomics, Uang (Online), dan Bonus “Tai Mundingâ€
Hikayat Bungker di Kampung Stasiun Barat Bandung
Berkat peran Mang Koko, karawitan Sunda mengalami perkembangan. Inovasi musikal dan penyajian karya Mang Koko menginspirasi para seniman muda. Semangatnya berinovasi sampai saat ini masih terus terasa. Tidak dipungkiri, bahwa perjuangan Mang Koko kala itu mengalami banyak rintangan. Cibiran orang lain mengenai konsep musikalnya sudah menjadi makanan sehari-hari. Ketabahan dan kesabaran Mang Koko membuahkan hasil yang manis. Mang Koko bisa disebut sebagai salah satu maestro karawitan Sunda. Sumbangsihnya kepada keilmuwan maupun kreativitas musik sangat banyak dan dapat dirasakan manfaatnya sampai saat ini.
Setelah mencapai kesuksesan, masa tua Mang Koko banyak dihabiskan untuk beribadah. Hal ini tertuang dalam tulisannya tahun 1985 yang berbunyi “Rék ngudag naon deui manéh téh, Koko. Tétérékélan-tétérékélan, kuriak tigubrag! anggur mah bebekelan wéh sing loba keur engké pareng digotong ka Sirnaraga”. Dapat kita lihat bahwa Mang Koko merupakan sosok seniman yang beriman. Tidak terpukau dan larut dalam kesuksesannya sehingga lupa akan Sang Pencipta. Kesuksesan yang ia terima merupakan titipan yang diberikan Allah untuk digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan bersama, dan Mang Koko telah melaksanakannya dengan sepenuh jiwa dan raga.
Bagi saya Mang Koko adalah sosok seniman dan pendidik yang ideal. Ia dapat menyeimbangkan antara profesionalisme sebagai seniman dan pendidik serta perannya sebagai seorang ayah dan manusia yang membutuhkan peran sang Maha Kuasa. Karakternya patut dicontoh untuk para seniman muda saat ini. Ketangguhan, kesabaran, dan keyakinannya sangat kuat tergambar dalam diri Mang Koko.