• Berita
  • Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Rumah Sakit Hadapi Lonjakan Pasien Baru

Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Rumah Sakit Hadapi Lonjakan Pasien Baru

Rumah sakit di Jawa Barat mengalami kenaikan pasien Covid-19 dalam jumlah signifikan. Protokol kesehatan mulai kendur.

Desa Citeureup dan kampung Cilisung, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, melakukan 'lockdown' dengan memasang spanduk larangan masuk bagi warga dari luar desa maupun pemudik, Minggu (30/5/2021). (Foto: Prima Mulia)

Penulis Iman Herdiana1 Juni 2021


BandungBergerak.id - Pandemi Covid-19 Bandung Raya terus mengalami peningkatan kasus baru. Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, mencatat mulai terjadi penambahan pasien Covid-19 setelah dua pekan lebaran 2021. Keterisian ranjang rumah sakit sudah di angka 77,5 persen. Padahal sebelum dan di saat lebaran jumlahnya masih di 57 persen.

Berkaca dari lonjakan kasus libur panjang tahun baru pada Januari dan Februari lalu, pusat rujukan pasien Covid-19 di Jawa Barat ini pun mulai memasang lampu kuning. Sebab sehabis libur panjang, lonjakan pasien Covid-19 kerap terjadi.

"Kalau berdasarkan kasus harian ini baik yang suspek maupun konfirmasi setelah lebaran itu (tanggal 15 - 18 mei) kasusnya sedikit penurunan," terang Plh Direktur Pelayanan Medik Perawatan dan Penunjang RSHS, Yana Akhmad Supriatna, di RSHS, Senin (31/5/2021).

Mulai tanggal 19 Mei sampai sekarang, perlahan tapi pasti pasien Covid-19 di rumah sakit pelat merah ini bertambah. "Sampai saat ini sedikit naik, walaupun tidak terjadi lonjakan. Mudah-mudahan lonjakan ini tidak terjadi."

RSHS tak mau lengah. Bagaimanapun, pergerakan di masa libur lebaran kemarin terbilang massif dan berpotensi memicu lonjakan kasus baru. Saat ini RSHS menyiapkan 3 skenario menghadapi kemungkinan lonjakan, yakni skenario 1 dan 2 untuk menghadapi penambahan kasus sebesar 50-100 persen, dan skenario 3 jika lonjakannya lebih dari 100 persen. Total tempat tidur atau ruang isolasi yang disiapkan sebanyak sebanyak 318 unit, berikut tempat tidur cadangan.

Selain ruang isolasi untuk pasien Covid-19, RSHS telah menyiapkan baju alat perlindungan diri sebanyak 17 buah yang ditaksir cukup untuk penanganan selama 2 bulan, dengan asumsi lonjakan 40 persen. Begitu juga obat-obatan, alat bantu pernapasan, dan lain-lain.

Dan yang tak kalah penting ialah mobilisasi SDM atau tenaga kesehatan. "Kami siapkan memobilisasi SDM yang ada apabila terjadi lonjakan kasus tersebut," katanya.

Tentunya memutus mata rantai penularan Covit-19 tak bisa sepenuhnya mengandalkan pada tenaga kesehatan yang jumlahnya terbatas yang sudah lama menghadapi pagebluk berkepanjangan. Saat ini, pagebluk Covid-19 telah masuk tahun kedua, telah banyak energi yang tersedot menangani pandemi.

Yana Akhmad Supriatna berharap dukungan dari masyarakat berupa ketaatan menjalani protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19. Protokol yang dipakai pun terbilang simpel, yakni cukup dengan 3M saja. "Memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak. Tiga serangkai ini harus di mana pun berada kita lakukan itu dan insya allah pandemi ini mudah-mudahan berakhir," ujarnya.

Baca Juga: Jangkauan Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia di Jabar Jauh Tertinggal
Perda KTR Kota Bandung: 49 Persen Warga Bandung Merokok Sejak Anak-anak

Kapasitas Rumah Sakit Bandung Raya Mendekati 100 Persen

Meningkatnya keterisian rumah sakit tak hanya terjadi di RSHS. Secara umum, rumah sakit di Jawa Barat mengalami kenaikan pasien Covid-19 dalam jumlah signifikan, yakni dari rata-rata 30,6 persen pada minggu lalu menjadi 38,2 persen, kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Rumah sakit di Bandung Raya yang sudah diambang batas, di antaranya, RS Al Ihsan, Kabupaten Bandung, RS Santosa Kota Bandung, RS Immanuel, Kota Bandung. Keterisian di rumah-rumah sakit ini antara 70 persen hingga 90 persen, mendekati angka 100 persen, seperti yang dikhawatirkan RSHS.

Ridwan Kamil sudah meminta rumah-rumah sakit agar mengalokasikan kamar-kamar rawat pasien penyakit umum untuk dijadikan kamar perawatan pasien Covid-19.

Menurutnya, kenaikan tingkat keterisian rumah sakit imbas dari libur panjang lebaran 2021. "Ini adalah imbas dari libur dan mudik yang bocor. Sudah kita upayakan dan mudah-mudahan menjadi pelajaran bahwa apa yang dulu kita upayakan memang sebenarnya untuk menghindari hal-hal seperti ini," kata Ridwan Kamil, usai memimpin Rapat Komite Kebijakan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah Provinsi Jabar di Makodam III/Siliwangi, Bandung, Senin (31/5/2021).

Ia juga mengimbau masyarakat untuk kembali menguatkan kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan. Saat ini kedisiplinan masyarakat Jabar dalam menerapkan protokol kesehatan mengalami penurunan.

"Dengan penurunan kedisiplinan, kami mengimbau warga Jawa Barat untuk tidak menyepelekan Covid-19 yang makin ganas jangan sampai negara nanti kehilangan kendali dalam masalah ini. Kapolda dan Pangdam sudah menyiapkan penguatan-penguatan untuk meningkatkan kedisiplinan," tambahnya.

Gubernur mengingatkan daerah mengalami peningkatan kasus baru Covid-19, seperti Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Garut, untuk terus menekan laju pandemi. Kasus aktif di ketiga daerah ini terbilang tinggi. Sedangkan tingkat rata-rata kesembuhan rendah.

Beberapa daerah lainnya masih rendah cakupan vaksinasinya, yaitu Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Indramayu. Daerah ini diminta mengakselerasikan program vaksinasi Covid-19. Sejumlah daerah juga masih rendah cakupan vaksinasi lansianya, yakni Kabupaten Majalengka, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Garut.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//