• Berita
  • Satgas Covid-19 Bandung Kaji Penundaan Sekolah Tatap Muka

Satgas Covid-19 Bandung Kaji Penundaan Sekolah Tatap Muka

Bandung bisa belajar dari Malaysia yang mengeluarkan kebijakan sekolah tatap muka. Tiba-tiba kasus Covid-19-nya naik dengan adanya klaster sekolah.

Suasana kegiatan Pendidikan Tatap Muka (PTM) Terbatas di salah satu kelas SD Negeri 065 Cihampelas, Kota Bandung, Senin (7/6/2021). (Foto: Bani Hakiki/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana15 Juni 2021


BandungBergerak.idCovid-19 di Kota Bandung melonjak menjelang berlakunya Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) 19 Juli 2021 mendatang. Indikasi dari kenaikan kasus Covid-19 Bandung bisa dilihat dari angka keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit yang bergerak mendekati 100 persen, yakni 90 persen.

Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bandung, Ema Sumarna mengatakan, pelaksanaan PTMT di saat penularan Covid-19 sedang memuncak malah akan menjadi kontra-produktif. Bahkan tidak menutup kemungkinan terjadinya klaster skolah.

Karena itu, PTMT di Kota Bandung kini sedang dikaji untuk dilakukan penundaan. "Jadi kalau pun pilihannya nanti ditunda, itu perlu ada pemahaman. Ini masalah waktu. Kita tidak mungkin memaksakan," kata Ema, di SMAN 8 Kota Bandung, dalam siaran pers, Selasa (15/6/2021).

Menghadapi lonjakan kasus Covid-19 di Bandung, Ema mengatakan, Pemerintah Kota Bandung telah mengeluarkan Surat Edaran Wali Kota kepada seluruh Rumah Sakit untuk menambah ketersediaan tempat tidur.

Akhir pekan lalu, pihaknya telah mengunjungi rumah sakit-rumah sakit di Bandung yang menangani pasien Covid-19, yakni Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) dan Rumah Sakit Khusus Ibu Anak (RSKIA). Rata-rata jumlah BOR rumah sakit tersebut mendekati 100 persen.

"Sekarang kondisi sedang menuju puncak. Ngeri kalau kembali seperti di Februari lalu, dampak dari Natal dan Tahun Baru. Saat ini usai Idulfitri kenaikan mulai terjadi. Sebelumnya pas Idulfitri, BOR di angka 56,83 sekarang sudah diatas 90," ungkap Ema.

Namun di sisi lain, hasil survei Dinas Pendidikan Kota Bandung menyatakan, 91,23 persen orang tua setuju pelaksanaan PTMT. Ini terjadi karena pembelajaran daring tidak seoptimal tatap muka.

Ema mengatakan masih ada waktu untuk menurunkan angka kasus Covid-19 di Bandung. Sebab PTMT baru akan dilakukan 19 Juli 2021. Untuk menurunkan angka Covid-19, ia mengajak masyarakat disiplin melaksanakan protokol kesehatan.

Menurutnya, perang terhadap Covid-19 memerlukan kerja sama aparat pemerintah dengan masyarakat. "Sehingga kesadaran masyarakat akan tanggung jawab komunal melawan Covid-19 ini terbangun. Melawan Covid-19 itu tidak bisa hanya mengandalkan Satgas, tapi yang paling utama ada rasa kesadaran dan disiplin itu kunci dari semua," ucapnya.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Bandung Raya: 2 Daerah Ditetapkan Zona Merah
Bersama Para Nakes di Gedung Isolasi Covid-19 Baleendah

Berkaca dari Klaster Sekolah di Malaysia

Bimo A. Tedjo, Ph.D, Associate Professor dari Department of Chemistry Universiti Putra Malaysia mengatakan, banyak sekali faktor yang diperhitungkan untuk membuka sekolah di tengah pandemi Covid-19. Faktor tersebut, kata Bimo A. Tedjo, adalah cakupan vaksinasi dan protokol kesehatan.

“Dua hal ini adalah untuk bagaimana cara mengurangi resiko penularan yang akan terjadi. Tanpa adanya perencanaan dan strategi yang baik, maka teman-teman bisa lihat apa yang terjadi di Malaysia,” katanya, dikutip dari laman resmi Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), yang menggelar webinar Pentingnya Vaksinasi dalam Menghadapi Pembelajaran Offline, Minggu (30/5/2021). Webinar ini diselenggarakan Crisis Center Unjani.

Menurutnya, Malaysia mengeluarkan kebijakan pembukaan sekolah tatap muka. Tiba-tiba kasus Covid-19-nya naik. “Ini akan membuat kita kembali ke titik nol. Sama seperti Malaysia sekarang, terpaksa kembali ke lockdown seperti tahun lalu. Karena kita cukup ‘sembrono’ untuk membuka sekolah ketika pandemi belum berakhir,” katanya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//