Orang Tua Abai Prokes Jadi Penyebab Lonjakan Kasus Covid-19 pada Anak
Di Jawa Barat, total kasus Covid-19 pada anak mencapai 52.350 kasus. Secara nasionalĀ ada 1.000 kematian pada anak setiap minggunya.
Penulis Iman Herdiana1 Juli 2021
BandungBergerak.id - Ketika awal-awal pandemi Covid-19 pada gelombang tahun pertama 2020 lalu, dunia sempat heran karena virus corona kurang agresif menyerang anak-anak. Virus SARS CoV-2 (penyebab penyakit Covid-19) lebih banyak menyerang manusia dewasa, terutama kelompok rentan lansia atau orang dengan komorbid (penyakit bawaan).
Belakangan, seiring meluasnya pagebluk, kasus Covid-19 pada anak terus bermunculan. Tak terkecuali di Indonesia. Kelompok rentan pun kini bertambah, tak hanya lansia atau orang dengan komorbid, melainkan juga anak-anak kecil usia bayi sampai remaja. Bahkan kematian karena Covid-19 pada anak-anak di Indonesia termasuk tinggi.
Di Jawa Barat, total kasus Covid-19 pada anak sejak awal pandemi hingga data termutakhir Rabu (30/6/2021) mencapai 52.350 kasus. Angka ini hampir 14 persen dari total kasus Covid-19 Jawa Barat yang mencapai lebih dari 368 ribu jiwa.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Nina Susana Dewi mengatakan, kebanyakan anak yang terjangkit Covid-19 berusia sekolah, diikuti anak pra-sekolah seperti balita dan bayi baru lahir. Kasus paling banyak ditemukan di Kabupaten Garut, Kota Bandung, dan Kabupaten Subang. “Sekitar 3.300 penambahannya yang anak per minggu penambahannya,” kata Nina, dalam keterangan pers daring.
Lonjakan kasus Covid-19 juga dilaporkan terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Menurut Plt Direktur Utama RSHS Iryanti, kasus Covid-19 anak yang dirawat di RSHS meningkat 100 persen dibandingkan data bulan April dan Mei.
Naiknya Covid-19 pada anak yang dirawat di RSHS terkait erat dengan lonjakan kasus pada orang dewasa. Dengan kata lain, anak-anak mendapat paparan Covid-19 dari orang dewasa.
“Sejalan meningkatnya kasus pada dewasa, pada anak juga meningkat. Kita lihat peningkatan sangat signifikan. Kalau dewasa melebihi 100 persen. Anak-anak lebih dari 100 persen peningkatannya dari bulan April-Mei,” kata Iryanti.
Data Covid-19 pada anak menjadi peringatan keras bagi pemerintah yang semula merencanakan pembelajaran tatap muka (PTM) awal Juli ini. Walaupun kemudian kebijakan sekolah tatap muka ditarik seiring ledakan kasus baru dalam sebulan terakhir.
Wali Kota Bandung, Oded M Danial, juga menyebut adanya anak-anak usia sekolah di Bandung yang sudah terpapar virus yang menyerang pernapasan itu. Ia berharap pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan untuk mempertahankan keputusannya menarik rencana PTM.
“PTM anak-anak khawatir terjadi lonjakan karena anak-anak ini sekarang sudah ada yang kena Covid-19, juga usia sekolah. Harapan saya sih apa yang disampaikan kebijakan oleh Kementerian Pendidikan (PTM) Juli itu ditiadakan. Terakhir itu, harapan saya itu (peniadaan PTM) tetap dipertahankan oleh kementerian,” ungkap Oded, melalui keterangan pers daring.
Baca Juga: 700-an RT di Zona Merah Jawa Barat akan Lockdown
Cara Meningkatkan Imun di saat Covid-19 Merebak
1.000 Kasus Kematian Anak karena Covid-19 Per Minggu
Laman UGM yang dikutip Kamis (1/7/2021), merilis laporan Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Aman Bhakti Pulungan, yang menyebutkan kasus Covid-19 pada anak di tanah air naik 11-12 persen. Bahkan, selama masa pandemi, jumlah kematian anak balita meningkatkan hingga 50 persen atau ada 1.000 kematian pada anak setiap minggunya.
Epidemiolog UGM, Citra Indriani, mengatakan sebenarnya sejak awal anak-anak mempunyai risiko untuk terinfeksi corona. Apalagi virus corona mengalami mutasi dan menyebabkan perubahan karakternya.
Pencegahan Covid-19 pada anak sama dengan orang dewasa, yakni menggunakan protokol kesehatan yang ketat. Tetapi pencegahan paparan pada anak-anak ini sangat tergantung pada orang dewasa. “Anak-anak bisa dilindungi bila kita yang dewasa, para orang tuanya, pengasuhnya juga menjalankan prokes dengan ketat,” katanya.
Senjata ampuh mencegah virus corona saat ini adalah protokol kesehatan. Naiknya lonjakan kasus Covid-19 kepada orang-orang dewasa saat ini diharapkan bisa lebih meningkatkan kepatuhan pada protokol kesehatan.
Citra menilai keputusan menunda PTM sebagai langkah tepat. Jika PTM dijalankan, ia khawatir akan memperparah angka kejadian kasus Covid-19 pada anak. “Saya kira di daerah dengan transmisi tinggi sudah tepat untuk menunda kegiatan sekolah tatap muka,”katanya.