• Buku
  • BUKU BANDUNG (7): Seorang Kapiten Tionghoa Bandung dan Surat-surat Bisnisnya

BUKU BANDUNG (7): Seorang Kapiten Tionghoa Bandung dan Surat-surat Bisnisnya

Tan Joen Lion adalah seorang pebisnis yang diangkat sebagai kapiten Tionghoa Bandung di usia muda. Lewat surat-suratnya, tergambar dunia niaga awal abad ke-20.

Sampul buku Merajut Relasi Bisnis: Surat-surat Tan Joen Liong Kapiten Tionghoa Bandung yang diterbit pekanrtama kali pada Agustus 2017. (Foto repro: Hernadi Tanzil)

Penulis Hernadi Tanzil4 Juli 2021


BandungBergerak,idTan Joen Liong (1858-1917) adalah Kapiten Tionghoa Bandung, pejabat lokal yang diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai pemimpin tertinggi orang-orang Tionghoa di wilayah tertentu. Biasanya yang diangkat menjadi kapiten Tionghoa adalah figur terpandang atau tokoh yang berpengaruh di kalangan orang-orang Tionghoa.

Walau Tan Joen Liong termasuk orang yang berpengaruh di masanya, sayangnya hanya sedikit riwayat kehidupannya yang diketahui orang hingga kini. Berpuluh tahun yang silam sebenarnya namanya pernah diabadikan menjadi nama sebuah jalan yang waktu itu masih berupa jalan kecil di kawasan Kosambi Bandung. Nama Jalan Joen Liong itu sekarang diubah menjadi Jalan Baranangsiang.

Tan Joen Liong lahir pada tahun 1858 di Jiaoling, provinsi Guandong China. Pada tahun 1888, di usia yang ke 30 ia diangkat menjadi Letnan Tionghoa Bandung, mengantikan posisi ayahnya, Tan Haij Liong yang mengundurkan diri.

Kepemimpinan Tan Joen Liong sebagai Letnan Tionghoa Bandung berakhir pada tahun 1917. Tan Joen Liong mengundurkan diri sebelum jabatannya berakhir. Salah satu penyebabnya adalah sakit permanen yang ia derita..  Pada tanggal 21 April 1917, Tan Joen Liong diberhentikan dengan hormat oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Karena jasa-jasanya dan pengabdiannya selama 29 tahun sebagai Letnan Tionghoa Bandung, ia memperoleh gelar kehomatan Kapiten Titulair (Kapiten kehormatan) dari pemerintah Belanda. Empat bulan kemudian, di usia yang ke 59, Tan Joen Liong meninggal dunia.

Pengusaha Besar

Selain seorang kapiten, Tan Joen Liong juga dikenal sebagai seorang pengusaha. Bisnis utamanya adalah berdagang tapioka. Ia memiliki pabrik tapioka dengan kapasitas produksi hingga 3000 pikul (180 ton) per bulan. Selain untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, tapiokanya juga diekspor ke mancanegara seperti yang terungkap dalam surat penawaran produknya kepada Agenschap der Maatschappij pada 4 September 1902.

"Produksi pabrik saya sebulan 1000 pikul sampai 3000 pikul... Saya selalu pakai karung baru (merk strip 3 biru). Selama ini saya pakai karung itu untuk dikirim ke Amerika, London, Amsterdam juga ke negeri Tiongkok.... Pabrik saya memproduksi 3 jenis tepung tapioka no 1 merk Bathong A, no 2 merk Liongkie K.K dan no. 3 jenis merk Banthong B. Tuan-tuan di Eropah sudah percaya 3 jenis merk ini, tanpa mengirim contoh barang terlebih dahulu, hanya bicara soal merk dan harga saja." (halaman 80)

Sebagai pebisnis besar, Tan Joen Liong kerap menulis surat kepada rekan-rekan bisnisnya. Surat-surat tersebut ditulis tangan menggunakan huruf latin dalam bahasa Melayu dan Inggris di atas kertas tipis ukuran. 28x22 centimeter yang dijilid menjadi sebuah buku setebal 500 halaman. Meski telah berusia 120 tahun lebih, surat-surat tersebut masih terbaca dan kini dikoleksi oleh Ali Rauf Baswedan, seorang dokter yang juga  kolektor surat-surat dan kartu pos lawas.

Berdasarkan surat-surat bisnis Tan Joen Liong yang dimilikinya tersebut Ali Baswedan memilah-milahnya berdasarkan kategori untuk dijadikan buku sehingga dapat dibaca oleh banyak orang. Dengan begitu, terbitlah buku berjudul Merajut Relasi Bisnis: Surat-Surat Tan Joen Liong Kapiten Tionghoa Bandung pada 2017 lalu.

77 Surat, 9 Bagian

Buku ini memuat 77 surat bisnis Tan Joen Liong ke rekan bisnisnya di Cimahi, Cimindi, Sumedang, Sukabumi, Bogor, dan Batavia dalam kurun 1900-1903. Surat-suratnya tersebut dibagi kedalam 9 bagian berdasarkan tujuan dan jenis surat. Karena surat bisnis tentunya semua surat-suratnya ditulis dangan lugas, to the point.

Dari surat-suratnya ini kita akan mengetahui bagaimana Tan Joen Liong menjalankan roda bisnisnya. Selain tapioka yang menjadi bisnis utamanya Sang Kapiten juga menjalankan bisnis penggilingan beras, dedak, ubi, dan lain-lainnya.

Karena bisnisnya merambah hingga ke luar negeri tentu saja Tan Joen Liong fasih berbahasa Inggris.  Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa suratnya yang menggunakan bahasa Inggris. Selain itu ia juga memiliki rasa keingintahuan yang kuat atas terjadi di luar negeri. Dalam surat bisnisnya kepada Silas & Cohen terselip permintaannya pada rekan bisnisnya itu agar dapat dikirimkan secara rutin koran berbahasa Inggris dari Singapura dan London.

“...Juga kalau Tuan berkenan, setelah Tuan habis membaca koran dari Singapura atau London yang berbahasa Ingris setiap penerbitan, mohon dikirimkan pada saya. Biaya kirim nanti saya ganti pada Tuan.

Saya sudah terima surat Tuan dan juga koran, terima kasih banyak Kalau tuan masih berkenan dan korannya masih ada yang lain, saya harap dikirim lagi.” (halaman 36-37)

Tan Joen Liong juga diketahui kerap mengikuti tender. Sebagian di antaranya merupakan tender proyek besar, seperti perbaikan jembatan Ancol dengan nilai proyek f 1.180, proyek jembatan di atas kanal Gunung Sahari senilai f 2.000, dan pembangunan konstruksi lengkungan jembatan Tjitjantik VII afdelling Sukabumi senilai f 18.850. Selain itu Tan Joen Liong juga menjadi pemasok pelumas dan material penerangan untuk keperluan dinas jawatan kereta api di Jawa selama tahun 1898.

Surat-surat Tan Joe Liong juga  mengungkapkan hubungan bisnisnya dengan sesama pegawai pemerintah, antara lain dengan  Nio Hoei Oen, Kapitan Tionghoa Batavia periode 1913-1916.  Hubungan seperti ini belum banyak diungkap dalam tulisan-tulisan tentang Kapiten Tionghoa lainnya.

Salah satu peran Tan Joe Liong sebagai kapiten Tionghoa Bandung terungkap dalam suratnya kepada Law Kang Boen, agen kembang api di Batavia. Isinya berupa pesanan kembang api untuk  perkawinan putra Bupati Bandung, RAA Martanegara pada tanggal 18 April 1902, dan surat pesanan kembang api untuk menyambut kedatangan Gubernur Jendral Williem Roseboom di Bandung pada tanggal 13-14 Mei 1902.

Baca Juga: BUKU BANDUNG (6): Awal Persahabatan Bandung dan Braunschweig
BUKU BANDUNG (5): Kisah Para Produsen Sarapan Bandung Tempo Dulu
BUKU BANDUNG (4): Romantika Anak SMA di Angkot Bandung dalam Komik Bangor

Tanggal Kelahiran

Yang paling menarik dari puluhan surat bisnis dalam buku ini adalah terungkapnya tanggal kelahiran Tan Joen Liong. Selama ini informasi tentang tahun kelahirannya hanya bisa diketahui orang lewat batu nisan sang kapiten di pemakaman Cikadut Bandung. Di surat pengajuan polis asuransi yang ditujukan kepada perusahaan asuransi Nederlandsch Indische Crediet en Bank Vereeniging di Batavia, Tan Joen Liong menulis demikian:

“Saya lahir tahun Masehi 1858. Tanggal dan bulan tidak bisa saya sebut seperti tanggal dan bulan Masehi. Tetapi saya hitung waktu saya lahir kira2 72 hari lagi orang Eropah masuk tahun baru 1859. Hanya saya ingat betul tanggal, bulan, dan tahun kelahiran saya mengikuti almanak Tionghoa, yaitu tahun Kibi, bulan Kauw Gowe tanggal 28.” (halaman 56)

Berdasarkan surat tersebut jika dicocokkan dengan kalender Masehi maka akan muncul tanggal 3 November 1858. Tanggal ini berbeda dengan tahun kelahiran (tanpa tanggal dan bulan) yang tertulis di makam Tan Joen Liong di Cikadut, yaitu 1859.

Untuk menjaga originalitas surat sekaligus memudahkan pembaca masa kini untuk memahaminya maka setiap surat dalam buku ini disajikan dalam dua versi, yakni versi asli yang ditulis dalam bahasa melayu ejaan Van Ophuijsen dan  adaptasinya dalam versi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Selain itu untuk lebih memahami konteks suratnya dalam setiap bab penyunting memberikan keterangan singkat tentang profil penerima surat beserta potongan iklan terkait dari berbagai koran lawas yang terbit di masa itu.

Kehadiran buku Merajut Relasi Bisnis patut patut mendapat apresiasi setinggi-tingginya. Apalagi karya ini menyangkut tokoh Kapiten Tionghoa di Bandung yang hingga kini riwayat kehidupannya tidak banyak diketahui orang akibat minimnya data. Kumpulan surat bisnisnya ini setidaknya bisa melengkapi data tentang Sang Kapiten yang terkubur oleh zaman.

Membaca buku ini, kita dapat mengetahui gambaran tentang kegiatan bisnis dan dinamikanya di awal abad ke-20 dan bagaimana peran bisnis orang Tionghoa di masa itu. Walau tidak bisa digeneralisasi, namun setidaknya kita bisa mengetahui kira-kira seperti itulah kegiatan bisnis pengusaha etnis Tionghoa  di masa tersebut.

Bagi masyarakat kota Bandung, buku ini tentunya menjadi kepingan berharga yang dapat melengkapi kajian sejarah kota Bandung, khususnya  tentang  etnis Tionghoa Bandung yang telah menjadi bagian dari pertumbuhan kota sejak ratusan tahun yang lampau.

Menggembirakan mengetahui penulis saat ini sedang menyiapkan buku  jilid ke2 yang  rencananya akan diberi judul Di Pusaran Bisnis Tapioka.

Informasi Buku :

Judul : Merajut Relasi Bsinis: Surat-Surat Tan Joen Liong Kapiten Tionghoa Bandung

Penyunting : Ali Rauf Baswedan

Penerbit: Quantum

Cetakan: I, Agustus 2017

Tebal: 112 hlm

ISBN: 978-602-60475-7-1

Editor: Redaksi

COMMENTS

//