• Foto
  • Menelusuri Selendang Dayang Sumbi

Menelusuri Selendang Dayang Sumbi

Potret eksplorasi alam dan sejarah Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Tahura) Bandung bersama Jelajah Goetrek komunitas Matabumi Indonesia.

Fotografer Fitri Amanda 27 September 2023

BandungBergerak.idUdara dingin yang menyelimuti Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Tahura) Bandung menemani perjalanan saya dan peserta Jelajah Goetrek komunitas Matabumi Indonesia, Sabtu, 23 September 2023. Diikuti oleh 16 peserta perempuan, 14 peserta laki-laki, dan 11 peserta anak-anak membuat suhu dingin itu menjadi terabaikan karena kehangatan interaksi antarpeserta.

Dengan Lava Pahoehoe yang menjadi titik akhir perjalanan, jelajah ini menempuh empat kilometer dari titik awal penjelajahan, Tugu Ir. H. Djuanda. Selama perjalanan, kami disuguhkan berbagai informasi mengenai flora yang ada di Tahura oleh Ganjar Wiguna seorang praktisi tumbuhan di Taman Hutan Raya Ir. Djuanda.

Sebagai seorang praktisi tumbuhan, Ganjar dengan cermat mengenalkan tanaman-tanaman koleksi yang dimiliki Tahura, salah satu yang dikenalkan adalah Mahoni Uganda. “Mahoni memiliki kelebihan yaitu tahan terhadap hama dan hijau sepanjang tahun sehingga tanaman ini cocok untuk lahan-lahan kritis untuk penghijauan,” jelas Ganjar.

Jelajah ini memberikan kami pengalaman yang sangat unik. Salah satu momen yang menarik adalah ketika kami diperkenalkan dengan daun ampelas, tumbuhan yang ternyata memiliki kegunaan luar biasa. Salah satunya untuk menghaluskan material.

“Karena permukaannya yang kasar daun ini kerap kali digunakan untuk menghaluskan perkakas khususnya yang berbahan kayu,” ungkap Ganjar yang kemudian mempersilakan peserta mencoba langsung menghaluskan besi pagar yang ada di sekitar dengan menggunakan daun ampelas. Dengan penuh antusias, beberapa peserta mencoba langsung menggosok pagar besi menggunakan daun tersebut.

Selain mengenalkan koleksi tanaman yang dimiliki Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Ganjar juga menceritakan tentang Guha Jepang dan Guha Belanda. Pada akhir tahun 1942, Guha Jepang dibangun di Bandung, mengikuti jejak dari Guha Belanda yang telah ada sebelumnya.

Konstruksi Guha Jepang menjadi saksi bisu dari masa perang yang melanda Indonesia. Namun, di dalam salah satu lorong Guha Jepang ini tersembunyi sebuah cerita unik dan menyentuh. Pada tahun 2012, seorang warga Jepang datang ke tempat ini dengan tujuan yang sangat khusus: mencari jejak kakeknya yang pernah bertugas di sini. Ia mendapatkan sebuah buku harian yang pernah ditulis oleh kakeknya. Dalam buku harian itu, terdapat petunjuk yang mengarah pada sebuah ukiran berbentuk kepala harimau yang menandai tempat di mana kakeknya dikabarkan meninggal saat bertugas di Guha Jepang Bandung.

Kemudian Ganjar menjelaskan tentang Guha Belanda. Dahulu fungsi awal dari Guha Belanda adalah sebagai terowongan air yang kemudian berubah fungsi ketika awal-awal perang dunia kedua, yaitu sebagai gudang mesiu atau gudang amunisi.

Selendang Dayang Sumbi

Tidak hanya mempelajari flora dan sejarah yang ada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Tahura) Bandung, kami juga diberikan informasi mengenai fenomena geologi yang terjadi di Bandung. T. Bachtiar, peneliti dari Kelompok Riset Cekungan Bandung dan Masyarakat Geografi Nasional Indonesia menjelaskan bahwa Gunung Api Tangkuban Parahu terbentuk dari letusan Gunung Sunda yang terjadi ribuan tahun yang lalu.

Gunung Sunda merupakan gunung api purba yang pernah mendominasi wilayah yang sekarang menjadi Pulau Jawa, Indonesia. Pada suatu waktu dalam sejarah geologis, letusan hebat dari Gunung Sunda menyebabkan perubahan signifikan dalam bentuk dan struktur wilayah tersebut. Salah satu hasil letusan Gunung Sunda adalah pembentukan Gunung Api Tangkuban Perahu. Letusan Gunung Sunda menciptakan kawah yang sangat besar yang menjadi ciri khas Gunung Tangkuban Parahu.

Melanjutkan perjalanan sejauh dua kilometer, peserta jelajah akhirnya sampai pada titik akhir dari Jelajah Goetrek yaitu melihat Lava Pahoehoe. Dikarenakan bentuknya seperti selendang, Lava Pahoehoe disebut juga "Selendang Dayang Sumbi". Ini merupakan fenomena geologi yang menarik di daerah Bandung, Jawa Barat.

Lava pahoehoe adalah tipe lava yang memiliki tekstur halus dan bergerak dengan lambat ketika mengalir dan cepat membeku menjadi batu. Fenomena geologi Lava Pahoehoe ini menambah elemen menarik dalam memahami sejarah dan keindahan alam Bandung.

Setelah melewati perjalanan yang mengagumkan di Tahura, kami akhirnya kembali ke titik awal penjelajahan, Tugu Ir. H. Djuanda. Dengan langit yang masih terlihat begitu biru di atas kepala kami, kami merasa lega setelah mengeksplorasi berbagai keajaiban alam yang tersedia di sini.

*Foto dan Teks: Fitri Amanda, simak juga Cerita Foto BandungBergerak.id lainnya  

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//