Titian Tali

Olahraga ekstrem di bentang berjalan di atas titian tali karts Padalarang, melintasi bekas laut dangkal 20-30 juta tahun lalu yang terancam dirusak pertambangan.

Fotografer Prima Mulia21 Oktober 2023

BandungBergerak.idIgor Scotland dengan langkah pasti menapaki bentangan tali menyerupai sabuk tipis berbahan nilon yang terikat kokoh di antara dua tebing cadas berjarak sekitar 20 meter. Pria asal Austria berusia 38 tahun ini sedikit mengayunkan bentangan tali sabuk itu sambil berhenti sejenak di tengah-tengah jurang menganga dengan kedalaman sekitar 50 meter.

Aksi Igor disaksikan sejumlah peserta pemula yang tertarik untuk belajar olahraga ekstrem highline di tebing Gunung Hawu, perbukitan gamping Citatah, Padalarang, 14 Oktober 2023. Pria yang mulai menjadi atlet highline sejak tahun 2009 ini memberi contoh cara aman menaklukan tali highline setelah sebelumnya memberi klinik pelatihan dasar-dasar highline dan slackline pada para pemula asal Indonesia, Singapura, India, dan Hungaria.

Sekitar 50 orang pegiat olahraga ekstrem ikut berpartisipasi di Bandung Highline Festival 2023 (BHF) tahun ke-4 yang digagas Pushing Panda ini. Selain peserta dari sejumlah daerah di Indonesia, juga diramaikan 10 orang peserta dari Hungaria, Belarusia, Austria, dan Belanda.  

"Tebing Hawu sangat bagus untuk para pemula mulai belajar highline. Ada yang jaraknya pendek, dan ada yang 200 meter untuk yang lebih ahli," kata Igor.

Beberapa peserta pemula mulai menjajaki teori yang mereka pelajari sebelumnya. Yang mereka lakukan pertama kali adalah belajar cara menempatkan posisi tubuh saat jatuh dan naik kembali ke atas tali. Tom, atlet highline dari Belanda jadi instruktur yang sabar mengajar mereka.

Dadeng Mulyana (42 tahun) dedengkot highline dari Pushing Panda, tak kalah sibuk. Ia bolak balik meniti tali, memastikan semua pengaman terpasang dengan baik, juga memastikan tingkat ketegangan tali sudah ideal.

Dari atas puncak tebing Hawu, tampak jelas bukit-bukit gamping di sekitarnya yang sudah mulai habis ditambang. Di lembah terlihat jalan tanah berwarna tembaga meliuk di antara hijau pepohonan. Sebuah truk pengangkut batu gamping tampak menuruni jalan tanah berdebu tersebut.

Pemandangan bukit gamping yang mulai habis ditambang itu jadi latar yang kontras saat para pecandu adrenalin itu berjalan menapaki tali sabuk highline sepanjang 200 meter, dari bawah terlihat menjulang di ketinggian puncak tebing Hawu (827 meter di atas permukaan laut).

Beberapa kali mereka terjatuh, berkali-kali juga mereka bangkit lagi dan menuntaskan jarak 400 meter pulang pergi antarbukit hanya dengan meniti tali sabuk tipis. Nyawa mereka bergantung pada seutas tali pengaman.

"Kenapa kita selalu kembali ke sini dan menggelar kegiatan secara kontinyu, kita ingin membangun awareness pada masyarakat luas ini harus dijaga (gunung Hawu). Tidak sekadar main dan melakukan aktivitas luar ruang saja, tapi juga kita harus tahu kenapa karst Gunung Hawu ini harus dijaga. Makanya di festival yang dulu kita gandeng pak T Bachtiar untuk memberi edukasi pada para peserta tentang Gunung Hawu dari segala aspek," kata Vini (40 tahun), Ketua Penyelenggara BHF dari Pushing Panda.

Rute ke Gunung Hawu

Rute ke Gunung Hawu cukup mudah ditempuh. Jaraknya sekitar 20-25 kilometer dari Kota Bandung. Dari Jalan Raya Padalarang setelah melewati Situ Ciburuy ambil jalan ke kiri melewati jalan proyek tambang batu. Namanya jalan untuk truk pengangkut batu gamping, tentu hanya berupa jalan tanah berbatu. Tiba di jalan cagak, ambil rute ke kanan ke arah puncak Gunung Hawu, sedangkan ke kiri adalah menuju kaki Gunung Hawu.

Melewati jalan dengan semak belukar, lebarnya cukup untuk satu mobil. Jalan tanah itu terus menanjak dengan kanan kiri semak-semak kering menghitam bekas terbakar. Tidak disarankan memakai mobil sedan karena medan jalannya cukup ekstrem. Mobil bisa diparkir di sebuah dataran yang tak terlalu luas, sedangkan sepeda motor masih bisa dipacu sampai ke puncak.

Lengkungan alami atau natural arch Gunung Hawu yang mirip jembatan batu ini berada di selatan jajaran perbukitan batu gamping Citatah, tepatnya di Desa Cidadap, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Dari puncak tebing terlihat jelas Situ Ciburuy yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari Gunung Hawu.

Dinamai Gunung Hawu karena tebing yang menyerupai jembatan dengan lubang vertikal di tengah, dari jauh mirip hawu, tungku tradisional di dapur-dapur yang umum di perkampungan. Perbukitan batu gamping Citatah dikenal dengan nama formasi Rajamandala. Formasi batuan ini telah mengalami pengangkatan dari posisinya sebagai laut dangkal pada 20-30 juta tahun yang lalu.

Pemerintah sebenarnya telah mengeluarkan aturan tentang kawasan karst sebagai kawasan lindung geologi. Luasannya sekitar 375 hektare, membentang dari Tagog Apu di Padalarang sampai Sukabumi dengan istilah Kawasan Bentang Alam Karst.

Jika mengacu ke pasal 4 Peraturan Menteri ESDM Nomor 17 Tahun 2012, ada lima syarat yang jadi acuan. Di antaranya, memiliki fungsi sebagai daerah imbuhan yang mampu menjadi media meresapkan air permukaan ke dalam tanah. Kemudian memiliki fungsi sebagai media penyimpan air tanah secara permanen. Lalu memiliki mata air permanen, dan memiliki gua yang membentuk jaringan sungai bawah tanah.

Di kawasan karst Citatah sendiri, yang masih "aman" sampai saat ini adalah Goa Pawon, Tebing 125, dan Gunung Hawu. Namun apa pun bisa terjadi di negeri ini. Batu gamping atau kapur untuk industri semen, kalsium karbonat, serta batu alam atau marmer, bisa membuyarkan segalanya.

Bukit-bukit batu yang telah melalui proses karstifikasi ini menciptakan bentang alam yang luar biasa, terbentuknya sungai-sungai bawah tanah, penyimpanan cadangan air bersih karena kawasan karst seperti tangki raksasa penyimpan air bawah tanah, serta kaya situs purbakala dan geologi.

Bentang alam nan mempesona ini juga yang menciptakan terbentuknya industri tambang di Citatah, yang tanpa pandang bulu menggerus banyak bukit gamping jadi rata dengan tanah.

*Foto dan Teks: Prima Mulia. Kawan-kawan bisa membaca lebih lanjut artikel-artikel bahaya pertambangan

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//