• Foto
  • Lantang Suara Perempuan Bandung

Lantang Suara Perempuan Bandung

Menengok kembali daya juang perempuan dan anak dari berbagai belahan Bandung, mulai Dago Elos, Tamansari, penghayat, hingga kampung adat.

Fotografer Virliya Putricantika30 Desember 2023

BandungBergerak.idSalah satu catatan yang belum selesai di tahun 2023 di Bandung, Jawa Barat: memperjuangkan hak perempuan dan anak tidak pernah menemukan jalan yang mudah. Tahun 2024 diharapkan tak hanya gema perjuangan semakin lantang melainkan mewujud menjadi kenyataan.

Suara kaum hawa bukan hanya angin lalu yang bisa dengan mudah diabaikan. Mereka semakin memperkuat gandengan tangan untuk memperjuangkan hak yang baik untuk kaumnya. Meski suara mereka terkadang terdengar lemah untuk didengar, tapi suara-suara ini tidak akan pernah mati. Terlebih kasus kekerasan terhadap perempuan maupun anak tidak berkurang.

Berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak kasus kekerasan di Jawa Barat jadi yang paling tinggi di tahun 2023 dengan korban paling dominan adalah perempuan dan anak. Jumlah korban kekerasan terhadap perempuan mencapai 1.321 kasus dan korban anak mencapai 2.103 kasus. Dengan adanya data ini kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak boleh dianggap normal.

Letupan kericuhan yang terjadi pada 14 Agustus 2023 di Dago Elos meninggalkan bekas tersendiri perempuan dan anak. Perempuan yang berada tepat di depan pasukan polisi yang bersenjata lengkap tidak terhindarkan dari serangan gas air mata. Anak kecil yang berlindung di balik pintu karena ketakutan mendengar teriakan kasar dari aparat pada malam itu juga ikut terluka.

Meski dalam data kekerasan kerap terjadi berada di lingkup rumah tangga yang pelakunya di dominasi laki-laki, tetapi kekerasan oleh aparat negara tidak bisa hilang begitu saja.

Dari sisi isu keberagaman, kelompok minoritas rentan belum merasakan kebebasan beribadah dan beragama sebagaimana dijamin konstitusi dan Pancasila. Masih ada sekelompok orang yang antikeberagaman.

Di lingkup masyarakat sebenarnya secara alami telah terjadi penerimaan terhadap kelompok minoritas agama. Masyarakat sekitar jauh lebih berbesar hati untuk menerima kekayaan akan perbedaan ini. Membebaskan diri dari sikap diskriminatif bukan tanggung jawab individu, tapi menjadi tanggung jawab bersama.

*Foto dan Teks: Virliya Putricantika

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//