Darurat Sampah Bandung Raya
TPA Sarimukti, tempat pembuangan sampah se-Bandung Raya, akan habis masa pakainya pada tahun 2023.
TPA Sarimukti, tempat pembuangan sampah se-Bandung Raya, akan habis masa pakainya pada tahun 2023.
BandungBergerak.id - Bau tak sedap dari tumpukan sampah menggunung tak surutkan seorang ibu bermain dengan dua anaknya, 9 November 2021. Di pojokan area pembuangan sementara TPS Tegallega, Kota Bandung, Jawa Barat, yang lebih kering dan agak bersih, si ibu meniup balon-balon berbentuk telapak tangan berwarna putih.
Dua anaknya dengan sabar menunggu balon-balon tersebut ditiup. Anak yang satu lagi sibuk mematut diri dengan kedua telapak tanggnya sudah memakai sarung tangan karet medis. Ternyata balon-balon tadi berasal dari sarung tangan medis, entah baru entah bekas pakai.
Gunungan sampah yang sama juga muncul di Pasar Induk Gedebage. Bahkan sampai memblokir akses jalan di area pedagang buah-buahan. Ternak kambing milik warga terlihat asyik “merumput” di gunungan sampah itu. “Sebulan ini hanya 1 truk saja yang mengangkut sampah pasar,” kata seorang pedagang.
Sementara puluhan pemulung di TPA Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, terlihat lebih santai. Mereka hanya duduk-duduk di gubuk-gubuk istirahat di tengah padang sampah. “Tidak ada pembuangan sampah, itu alat-alat berat mati kehabisan BBM, kita juga hanya memilah sampah yang sudah dikumpulkan sebelumnya, paling ditimbang lalu diangkut untuk setor ke bandar,” kata Ade (32 tahun), salah seorang pemulung yang tinggal di kawasan pembuangan sampah akhir tersebut.
Tak hanya di Sarimukti atau TPS Tegallega saja, sampah menggunung di berbagai sudut kota di wilayah Bandung Raya yang meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi. Semua daerah ini membuang sampahnya ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Sarimukti yang benar-benar kelimpungan menerima gelontoran sampah Bandung Raya yang mencapai 2.000 ton per hari.
Jadi bukan hal aneh lagi jika saat ini di setiap TPS dipastikan akan ada penumpukan sampah karena tersendatnya proses pembuangan ke TPSA Sarimukti. Celakanya lagi, musim hujan biasanya dimanfaatkan orang-orang tak bertanggung jawab untuk membuang sampahnya ke aliran sungai saat debitnya tinggi.
Darurat sampah akhirnya jadi kenyataan yang menohok saat TPSA Sarimukti sempat lumpuh total selama 3 hari akibat alat-alat beratnya kehabisan BBM. Artinya selama tiga hari itu ada 6.000 ton sampah tertumpuk di TPS-TPS Bandung Raya. Bahkan setelah Sarimukti kembali beroperasi, efek terhambatnya pengangkutan sampah ke Sarimukti selama tiga hari itu masih berdampak sampai hari ini, Sabtu (20/11/2021).
Sarimukti, dengan luas 28,5 hektare, hanya didesain menampung 1.200 ton sampah per hari. Faktanya, Sarimukti harus menerima 2.000 ton sampah per hari. Sehingga sampai kapan pun masalah sampah ini tak akan tertanggulangi walau Sarimukti beroperasi 24 jam penuh tanpa libur dan sudah memperluas area pembuangannya seluas 20 hektare.
Permasalahan semakin pelik sejak November 2021, rencananya jam operasional TPSA Sarimukti dipangkas dari pagi sampai sore, penanganan sampah pun hanya di hari kerja Senin sampai Jumat saja. Tentunya pemerintah daerah di Bandung Raya harus memutar otak untuk mengendalikan sampah-sampah mereka. Masalah lain, TPSA Sarimukti juga akan habis masa pakainya pada tahun 2023.
Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional Legok Nangka di Nagreg, Kabupaten Bandung, yang dibangun dengan anggaran Rp 125 miliar, digadang-gadang akan jadi solusi saat Sarimukti ditutup. Rencananya Legok Nangka dengan area seluas 82,5 hektare milik Pemprov Jawa Barat ini akan beroperasi tahun 2023. Biaya buang atau tipping fee di Legok Nangka dipastikan akan jauh lebih mahal mengingat teknologinya menganut sistem waste to energy berupa energi listrik.
Masalah tipping fee ini yang tengah digodok masing-masing daerah. Kontur jalan ke Legok Nangka dengan kemiringan sampai 15 derajat menuntut kendaraan angkut yang mumpuni. Selain tipping fee, pemerintah daerah harus memiliki truk-truk pengangkut baru jika armada lama tak mampu melahap rute pembuangan sampah di kawasan berbukit tersebut.
Untuk sekedar gambaran tingginya operasional pembuangan sampah, Kabupaten Bandung mengeluarkan biaya tipping fee Rp 30 miliar per tahun, di luar pengadaan armada truk baru menggantikan yang sudah uzur. Cimahi menggelontorkan anggaran Rp 16 miliar per tahun untuk Sarimukti. Estimasi anggaran ke Legok Nangka Pemkot Cimahi memprediksi tipping fee akan membengkak sampai Rp 23 miliar per tahun.
Ada 6 daerah dalam aglomerasi Bandung Raya yang akan membuang sampahnya ke Legok Nangka, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Cimahi, Sumedang wilayah barat, dan Garut wilayah kota.
Sumedang wilayah barat untuk 5 kecamatan saja menghasilkan sampah 120 ton per hari, sebanyak 32 ton di antaranya akan dibuang ke Legok Nangka. Sedangkan 7 kecamatan di wilayah Garut kota dan sekitarnya menghasilkan sampah sampai 200 ton per hari.
Cimahi menghasilkan sampah 270 ton per hari. Kabupaten Bandung membuang tak kurang dari 800 ton sampah per hari. Kabupaten Bandung Barat menghasilkan sampah 150 ton per hari dari 10 kecamatan saja. Jika semua wilayah dilayani produksi sampah diperkirakan mencapai 650 ton per hari. Kota Bandung sendiri jadi produsen sampah terbesar, 1.200 ton per hari.
COMMENTS