• Foto
  • Seabad Gedong Cai Cibadak

Seabad Gedong Cai Cibadak

Merawat Gedong Cai Cibadak tidak boleh berhenti pada pelestarian bangunan lawas dengan arsitektur elok di tengah kerimbunan kebun di kawasan Ledeng itu.

Fotografer Virliya Putricantika29 Desember 2021

BandungBergerak.id - Pada 29 Desember 1921, tepat hari ini seabad lalu, Gedong Cai Cibadak diresmikan oleh Wali Kota Bandung Bertus Coops. Koran De Preanger Bode, yang terbit keesokan harinya, mengabarkan suasana meriah di hari bersejarah itu. Tenda didirikan, minuman disajikan, dan wayang wong dipentaskan.

Setelah instalasi yang berfungsi sebagai bak penampungan air dari beberapa mata air di Lembang itu di, warga Kota Bandung tidak lagi kekurangan air bersih. Gedong Cai Cibadak juga dimanfaatkan penduduk sekitarnya untuk mengairi ladang dan kebun.

Seabad berselang, bangunan dengan fasad ikonik itu kian terjepit oleh laju pembangunan. Perumahan-perumahan mewah menjamur di kawasan Ledeng, membuat Gedong Cai Cibadak seolah sendirian, terkucil di kedalaman, menunggu nasib. Debih airnya terus menyusut akibat makin menciutnya kawasan hijau yang jadi lahan resapan. Ditambah lagi ancaman konflik lahan yang tak berkesudahan.

“Kecil sekarang mah airnya, enggak kayak dulu. Dari pas banyak kompleks (perumahan) besar di atas, sumurnya lebih dalem, jadi air yang di sini juga berkurang,” ungkap Ai (61), salah seorang warga Cidadap Girang.

Selain Ai, ada beberapa warga lain yang masih memanfaatkan secara langsung Gedong Cai Cibadak untuk kegiatan sehari-hari, mulai dari mandi hingga mencuci pakaian. Dari kampungnya, mereka harus secara hati-hati menuruni anak tangga yang sebagiannya ditumbuhi lumut akibat ketiadaan sinar matahari. Fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) tersedia. Namun, sekarang sudah tidak ada lagi warga yang naik-turun tangga relatif curam itu untuk mengangkut air bersih.

Air bersih yang tertampung di Gedong Cai Cibadak sampai saat ini pun masih dinikmati oleh ratusan keluarga pelanggan PDAM Tirtawening Kota Bandung. Terutama mereka yang tinggal di wilayah Setiabudhi, Ciumbuleuit, dan Sukajadi. Dari Ledeng, air mengalir ke penampungan (reservoir), yang kondisinya terlihat kurang terurus, di Jalan Setiabudhi.

Menjelang seabad usia Gedong Cai Cibadak, muncul gerakan dari warga. Bergabung dalam Komunitas CAI (Cinta Alam Indonesia), anak-anak muda secara aktif berbuat untuk pelestarian kawasan tersebut. Salah satunya, merawat sabuk hijau berupa bambu gembong yang usianya diperkirakan sama dengan usia Gedong Cai Cibadak. Dengan terjaganya kawasan resapan, terjaga pula pasokan air.

Merawat Gedong Cai Cibadak tidak boleh berhenti pada pelestarian bangunan lawas dengan arsitektur elok di tengah kerimbunan kebun di kawasan Ledeng itu.  Yang jauh lebih penting adalah pelestarian kawasan hijau di sekitarnya yang kian langka di tengah kota.

Warga dan komunitas sudah mengambil inisiatif. Pemerintah tidak boleh lepas tangan. Ada kewenangan menerbitkan aturan yang tegas untuk melindungi kawasan ini dari laju alih fungsi lahan yang kian tak terkendali.

Foto dan teks: Virliya Putricantika

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//