• Podcast
  • PODCAST SUARA PINGGIRAN: Membuka Hati, Membuka Mata

PODCAST SUARA PINGGIRAN: Membuka Hati, Membuka Mata

Kampung Siaga Donor Mata Desa Tenjowaringin, Tasikmalaya telah mendonorkan 176 kornea mata dari 88 individu yang berpartisipasi dalam aksi mulia.

Penulis Noviana Rahmadani15 Agustus 2024

BandungBergerak.idJemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Desa Tenjowaringin, Tasikmalaya telah membuktikan dedikasinya pada masyarakat. Melalui deklarasi Kampung Siaga Donor Mata mereka mengabdikan diri pada kemanusiaan.

Jemaat Ahmadiyah mulai menjejakkan kaki di Desa Tenjuwaringin pada tahun 1949 melalui proses dakwah dan pembaiatan yang intensif. Komunitas ini mengalami pertumbuhan eksponensial pada tahun 1960-an. Jumlah anggotanya melonjak drastis dari segelintir orang menjadi sekitar 4.000 jiwa, hampir setengah dari total populasi desa yang berjumlah 5.000 hingga 6.000 orang.

Ketua JAI lokal Dodi Kurniawan mengatakan, pada 2016 Jemaat Ahmadiyah Indonesia meluncurkan gerakan nasional bernama Komunitas Donor Mata. Dua tahun kemudian pada Desember 2018 Desa Tenjowaringin secara telah mengambil langkah progresif dan mendeklarasikan diri sebagai Desa Siaga Donor Mata.

Inisiatif tersebut dipelopori seorang pemuda Ahmadiyah Usama Ahmad Rijal yang mendapat dukungan penuh dari komunitas setempat. Deklarasi Desa Siaga Donor Mata dihadiri oleh berbagai pihak termasuk perwakilan dari pemerintah daerah dan Bank Mata Indonesia. Sebanyak 2.000 orang dari desa ini menyatakan kesediaan mereka untuk menjadi calon donor mata.

Desa Siaga Donor Mata menunjukkan semangat kemanusiaan yang tinggi di antara warga desa mulai dari usia remaja hingga lanjut usia. Inisiatif ini juga dipandang sebagai wujud dari ajaran spiritual Ahmadiyah yang menekankan pentingnya berkontribusi bagi kesejahteraan sosial.

Melalui donor mata, masyarakat Tenjowaringin tidak hanya memberikan harapan bagi yang membutuhkan, tetapi juga merefleksikan nilai-nilai keagamaan yang mendalam tentang amal jariyah. Dengan menyumbangkan kornea, mereka percaya telah menabur kebaikan yang akan terus mengalir meski mereka telah tiada. Hingga kini, 88 individu telah berpartisipasi dalam aksi mulia ini, menyumbangkan total 176 kornea.

Tidak hanya donor mata, gerakan donor darah juga menjadi bagian penting bagi kaum ahmadi, sebutan bagi jemaat Ahmadiyah. Kegiatan donor darah rutin yang dilakukan setiap dua bulan sekali menunjukkan bagaimana masyarakat Desa Tenjowaringin bekerja sama untuk memastikan ketersediaan darah.

Gerakan donor mata dan darah yang dijalankan oleh komunitas Ahmadiyah di Desa Tenjowaringin didasari oleh prinsip ‘Humanity First’ atau ‘Kemanusiaan yang Utama’. Prinsip ini menekankan bahwa kemanusiaan melampaui semua batasan identitas seperti agama, ras, atau budaya. Sementara itu, moto mereka, ‘Love for All, Hatred for None’ atau ‘Cinta untuk Semua, Tanpa Kebencian’ menjadi panduan utama dalam setiap aktivitas yang mereka lakukan.

Komunitas Ahmadiyah meyakini bahwa tujuan beragama adalah untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu, gerakan kemanusiaan seperti donor mata dan darah merupakan bentuk nyata dari ajaran mereka. Aktivitas ini terbuka untuk semua orang, tidak terbatas hanya pada anggota Ahmadiyah tetapi juga mengajak semua lapisan masyarakat untuk berpartisipasi.

Bagaimana kelanjutan cerita dari Dodi Kurniawan dari Komunitas Donor Mata Tasikmalaya? Apa saja tantangan yang dihadapi oleh Jemaat Ahmadiyah? Silakan simak di kanal Youtube BandungBergerak.id. Podcast Suara Pinggiran yang merupakan upaya BandungBergerak.id untuk memberikan wadah untuk suara kelompok minoritas rentan. Bergerak!

*Artikel ini merupakan kerja sama antara BandungBergerak dan INFID melalui program PREVENT x Konsorsium INKLUSI sebagai bagian dari kampanye menyebarkan nilai dan semangat toleransi, kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta inklusivitas. 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//