• Nusantara
  • Jawa Barat Menghadapi Kelangkaan Petani Pangan

Jawa Barat Menghadapi Kelangkaan Petani Pangan

Jawa Barat menghadapi kelangkaan petani pangan akibat tingginya arus urbanisasi. Rezeki masih menumpuk di kota.

Hamparan sawah di pinggiran Bandung, 12 Juli 2021. Kebijakan yang lebih condong ke arah industri membuat pertanian ditinggalkan. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Iman Herdiana31 Juli 2021


BandungBergerak.idPemerintah Provinsi Jawa Barat gencar menjalankan program petani milenial. Terbaru, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil meluncurkan Petani Milenial Tanaman Hias (PMTH), Rabu (28/7/2021) lalu. DPRD Jawa Barat mengingatkan bahwa program petani milenial mesti mampu menjawab regenerasi petani.

DPRD merlilis data bahwa provinsi dengan jumlah penduduk sekitar 50 juta ini sedang menghadapi kelangkaan petani, khususnya para petani pangan. Jika masalah regenerasi petani pangan dibiarkan, dikhawatirkan kedaulatan pangan Jawa Barat terancam.

Ridwan Kamil beralasan peluncuran Petani Milenial Tanaman Hias karena adanya pangsa pasar yang besar.  Tanaman hias disebutnya bisnis kebahagiaan. Tanaman hias diyakininya mampu memperbaiki suasana hati seseorang menjadi lebih baik.

"Tananam hias ini bisnis kebahagiaan. Orang kalau melihat tanaman hias, tingkat bahagianya naik, mood kerja jadi baik dan lain-lain," tuturnya.

Ia optimistis semangat dan motivasi tinggi dari petani milenial mampu meningkatkan kesejahteraan generasi muda. "Ini adalah masa depan baru, saya yakin kesejahteraan generasi muda kita bisa meningkat," katanya.

Berdasarkan Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani di Jabar mencapai 3.250.825 orang. Namun, petani yang berusia 24-44 tahun hanya 945.574 orang atau 29 persen dari total petani di Jabar.

Dari data tersebut, ada masalah pada regenerasi petani. Sehingga program Petani Milenial bertujuan mendorong regenerasi tenaga kerja di sektor pertanian di Jabar.

"Hadirnya petani milenial diharapkan bisa menahan laju urbanisasi dengan tagline tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia," ucapnya.

Per 14 Februari 2021, tercatat 8.998 peserta dalam rentang usia 19-39 tahun mendaftarkan diri dalam program Petani Milenial. Kehadiran generasi milenial di sektor pertanian akan menjadikan wajah pertanian di Jabar menjadi lebih segar dan atraktif.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Jabar Dadan Hidayat melaporkan, ada tiga jenis tanaman hias yang dibudidayakan PMTH yakni Amydrium Silver, Scindapus Lucens dan Homalomena Frog. Ketiga tanaman tersebut dipilih karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

"Masing-masing petani milenial yang telah terpilih melalui proses seleksi yang ketat akan membudidayakan sebanyak 300 tanaman dari ketiga jenis tanaman hias tersebut," kata Dadan.

Pembudidayaan tanaman hias yang dilakukan PMTH bertempat di Satuan Pelayanan Balai Pengembangan Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman DTPH Jabar, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Menurut Dadan, pihaknya akan melakukan fungsi pembinaan dan pengawasan selama proses budidaya tanaman hias. Selain itu, PT Agro Jabar dan CV Minaqu Indonesia sebagai offtaker bakal memberikan pendampingan teknis kepada PMTH.

"Program PMTH ini diharapkan turut berkontribusi dalam pemenuhan permintaan ekspor tanaman hias ke negara-negara Eropa, serta menjadikan para petani milenial khususnya di Jawa Barat sebagai petani milenial pembudidaya unggul yang berorientasi ekspor," ucap Dadan.

Baca Juga: Kebijakan Impor Beras Tak Berpihak kepada Petani
Jabar Hadapi Krisis Petani Muda dan Tantangan Teknologi
Pancasila dari Rakyat (4): Ketika Petani Masih Dipandang Sebelah Mata

DPRD: Tak Mudah Wujudkan “Tinggal di Desa Rezeki Kota”

Masalah pertanian di Jawa Barat tidaklah kecil. Dari segi regenerasi, anggota Komisi II DPRD Provinsi Jawa Barat Ahmad Hidayat mengungkap, saat ini Jawa Barat kehilangan 100.000 petani produktif. Hal ini terjadi akibat berkurangnya lahan karena alih fungsi lahan sehingga para petani memilih untuk beralih profesi.

"Kurang lebih 100.000 petani di Jawa Barat ini hilang, ada yang meninggal, ada yang lahanya alih fungsi atau ada juga yang beralih profesi. Ke depan kalau ini tidak diantisipasi Jawa Barat akan menghadapi kelangkaan petani,” kata Ahmad, dalam keterangan resminya, Kamis (29/7/2021).
.
Menurut Ahmad, hadirnya program petani milenial diharapkan bisa menjadi salah satu solusi regenerasi petani di Jawa Barat. Tak kalah pentingnya, petani milenial perlu ditargetkan untuk menjawab ketahanan pangan. “Jadi tujuanya petani milenial ini selain regenerisasi juga untuk ketahanan pangan” ungkap Ahmad.

Ahmad mengingatkan, program di bidang pertanian tidaklah mudah. Apalagi Program Petani Milenial mengusung tagline yang tidak sederhana, yakni “tinggal di desa rezeki kota”. “Kami komisi dua bersama-sama pemerintah provinsi perlu bekerja ekstra, karena memang menciptakan petani tinggal di desa rezeki kota itu bukan perkara mudah, ada kendala kendala lahan dan sebagainya” ucap Ahmad.

Mengenai program petani milenial tanaman hias yang baru-baru ini diresmikan, Ahmad menilai program tersebut dilakukan untuk mengejar keterbatasan lahan yang selama ini menjadi kendala. Ditargetkan program ini bisa memanfaatkan lahan sekitar 2.000 meter persegi agar bisa menghasilkan penghasilan Rp 4 juta sebulan.

Tapi kembali lagi, ia menekankan regenerasi petani harus menajadi target. Untuk itu diperlukan program yang juga membangun mental petani.

“Karena berbicara bisnis di pertanian sulit, tidak mudah, dapat uangnya susah banyak tantangannya, setelah itu kita kejar ke target untuk ketahanan pangannya. Maka komoditi yang harus di dorong bukan lagi tanaman hias tapi komoditi komoditi yang bisa dimakan” pungkasnya.

Pembangunan Jawa Barat selama ini memang lebih condong ke industri. Penempatan tenaga kerja pun banyak diarahkan ke sektor-sektor manufaktur, daripada pertanian. Akibatnya, laju urbaniasi di Jawa Barat sangat tinggi. BPS Jabar tahun 2020 mencatat, hampir 72,5 persen penduduk Jawa Barat tinggal di daerah perkotaan, sebagai akibat dari masuknya industri yang mendorong terjadinya urbanisasi.

Tak heran jika program Petani Mileniar mengusung tagline “tinggal di desa rezeki kota”, karena angka BPS tersebut menunjukan bahwa rezeki terlihat lebih menumpuk di kota. Selain itu, BPS juga mencatat Penduduk Jawa Barat berusia 15 tahun atau lebih pada tahun 2019 mencapai 36,58 juta orang.

Jumlah angkatan kerjanya sebanyak 23,8 juta orang, di mana 21,9 juta orang di antaranya bekerja di berbagai sektor usaha, sedangkan sisanya 1,9 juta masih menganggur. Jumlah tersebut menjadikan angka tingkat pengangguran terbuka di Jawa Barat menjadi 7,91 persen.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//