• Berita
  • Covid-19 Kota Bandung: Kelengahan hanya akan Memicu Gelombang Ledakan Kasus Berikutnya

Covid-19 Kota Bandung: Kelengahan hanya akan Memicu Gelombang Ledakan Kasus Berikutnya

Penurunan level kewaspadaan biasanya diikuti kelengahan yang membuka peluang kembalinya gelombang ledakan penularan Covid-19 di Kota Bandung.

Petugas kesehatan menyuntik vaksin Covid-19 di kobong Pesantren Nurul Iman, Bandung, Selasa (31/8/2021). Sebanyak 810 kiai dan 1.211 santri mendapat suntikan vaksin dosis pertama. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana1 September 2021


BandungBergerak.idTren penularan Covid-19 Kota Bandung terus mengalami penurunan dibandingkan masa PPKM Darurat atau Level 4 awal Juli lalu. Saat ini level kewaspadaan Covid-19 telah diturunkan menjadi PPKL Level 3 atau risiko sedang. Tetapi yang perlu diingat, penurunan level kewaspadaan biasanya diikuti dengan sejumlah kelengahan yang membuka peluang kembalinya gelombang ledakan penularan Covid-19 di Kota Bandung.

Sudah banyak negara-negara yang semula berhasil mengendalikan Covid-19 pada gelombang pertama, tetapi kemudian kewalahan pada gelombang wabah berikutnya. Perlu diingat pula bahwa sebelum gelombang penularan menyapu Bandung dan sejumlah daerah di Indonesia, wabah varian baru virus corona lebih dulu menyerang India. Padahal India sebelumnya disebut-sebut berhasil menekan laju penularan Covid-19.

Termutakhir, saat ini Covid-19 kembali menghantam Amerika Serikat yang memicu jumlah kasus kematian di atas 1.000 kasus dan jumlah konfirmasi harian di atas 100 ribu kasus. Sebagai negara maju yang sebagian besar penduduknya telah divaksin dan sempat menerapkan kebijakan lepas masker, negeri Paman Sam masih kewalahan menghadapi gelombang pagebluk.

Apa yang terjadi di Amerika Serikat, di mana ruang-ruang rawat inap sudah mulai penuh, menjadi peringatan keras bagi Indonesia, khususnya Bandung, untuk tetap waspada dan tidak lengah.

Wali Kota Bandung, Oded M Danial, mengatakan hingga 30 Agustus 2021, kasus konfirmasi aktif Covid-19 Kota Bandung tercatat sebanyak 2.079 kasus atau berkurang 4 kasus. Konfirmasi sembuh 38.047 kasus atau bertambah 66 kasus.

Tren laju Kasus konfirmasi, dibandingkan dengan 14 hari sebelumnya menurun dari 142,5 orang per hari menjadi 86,2 orang per hari, ungkap Oded, mengutip siaran pers, Selasa (31/8).

Baca Juga: Data Kondisi Rumah Penduduk Miskin Kota Bandung 2019, Lebih dari 25 Ribu Keluarga tidak Punya Kamar Tidur
Akar Masalah DAS Citepus Bukanlah Sampah melainkan Tata Ruang

Dari data-data yang dipaparkan Oded M Danial, penurunan kasus terlihat signifikan terutama bila dibandingkan dengan ledakan kasus yang terjadi pada Juni dan Juli lalu yang jumlah positif aktif atau dalam perawatannya pernah tembus 10.000 orang.

Antara Juni - Juli, fasilitas-fasilitas kesehatan di Kota Bandug nyaris runtuh, beberapa bahkan mencatat jumlah pasien melebihi 100 persen dari kapasitas yang ada, dan krisis oksigen medis terjadi di mana-mana, tak terkecuali di rumah sakit besar sekelas Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Sedangkan jumlah kematian terjadi setiap hari dalam jumlah yang dramatis. Para nakes di fasilitas kesehatan dan penggali kubur di TPU Khusus Covid-19, Cikadut, sama-sama sibuk dan kewalahan.

Perkembangan lain dari data terkini yang disampaikan Oded terungkkap bahwa jumlah pasien isolasi mandiri di rumah yang dipantau oleh Puskesmas dan Tim Kewilayahan (Kecamatan, Kelurahan, RW) sebanyak 2.870 kasus. Dikatakan bahwa jumlah tersebut berkurang 78 kasus dari hari sebelumnya.

Sedangkan keterisian tempat tidur di 30 rumah sakit rujukan Covid-19 Kota Bandung dikatakan semakin memenuhi standar World Health Organization (WHO). Ada 370 tempat tidur yang terisi pasien konfirmasi positif dan suspek. Jumlah tersebut 22,74 persen dari total 1.627 tempat tidur yang ada. Sehingga tersedia 1.257 tempat tidur.

Di tengah penurunan kasus tersebut, Oded mengingatkan warga agar tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan (prokes). Ia mencatat, terjadi peningkatan aktivitas di Kota Bandung sejak diberlakukannya pelonggaran pada PPKM Level 3.

"Mobilitas dan aktivitas masyarakat meningkat diberlakukan relaksasi secara bertahap. Tetapi kegiatan PPKM harus diiringi dengan prokes agar kasus Covid-19 semakin menurun," pesan Oded.

Dari data-data yang dipaparkan Wali Kota itu, tak disinggung kasus kematian yang jika dicermati, penambahannnya masih terjadi hampir setiap hari walaupun jumlahnya tak sebesar pada Juni - Juli. Per Selasa 31 Agustus kemarin, terjadi penambahan dua kasus kematian di Kota Bandung. Sehingga total kasus meninggal karena Covid-19 menjadi 1,396 orang.

Sedikit berbeda dengan yang disampaikan Oded, pusat data Covid-19 Kota Bandung justru mencatat kenaikan jumlah kasus konfirmasi aktif sebanyak 50 orang, menjadi 2,129 orang. Selain itu, terdapat 1,446 suspek dipantau, dan 60 orang kontak erat dipantau. Semua kasus tersebar di 30 kecamatan yang ada di Kota Bandung, terdapat 5 kecamatan tertinggi positif aktif dengan jumlah kasus lebih dari 100 orang, yaitu Coblong, Kiaracondong, Panyileukan, Ujung Berung, dan Sukasari.

Memang penambahanan kasus harian tersebut tidak setinggi dibandingkan Juni dan Juli lalu. Namun, kenyataannya penambahan itu ada dan berpotensi terus bertambah jika tak dikelola dengan baik oleh Satgas Covid-19 Kota Bandung.

Satgas Covid-19 Kota Bandung yang dipimpin Wali Kota masih harus bekerja keras mengingatkan warga agar taat pada protokol kesehatan, gencar menjalankan program vaksinasi Covid-19, serta terus melakukan pelacakan kontak-kontak erat agar kasus-kasus baru bisa terdeteksi secara dini. Karena disinyalir ledakan kasus yang terjadi pada Juni dan Juli lalu karena lemahnya pelacakan kontak ini.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//