Aksi Kamisan Bandung Peringati Kasus Pelanggaran HAM September Hitam
Banyak kasus pelanggaran HAM yang terjadi di bulan September, seperti kasus pembunuhan Munir, hingga demonstrasi Reformasi Dikorupsi.
Penulis Delpedro Marhaen3 September 2021
BandungBergerak.id - Awan gelap yang menggantung di atas kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat di Indonesia belum berlalu. Sebagai penanda dan refleksi atas maraknya kasus pelanggaran HAM itu, bulan September saban tahunnya diperingati sebagai "September Hitam" di berbagai kota. Tak terkecuali di Bandung, para pegiat Aksi Kamisan Bandung turut memaknainya dengan menggelar aksi damai di Monumen Perjuangan, Kamis, (2/10/2021).
Dalam peringatan tahun ini Aksi Kamisan Bandung mengangkat tajuk “September Hitam: Bulan Kelam dengan Rentetan Pelanggaran HAM”. Mereka mendesak Jaksa Agung melakukan penyidikan terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM berat yang telah rampung diselidiki Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), serta memberikan upaya pemulihan dan pemenuhan hak secara menyeluruh kepada para korban pelanggaran HAM.
Selain itu, mereka juga mendesak pemerintah dan DPR RI untuk melakukan revisi terhadap Undang-undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Revisi ini bertujuan agar pengadilan HAM dapat bekerja secara lebih efektif menjadi landasan hukum dalam menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat dan pemenuhan hak bagi korban.
Salah satu pegiat Aksi Kamisan, Fayadh menuturkan latar belakang di balik penyematan sebutan September Hitam pada bulan September di setiap tahunnya. Hal ini, kata Fayedh, karena di bulan September banyak terjadi rentetan kasus pelanggaran HAM baik yang terjadi di masa lalu, ataupun pada dua tahun ke belakang. Seperti kasus pembunuhan Munir, pembunuhan Salim Kancil, peristiwa Tanjung Priok, Tragedi Semanggi dua, peristiwa 65, hingga yang paling mutakhir aksi demonstrasi Reformasi Dikorupsi.
“Kita menamakannya September Hitam, ya, hampir di seluruh Indonesia juga mengadakan acara serupa untuk memperingati kasus-kasus pelanggaran HAM dengan sebutan September Hitam,” kata Fayadh saat ditemui BandungBergerak.id di lokasi.
Selain itu, menurut Fayadh, diadakan peringatan September Hitam ini juga untuk memberikan edukasi kepada publik. Fayedh menekankan untuk aksi September Hitam kali ini adalah tentang kesadaran literasi dan diri untuk membangun zamannya masing-masing. Ia juga berharap langkah ini dapat menguatkan solidaritas kepada keluarga korban pelanggaran HAM.
Kendati demikian, menurutnya, alih-alih negara hendak menyelesaikan pelanggaran HAM berat masa lalu, negara justru menambah kasus baru pelanggaran HAM di tahun 2020, yakni parade kekerasan aparat selama aksi Reformasi di Korupsi, penembakan dua mahasiswa di Kendari, dan penembakan Pendeta Yeremia di Papua.
Baca Juga: PROFIL AKSI KAMISAN BANDUNG: Sewindu Merawat Ingatan
Aksi Mural Kamisan Bandung Jelang September Hitam
Penghapusan Mural dan Persekusi Penciptanya di Mata Seniman dan Aktivis Bandung: Berlebihan dan Lucu
Komnas HAM RI Didesak Tetapkan Kasus Pembunuhan Munir sebagai Pelanggaran HAM Berat
"Selama impunitas tidak dituntaskan, maka pelanggaran-pelanggaran HAM akan terus terjadi di kemudian hari. Oleh karena itu, kita terus mendorong mengenai impunitas itu harus dituntaskan sehingga ke depan pelanggaran HAM bisa diminimalisir," ujarnya.
Aksi ini merupakan pembukaan dari rangkaian acara September Hitam yang akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan. Khususnya di tanggal-tanggal terjadinya peristiwa pelanggaran HAM di bulan September. "Akan ada rentetan acara lagi seperti hari ini. Tapi bukan sebagai perayaan melainkan suatu peringatan. Ikuti saja di sosial media Aksi Kamisan Bandung," ujar Fayadh.
Selain aksi berbentuk seremonial untuk memperingati pelanggaran HAM, dalam acara ini pun terdapat pasar gratis, pembacaan puisi, penampilan musik dan performance art yang disajikan oleh beberapa musisi dan seniman lokal. Para pengunjung terlihat menikmati sajian penampilan musik dan puisi.
Bertus, salah satu pengunjung, sangat mendukung diadakannya acara peringatan September Hitam ini. Menurutnya, ini adalah momentum untuk terus meruwat ingatan dan menyuarakan kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi dan harapannya agar negara segera menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM= masa lalu yang masih terbengkalai prosesnya hingga hari ini.
"September Hitam sangat penting untuk diperingati. Jika kita tidak peringati bagaimana nasib korban pelanggaran HAM. Ini momen kita untuk bersuara untuk itu saya mengapresiasi acara peringatan ini," ujarnya.