• Kampus
  • Fenomena Lupa, Pikun, dan Perilaku Aneh Pascasembuh dari Covid-19

Fenomena Lupa, Pikun, dan Perilaku Aneh Pascasembuh dari Covid-19

Gejala pascasembuh dari Covid-19 yang timbul pada bagian otak patut diwaspadai. Sebagai sumber sarana berpikir, otak berperan sebagai pusat kendali tubuh.

Petugas kesehatan Public Safety Center 119 mengevakuasi jenazah wanita usia 80 tahun yang terpapar Covid-19 dan meninggal saat isolasi mandiri di rumahnya, Bandung, 5 Agustus 2021. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Iman Herdiana7 September 2021


BandungBergerak.idCovid-19 selain mampu menyerang bagian tubuh manusia, ternyata mampu mengganggu bagian otak. Walaupun otak dilindungi oleh beberapa lapisan, penelitian mengungkapkan ternyata virus corona penyebab penyakit Covid-19 mampu menembus berbagai lapisan tersebut. Hal ini yang kemudian menyebabkan seseorang pascasembuh dari Covid-19 mengalami masalah lupa, pikun, dan perilaku aneh.

“Intinya kalo ada masalah itu, baik pascasembuh Covid-19 atau lainnya, jangan sampai dicuekin,” ujar Pukovisa Prawiroharjo, dokter spesialis saraf Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dalam seminar edukasi daring “Ask the Expert: Waspada Masalah Lupa, Pikun, dan Perilaku Aneh Setelah Sembuh dari Covid-19”, dikutip dari laman Universitas Indonesia, Selasa (7/9/2021).

Pukovisa Prawiroharjo mengingatkan, gejala pascasembuh dari Covid-19 yang timbul pada bagian otak patut diwaspadai. Sebagai sumber sarana berpikir, otak berperan sebagai pusat kendali tubuh dan penyusun sistem saraf pusat.

Dengan demikian, Pukovisa menegaskan untuk tidak menganggap sepele masalah atau gejala yang terjadi di otak. Ia menyayangkan sikap masyarakat yang mengganggap masalah lupa, pikun, dan perilaku aneh pasca Covid-19 adalah hal yang biasa. Sebab faktanya, otak juga merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh seseorang.

“Jadi pada intinya, masyarakat harus lebih peduli pada bagian otak bila menemukan masalah pada bagian tersebut. Hal ini dilakukan agar masalah pada bagian otak itu tidak menjalar ke bagian tubuh lainnya. Bila otak kita ada masalah, maka akan sulit untuk melihat bagian tubuh lain dengan normal dan baik, karena otak adalah pusat kendali tubuh,” terang Pukovisa Prawiroharjo.

Ia bercerita bahwa ada beberapa rekan kerja sejawat, tenaga kesehatan lain, dan masyarakat yang ia tangani mengalami penurunan fungsi kognitif pascasembuh dari Covid-19. Ia mencontohkan, banyak rekan kerjanya sebelum Covid-19 dapat mengerjakan tugas di bawah tekanan dan deadline, namun pasca-Covid-19 justru ada beberapa yang lupa bahwa ada tugas yang perlu diselesaikan.

Baca Juga: RSHS Bandung Buka Pendaftaran Vaksinasi Covid-19 Moderna untuk Masyarakat Umum
Pandemi Covid-19 Bandung Raya: Tetap Waspada, Masih terdapat Kasus Positif Aktif
Keputusan Pembelajaran Tatap Muka seharusnya Melibatkan Anak-anak

Dari pengalaman itu, ia menyimpulkan bahwa masalah lupa, pikun, dan perilaku aneh pascasembuh dari Covid-19 perlu diwaspadai. Ia menyarankan untuk memantau kerabat atau sahabat penyintas Covid-19 yang baru sembuh dari Covid-19.

“Apakah terdapat perubahan tingkah laku seperti lebih cuek, tidak peduli, dan sering lupa akan suatu hal, bila ada mereka sedang menghadapi masalah pada bagian saraf otak pasca Covid-19,” ujar Pukovisa.

Bila melihat kondisi seperti itu, Pukovisa menyarankan agar penyintas diarahkan untuk berkonsultasi dengan dokter. Sehingga mereka bisa mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Kondisi pikun, lupa, dan perilaku aneh tidak harus muncul secara bersamaan, namun bila salah satu muncul pascasembuh dari Covid-19, pasien perlu melaporkan dirinya ke pelayanan kesehatan.

Sejauh ini, ketiga gejala pascasembuh dari Covid-19 tak bisa diprediksi berapa lama terjadi pada diri seseorang. Pada dasarnya, setiap individu memiliki daya tahan tubuh yang berbeda, sehingga tidak bisa disimpulkan berapa lama suatu penyakit dapat bertahan di tubuh seseorang.

Ia juga memaparkan terkait perilaku aneh yang sering ditampakkan pasien Covid-19 pascasembuh. Sebelum sembuh, misalnya, seorang pasien selalu ceria bahagia, namun pasca terkena Covid-19 justru lebih murung dan pendiam. Contoh lainnya, pasien yang terkenal selalu suka bergaul berkelompok, namun pascasembuh justru lebih suka menyendiri.

Tidak hanya mengganggu bagian otak, Covid-19 juga dapat mengganggu pola tidur baik di masa isolasi mandiri maupun pascasembuh. Namun masalah ini tidak perlu dikhawatirkan selama kita berkeinginan untuk merubah perilaku dan pola hidup menjadi lebih baik, hal tersebut dapat diatasi dengan baik.

Sementara masyarakat yang ingin bertanya mengenai masalah lupa, pikun, atau perilaku aneh pascasembuh dari Covid-19 bisa berkonsultasi dengan dokter neurologi atau saraf. Masyarakat juga perlu memahami bahwa varian virus corona yang menyebabkan pikun, lupa dan perilaku aneh belum pernah diteliti lebih lanjut.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//