• Kolom
  • NGALEUT BANDUNG: Mengenal Kartel Preanger Planters (1)

NGALEUT BANDUNG: Mengenal Kartel Preanger Planters (1)

Kisah sukses preanger planters, atau juragan perkebunan, di Priangan era kolonial Hindia Belanda tidak lepas dari kuatnya hubungan kekerabatan yang terorganisasi.

Alex Ari

Pegiat Komunitas Aleut, bisa dihubungi via akun instagram @AlexxxAri

Potret sebuah perkebunan teh di Arjasari, Kabupaten Bandung, sebelum tahun 1880. (Sumber foto: https://commons.wikimedia.org/)

15 September 2021


BandungBergerak.idKartel adalah persekutuan atau gabungan antara beberapa pihak yang bertujuan untuk mengendalikan produksi, persaingan, dan harga. Istilah yang kemudian akrab digunakan untuk kejahatan terorganisasi, seperti kartel narkoba dan mafia. Layaknya perusahaan modern yang legal, kelompok kejahatan bawah tanah ini memiliki sistem organisasi dengan jenjang kedudukan dan pembagian tugas serta fungsinya yang jelas yang menopang pengembangan usaha mereka.

Dalam beberapa hal, sistem organisasi kartel narkotika dan mafia dapat digunakan untuk menjelaskan dan mengenal organisasi Preanger Planters. Seperti juga gembong narkoba dan mafia, para pemilik perkebunan di Priangan ini biasanya berasal dari sebuah keluarga besar yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat. Selain itu, baik organisasi kejahatan maupun Preanger Planters sama-sama memiliki komoditas sebagai tambang uangnya. Jika kartel dan mafia menjual obat-obatan terlarang, Preanger Planters menguasai produk perkebunan.  

Ambil contoh keluarga besar Van der Hucht, Holle, Kerkhoven, dan Bosscha, yang selanjutnya ditulis Van der Hucht Cs. Mereka memiliki pertalian darah dan, bila diumpamakan sebagai sebuah organisasi kartel dan mafia, punya peran dan kedudukannya masing-masing. Dengan menggunakan analogi ini, kita dapat mengenali siapa saja anggota klan Van der Hucht Cs, berikut peran yang menjadikan mereka pengusaha pemilik perkebunan di Priangan yang berhasil.

Tokoh, Kedudukan, dan Perannya dalam Keluarga

Pada posisi teratas ada kepala keluarga, atau dalam istilah kartel dan sindikat kejahatan terorganisasi biasanya disebut sebagai Boss atau God Father. Dalam keluarga Van der Hucht, Guillaume Louis Jacques van der Hucht atau yang lebih dikenal sebagai Willem van der Hucht (1812-1874) dapat dikatakan sebagai God Father keluarga besar Preanger Planters ini. Sejak awal Willem van der Hucht-lah yang memiliki ide untuk membuka usaha perkebunan di Hindia Belanda. Dengan pengetahuannya sebagai pengusaha pelayaran yang sering singgah di Hindia Belanda, ia kemudian merintis dan meletakkan fondasi usaha keluarga yang bermula dari dua perkebunan yaitu Parakan Salak dan Sinagar.

Setelah Pieter Holle, iparnya, wafat pada tahun 1846, praktis Willem van der Hucht menjadi satu-satunya kepala keluarga. Ia kemudian mengambil seluruh tanggung jawab, termasuk urusan mendidik keponakannya. Willem van der Hucht juga kemudian memiliki kewenangan untuk mempersiapkan dan menunjuk penggantinya, serta memilih penempatannya. 

Pada tahun 1857, Willem van der Hucht memutuskan untuk Kembali ke Negeri Belanda setelah sebelumya mendidik pengganti dirinya, yaitu Adriaan W. Holle di perkebunan Parakan Salak dan Eduard Julius Kerkhoven di perkebunan Sinagar. Posisinya sebagai kepala keluarga atau orang yang dituakan dalam keluarga besar Preanger Planters jatuh ke tangan kakak kandungnya, Alexandrine Albertina van der Hucht (1802-1878), istri dari mendiang Pieter Holle.

Sebagai orang dewasa yang tersisa dari rombongan pionir yang merintis usaha keluarga, Alexandrine van der Hucht sangat dihormati layaknya God Mother. Ibu dari Adriaan W. Hole ini adalah orang pertama yang akan dikunjungi dan dimintai restunya oleh setiap kerabat keluarga yang datang dan memutuskan untuk tinggal serta berusaha di Hinda Belanda. Kunjuangan kepada Alexandrine van der Hucht menjadi kewajiban tak tertulis bagi seluruh kerabat keluarga Van der Hucht, Holle, Kerkhoven, dan Bosscha. Meski Alexandrine tidak punya kuasa untuk memberikan keputusan layaknya sang adik, Willem van der Hucht, tapi sebagai salah satu orang dalam rombongan awal yang datang ke Hindia Belanda untuk menjadi pengusaha perkebunan, dia tetap sangat dihormati.

Di samping seorang Boss atau kepala keluarga, biasanya ada penasihat atau pemberi saran yang ucapan-ucapanya akan selalu dipertimbangakan oleh seluruh anggota keluarga. Dalam organisasi seperti mafia, posisi ini biasanya dikenal dengan istilah consigliere. Di dalam keluarga besar Van der Hucht cs, yang diposisikan sebagai penasihat keluarga adalah putera tertua Pieter Holle, Karel Frederik Holle (1829-1896). K. F. Holle membuka perkebunan teh Waspada (Bellevue) di Garut pada tahun 1868.

Baca Juga: NGALEUT BANDUNG: Elegi Jenny di Perkebunan Gambung
NGALEUT BANDUNG: Himpunan Saudara Jawa di Tanah Sunda
NGALEUT BANDUNG: Tuan Tan Djin Gie, Tanah Harapan, dan Tragedi Keluarganya

Setelah Willem van der Hucht Pergi

Holle, begitu biasanya orang mengenal Karel Frederik, adalah seorang Preanger Planters yang minatnya sangat besar terhadap segalah hal yang berbau adat-istiadat, budaya, dan sejarah pribumi, khususnya Sunda. Ia mengumpulkan, mempelajari, dan meneliti berbagai nasakah sejarah Sunda. Holle berkawan rapat dengan Hoofd Penghulu Limbangan (Garut), Raden Haji Mohammad Moesa, seorang pemuka agama yang juga dikenal sebagai seorang sastrawan Sunda. Dari kedekatannya dengan Kepala Penghulu Limbangan ini, Holle sedikit banyak paham tentang bagaimana harus memperlakukan masyarakat pribumi dalam relasinya sebagai orang Belanda yang berusaha di bidang perkebunan.

Dengan memperhatikan saran dari Holle, klan Van der Hucht cs dapat menghindari konflik dengan masyarakat pribumi. Kepakaran dan keahlian Holle di bidang adat istiadat pribumi kemudian dimanfaatkan juga oleh pemerintah kolonial Belanda dengan mengangkatnya sebagai Penasihat Kehormatan untuk Urusan Masyarakat Pribumi (Adviseur Honorair voor Inlandsche Zaken).  Posisi dan tugas yang diemban Holle ini yang kemudian diteruskan oleh Christian Snouck Hurgronje.

Sosok Adriaan W. Holle (1832-1871) dan Eduard Julius Kerkhoven (1834-1905) dapat disebut sebagai underboss atau wakil kepala keluarga karena merekalah yang kemudian menggantikan peran Willem van der Hucht yang memutuskan untuk meninggalkan bisnis perkebunan di Hindia Belanda untuk kembali ke Belanda (1871).  Adriaan W. Holle dianggap layak menggantikan posisi yang ditinggalkan pamannya di perkebunan Parakan Salak karena sejak usia 18 tahun, ia telah terjun di usaha perkebunan dengan menggantikan peran mendiang ayahnya, Pieter Holle, sebagai administrator di perkebunan Bolang.

Sebelumnya, saat Willem van der Hucht cuti ke negeri Belanda pada tahun 1843-1857, Adriaan Holle ditunjuk untuk menggantikannya mengelola perkebunan Parakan Salak. Sementara itu, Eduard Julius Kerkhoven diserahi tugas untuk mengantikan posisi Willem van der Hucht di perkebunan Sinagar pada tahun 1871. Terbukti di tangan keduanya, Parakan Salak dan Sinagar terus berkembang menjadi perkebunan rujukan bagi seluruh anggota keluarga yang berusaha di bidang perkebunan.

Karel Frederik Holle, selain dikenal sebagai juragan perkebunan yang sukses, juga tekun mempelajari dan meneliti budaya pribumi, terutama Sunda. (https://commons.wikimedia.org/)
Karel Frederik Holle, selain dikenal sebagai juragan perkebunan yang sukses, juga tekun mempelajari dan meneliti budaya pribumi, terutama Sunda. (https://commons.wikimedia.org/)

Dari Kerkhoven ke Bosscha

Keluarga besar Van der Hucht cs memiliki cabang keluarga dari hasil pernikahan dengan keluarga Holle, Kerkhoven, dan Bosscha. Setiap ranting keluarga memiliki wilayah usaha masing-masing dan juga mempunyai tokoh keluarga yang berpengaruh seperti layaknya posisi caporegime dalam organisasi kartel atau mafia. Contohnya, keluarga Rudolph Albert Kerkhoven yang merupakan anggota klan Van der Hucht cs yang pertama kali membuka usaha perkebunan di daerah Bandung. Pada tahun 1868, R. A. Kerkhoven membuka perkebunan Arjasari di daerah Banjaran Bandung. Kelak Ir. Rudolph Eduard Kerkhoven, putera sulungnya, akan membuat besar usaha perkebunan keluarga Kerkhoven di daerah Bandung dengan pertama kali membuka perkebunan Gambung pada tahun 1874.

Rudolf Eduard Kerkhoven kerap memperhatikan saran anggota keluarga besar Van der Hucht cs lainnya. Ketika E. J. Kerkhoven datang berkunjung ke perkebunan Gambung pada tahun 1881, ia menerima masukan untuk mengembangkan jenis tanaman the camellia sinensis varian Assamica untuk menggantikan jenis teh camellia sinensis. Penggantian jenis tanaman teh ini yang kemudian terbukti mampu meningkatkan usaha perkebunan milik R. E. Kerkhoven. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ia membuka Perkebunan Malabar, Talun, dan Negla.

Untuk mengisi posisi pengelola di perkebunan Malabar, R. E. Kerkhoven juga mengikuti pertimbangan dan saran yang diberikan oleh K.F. Holle yang mempromosikan K. A. R. Bosscha menduduki jabatan administrator pada tahun 1896. R. E. Kerkhoven juga kemudian menjalin hubungan kerja dengan Jan Bosscha, kakak kandung Karel Albert Rudolf Bosscha sebagai pengelola (administrator) perkebunan Talun. Hubungan kerja antara R. E. Kerkhoven dengan kakak beradik Bosscha, jika dianalogikan dalam hierarki kartel mafia, merupakan relasi antara caporegime dengan soldiers (prajurit). Nantinya, usaha gigih dari sosok K. A. R Bosscha-lah yang akan membawa dirinya tak cuma menjadi administrator, tapi “Raja Teh”.

Dengan relasi hubungan yang mirip dengan fungsi dan hierarki dalam organisasi seperti mafia yang saling mendukung, tak mengherankan jika klan keluarga Van der Hucht, Holle, Kerkhoven, dan Bosscha menjadi Preanger Planters yang terkemuka di Hindia Belanda.

Dan seperti layaknya kartel dan sindikat mafia, usaha para juragan perkebunan ini juga memiliki saingan dan faktor-faktor pendukung lain dalam perkembangan usahanya. Hal tersebut akan dijelaskan pada tulisan berikutnya.

*Tulisan kolom NGALEUT BANDUNG merupakan bagian dari kolaborasi antara www.bandungbergerak.id dan Komunitas Aleut

Editor: Redaksi

COMMENTS

//