Kekebalan Super Berpotensi Mengubah Peta Pandemi Covid-19
Saat ini Badan Pengawas Obat (FDA) bersiap untuk memutuskan apakah semua orang Amerika membutuhkan suntikan booster agar meraih kekebalan super tersebut.
Penulis Iman Herdiana18 September 2021
BandungBergerak.id - Sejumlah penelitian di dunia sedang mengkaji kekebalan super dalam menghadapi varian virus corona penyebab Covid-19. Sistem kekebalan yang disebut juga antibodi hibdrida ini kekuatannya menyerupai antibodi yang dimiliki penyintas Covid-19 yang kemudian mendapatkan vaksinasi. Kekebalan super bisa juga muncul dari vaksin dosis ketiga atau booster.
Lily Nedda Dastmalchi, seorang dokter di Rumah Sakit Universitas Temple, menyatakan saat ini Food and Drug Administration (FDA) bersiap untuk memutuskan apakah semua orang Amerika membutuhkan suntikan booster agar meraih kekebalan super tersebut.
Lily memaparkan sejumlah kemungkinan yang menghasilkan kekebalan super ini. Pertama, vaksin yang satu dilanjutkan dengan suntik vaksin yang lain. Hal ini, misalnya terjadi di Indonesia di mana para tenaga kesehatan mendapatkan vaksin tambahan dosis ketiga (booster) Moderna. Sebelumnya mereka telah mendapatkan dua dosis vaksin Sinovac.
Lily Nedda Dastmalchi yang juga kontributor untuk ABC News melanjutkan, beberapa penelitian menunjukkan data awal tentang vaksin campuran dapat menawarkan peningkatan kekebalan yang lebih kuat.
Memang sejauh ini data yang mendukung strategi mix-and-match vaksinasi Covid-19 tersebut masih jarang. Tetapi para ilmuwan sedang belajar lebih banyak tentang seberapa kuat respons kekebalan bagi seseorang yang sebelumnya telah terinfeksi Covid-19 kemudian mendapatkan vaksin. Dan praktik inilah yang kemudian disebut menghasilkan kekebalan hibrida.
"Hal terbaik yang dapat kami harapkan adalah bahwa tiga dosis vaksin akan meniru respons kekebalan super, yang ditemukan di antara mereka yang sebelumnya terinfeksi virus," kata Paul Goepfert, seorang dokter penyakit menular dan direktur Klinik Penelitian Vaksin Alabama, mengutip ABC News, Sabtu (18/9/2021).
Jenis kekebalan hibrida atau super tersebut diharapkan akan melindungi terhadap varian corona di masa depan. Di saat masih banyak negara berjuang menghadapi pandemi dan berkejaran dengan ancaman varian delta dan sejenisnya, maka konsep kekebalan super menjadi konsep yang menarik di tengah pandemi dunia.
Shane Crotty, penulis dan ahli virus dari Institut Imunologi La Jolla, mengatakan orang-orang dengan kekebalan hibrida memiliki peningkatan perlindungan yang langsung dan "mencolok", respons antibody mereka meningkat hingga 100 kali lipat dibandingkan dengan apa yang mereka bangun setelah terinfeksi Covid-19.
Para ahli juga menemukan antibodi hibrida ini tampaknya lebih fleksibel dan mengenali lebih banyak varian, termasuk varian yang sudah jauh dari virus SARS aslinya.
Bahkan ada satu studi yang memerlukan penelitian lebih lanjut yang menunjukkan mantan pasien positif Covid-19 yang mendapat vaksinasi enam bulan kemudian, mampu melawan kedua varian yang diuji: delta, yang paling menular, dan beta, yang paling mematikan.
"Dengan infeksi sebelumnya, antibodi mereka mampu mengenali banyak varian, tetapi dengan penambahan vaksin, mereka mampu menghasilkan sejumlah besar untuk memiliki efek yang lebih kuat terhadap virus," kata Crotty.
Vaksin booster disebut-sebut menunjukkan tanda-tanda menjanjikan yang hasilnya menyerupai kekebalan hibrida. Para ilmuwan kini berusaha untuk meniru perlindungan yang kuat itu, tetapi tanpa terlebih dahulu harus tertular Covid-19.
Sebaliknya, mereka berharap dosis booster vaksin dapat memberikan efek yang sama. Tetapi waktu menjadi kunci dalam menentukan dosis tambahan, vaksin mana pun itu. Para peneliti mengatakan bahwa pemberian vaksin booster tepat dilakukan pada interval antara respons imun telah matang, tetapi sebelum perlindungan mulai berkurang.
“Sistem kekebalan kita dibangun untuk memiliki paparan berulang terhadap antigen yang sama, yang akan “secara substansial” meningkatkan perlindungan kekebalan,” kata Dan Barouch, direktur Pusat Penelitian Virologi dan Vaksin di Beth Israel Deaconess Medical Center.
Kekebalan hibrida sendiri bukanlah hal baru. Vaksin flu, misalnya, "ditingkatkan" untuk anak-anak yang menerimanya, sementara orang dewasa menerima satu dosis, setiap tahun.
Hal itu karena kekebalan hibrida, di mana orang dewasa sudah terpapar influenza dan respons kekebalannya sudah prima.
Pakar lainnya memandang waktu 6 bulan sebagai jangka yang tepat untuk memberikan vaksin booster. Peneliti melihat sistem kekebalan tubuh sepertinya biasa beristirahat dan mengembangkan antibodi, dan kemudian meningkatkan respons lebih kuat ketika melihat patogen yang sama lagi nantinya.
Baca Juga: Varian Delta Beredar di Bandung Raya
Varian Corona VoC Hanya Bisa Ditangkal dengan Protokol Kesehatan Ketat
Menyikapi Varian Covid-19 dari India, Inggris, dan Lainnya Jika Masuk Indonesia
Vaksin Booster hanya untuk Nakes
Di Indonesia, belum ada wacana pemberian vaksin booster kepada masyarakat umum. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Siti Nadia Tarmidzi menegaskan vaksinasi dosis ketiga saat ini hanya diberikan kepada tenaga kesehatan maupun tenaga pendukung kesehatan yang telah mendapatkan dosis pertama dan kedua vaksin Covid-19. Diperkirakan jumlahnya ada sekitar 1,5 juta orang, yang tersebar di seluruh Indonesia.
''Suntikan ketiga atau booster hanya diperuntukan untuk tenaga kesehatan, termasuk tenaga pendukung kesehatan,'' kata Nadia, dikutip dari siaran pers 1 Agustus 2021.
Kementerian Kesehatan menegaskan peruntukan booster tidak untuk khalayak umum mengingat keterbatasan pasokan vaksin dan juga masih ada lebih dari 160 juta penduduk sasaran vaksinasi yang belum mendapatkan suntikan.
''Kami memohon agar publik dapat menahan diri untuk tidak memaksakan kepada vaksinator untuk mendapatkan vaksin ketiga. Masih banyak saudara-saudara kita yang belum mendapatkan vaksin. Mohon untuk tidak memaksakan kehendak,'' tutur Nadia.
Kemenkes telah menerbitkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor: HK.02.01/1/1919/2021 tentang Vaksinasi Dosis Ketiga Bagi Seluruh Tenaga Kesehatan, Asisten Tenaga Kesehatan dan Tenaga Penunjang yang Bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
''Rekomendasi dari ITAGI adalah saat ini kita dapat menggunakan platform yang sama atau berbeda untuk vaksinasi dosis ketiga. Pemerintah telah menetapkan akan menggunakan vaksin Covid-19 Moderna untuk suntikan ketiga untuk tenaga kesehatan, dikarenakan kita tahu bahwa efikasi dari Moderna ini paling tinggi dari seluruh vaksin yang kita miliki saat ini,'' imbuh Nadia.
Kendati demikian, pemberian vaksin booster ini tetap akan memperhatikan kondisi kesehatan daripada sasaran. Apabila yang bersangkutan alergi karena memang tidak boleh mendapatkan vaksin dengan platform mRNA, maka bisa menggunakan jenis vaksin yang sama dengan dosis pertama dan kedua.
Nadia merinci vaksin Moderna yang akan dipakai sebagai booster adalah mRNA-1273. Penyuntikkannya dilakukan secara intramuskular dengan dosis 0,5 ml sebanyak 1 dosis.
Vaksin ini tersedia dalam bentuk suspensi beku dengan kemasan 14 dosis per vial. Penyimpanan, distribusi dan penggunaan vaksin telah diatur dalam SE Ditjen P2P No. HK.02.01/1/1919/2021. Untuk menghindari kerusakan maupun kesalahan pengambilan, perlu disimpan secara terpisah dalam rak atau keranjang vaksin yang berbeda agar tidak tertukar dengan vaksin rutin.