• Kolom
  • NGALEUT BANDUNG: Kisah Leluhur Trah Wiranatakusumah dari Timbanganten ke Bandung (1)

NGALEUT BANDUNG: Kisah Leluhur Trah Wiranatakusumah dari Timbanganten ke Bandung (1)

Silsilah bupati Bandung dimulai dari Kerajaan Timbanganten, Garut. Sebagian nama yang tercantum dalam silsilah panjang tersebut merupakan tokoh-tokoh mitos.

Alex Ari

Pegiat Komunitas Aleut, bisa dihubungi via akun instagram @AlexxxAri

Potret kediaman Bupati Bandung pada tahun 1890. Sebelum pindah ke kawasan Alun-alun ini, Bupati Wiranatakusumah II diketahui pernah tinggal di Dayeuh Bogor, saat ini di sekitaran Gedung Pakuan, Cicendo, selama dua tahun. (Sumber foto: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/)

28 September 2021


BandungBergerak.id - Dalam naskah Babad Bupati Bandung disebutkan bahwa Dalem Adipati Wiranatakusumah II, regen (bupati) Bandung diangkat berdasarkan besluit (surat keputusan) kompeni tanggal 20 Oktober 1794. Lima belas tahun kemudian, sang bupati pindah dari Dayeuh Kolot ke Dayeuh Bogor yang terletak di sekitar Keresidenan (Gedung Pakuan), Cicendo kini. Di Dayeuh Bogor ini, ia tinggal selama kurang lebih dua setengah tahun lamanya, sebelum pindah ke lokasi pusat kota Bandung kini.

Dalem Adipati Wiranatakusumah II wafat pada tahun 1829 dan dikebumikan di Kaum, Bandung, sehingga ia dikenal juga dengan julukan Dalem Kaum, selain julukan lainnya, Dalem Bogor, karena ia sempat tinggal di Dayeuh Bogor.

Bila mengacu pada informasi nasakah Babad Bupati Bandung tersebut, Dalem Adipati Wiranatakusumah II telah pindah dari Dayeuh Kolot, ibu kota lama kabupaten Bandung, setahun sebelum Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels memerintahkan perpindahan ibu kota kabupaten Bandung melalui besluit pada 25 September 1810, tanggal yang kemudian diperingati sebagai hari jadi Kota Bandung.

Silsilah Wiranatakusumah

Nama Wiranatakusumah menjadi identik sebagai gelar bagi bupati Bandung. Meski menurut Nina Herlina Lubis dalam bukunya Kehidupan Kaum Menak  Priangan 1800-1942 (1998), nama keluarga yang diwariskan secara turun-temurun bukanlah suatu kebiasaan  orang Sunda, yang biasanya terjadi adalah perpaduan nama dengan mengambil sebagian nama leluhur, baik dari sisi ayah maupun ibu, yang dipandang memiliki reputasi yang baik dan tingkatan gengsi yang tinggi. 

Berdasarkan naskah Babad Bupati Bandung, Dalem Adipati Wiranatakusumah II diangkat sebagai bupati Bandung menggantikan ayahnya, Raja Dalem Adipati Wiranatakusumah I, yang wafat pada tahun 1794 dan dimakamkam di Kaum Bandung, Tarik Kolot.  Raja Dalem Adipati Wiranatakusumah I diangkat menjadi regen (bupati) Bandung berdasarkan besluit tanggal 18 Januari 1788.

Menurut silsilah keluarga yang tercantum dalam naskah Babad Bupati Bandung, Raja Dalem Adipati Wiranatakusumah I bukanlah yang pertama menggunakan nama Wiranatakusumah. Oleh enam generasi di atas Raja Dalem Adipati Wiranatakusumah I, nama Wiranatakusumah telah digunakan. Raja Dalem Wiranatakusumah, yang setelah wafat dimakamkan di daerah Cangkuang, Leles, Garut, merupakan tokoh pertama yang menggunakan nama tersebut dalam silsilah keluarga.

Raja Dalem Wiranatakusumah merupakan generasi kelima penguasa Timbanganten yang wilayahnya kini terletak di wilayah kabupaten Garut. Naskah Babad Bupati Bandung mencatat raja pertama Timbanganten adalah Sunan Permana di Puntang yang dimakamkan di daerah Dayeuh Manggung, Garut.  

Sunan Permana di Puntang merupakan anak dari hasil perkawinan antara Prabu Siliwangi dengan  Ratu Maraja Inten Dewata yang merupakan puteri dari Dalem Pasehan Panembong. Prabu Siliwangi, menurut pendapat Moh. Amir Sutaarga, merupakan Sri Baduga Maharaja yang memerintah di Pakuan Pajajaran dalam kurun 1474-1513. Sementara itu,Ratu Maraja Inten Dewata  di naskah Babad Bupati Bandung disebutkan sebagai anak dari Dalem Pasehan Panembong. Panembong merupakan nama sebuah desa yang terletak di Kabupaten Garut.

Potret plang nama Jalan Asia Afrika di kawasan Alun-alun Bandung, pertengahan April 2021. Kawasan ini bertahan sebagai jantung pusat pemerintahan Kota Bandung, sekaligus kawasan wisata, hingga hari ini. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)
Potret plang nama Jalan Asia Afrika di kawasan Alun-alun Bandung, pertengahan April 2021. Kawasan ini bertahan sebagai jantung pusat pemerintahan Kota Bandung, sekaligus kawasan wisata, hingga hari ini. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

Kerajaan Timbanganten

Leluhur trah keluarga bangsawan Bandung, berdasarkan silsilah yang dimuat dalam naskah Babad Bupati Bandung, berasal dari kerajaan Timbanganten di Garut. Ada dua sumber informasi lainnya mengenai kerajaan Timbanganten yang terdapat di Museum Nasional, yaitu naskah  Wawacan Babad Timbanganten dengan kode naskah  Plt. 37 dan cerita mengenai Ratu Pasehan yang terdapat dalam naskah silsilah para bupati Bandung dengan nomor kode naskah Plt. 42.

Ratu Pasehan, dalam naskah silsilah para bupati Bandung (Plt. 42), disebut sebagai Dalem Pasehan yang merupakan putra dari keturanan raja Timbanganten bernama Babar Buwana. Dalem Pasehan mempunya tujuh orang anak. Maraja Inten Dewata, satu-satunya anak perempuan, kawin dengan Prabu Siliwangi. Anak dari perkawinan ini adalah Ratu Burung Baok.

Kisah dalam naskah Wawacan Babad Timbanganten (Plt. 37) ini berbeda dengan naskah silsilah para bupati Bandung (Plt. 42). Dituliskan, Timbanganten merupakan kerajaan yang berada di bawah kekuasaan Pajajaran.  Ratu Pasehan merupakan Raja Timbanganten yang memiliki seorang adik perempuan bernama Gusti Ayu Lara Ratu Maraja Inten Dewata.

Diceritakan Ratu Pasehan yang sudah berusia lanjut khawatir kerajaan Timbanganten tak memiliki penerus. Dia kemudian meminta salah satu putra Prabu Siliwangi untuk dijadikan sebagai pengganti dirinya sebagai raja di Timbanganten. Saat itu Prabu Siliwangi merupakan ipar Ratu Pasehan karena kawin dengan adik perempuannya, Gusti Ayu Lara Ratu Maraja Inten Dewata.

Setelah berunding dengan Patih Arga, Prabu Siliwangi kemudian mengirimkan salah satu putranya yang bernama Sunan Burung Baok yang lebih dikenal dengan panggilan Pangeran Brahma sebaga calon pengganti pamannya, Ratu Pasehan.

Pangeran Brahma, yang merupakan putra Prabu Siliwangi dengan seorang putri bangsa jin, diketahui sering menimbulkan keonaran di Pajajaran. Meski telah dipersiapkan dan diberi nasihat oleh pamannya, Ratu Pasehan, tetap saja ia membuat kericuhan di Timbanganten. Ratu Pasehan kemudian menjatuhkan hukuman yang berat kepada Pangeran Brahma, sesuai dengan pesan Prabu Siliwangi untuk mendidik sang anak dengan keras.

Namun Pangeran Brahma, yang tak terima memperoleh ganjaran hukuman yang berat, menghasut Prabu Siliwangi dengan mengatakan bahwa Ratu Pasehan berlaku tidak adil. Prabu Siliwangi yang termakan hasutan Pangeran Brahma kemudian murka dan akan memberikan hukuman yang berat kepada Ratu Pasehan sebagai balasan.

Ratu Pasehan berhasil terhidar dari hukuman berat yang akan dijatuhkan oleh Prabu Siliwangi setelah memperoleh pembelaan dari Patih Agra dan ayah Ratu Pasehan. Tersadar bahwa dirinya termakan hasutan anaknya, Prabu Siliwangi kemudian meminta maaf kepada Ratu Pasehan. Sebagai ungkapan penyesalan, ia berjanji kepada Ratu Pasehan untuk memberikan bayi yang dikandung oleh Gusti Ayu Lara Ratu Maraja Inten Dewata sebagai calon penerus tahta Timbanganten.

Putra yang dilahirkan Gusti Ayu Lara Ratu Maraja Inten Dewata itu diberi nama Raden Sunan Panggung. Sesuai dengan janji Prabu Silwangi, Ratu Pasehan kemudian datang menjemput Raden Sunan Panggung  dan dibawa ke Timbanganten. Setelah memperoleh didikan sebagai calon raja, Raden Sunan Panggung  kemudian diangkat sebagai pengganti Ratu Pasehan. Ia kawin dengan puteri dari patih Timbanganten.

Sementara itu, Pangeran Brahma bertobat dan menjadi pribadi yang lebih baik.  Ia kemudian berganti nama menjadi Gagak Lumayung atau Prabu Santang Pertala. Salah satu jasanya adalah andil besar dalam menumpas Baraja Denda, Raja Galuh yang tak mau tunduk kepada kekuasaan Pajajaran.

Dari Gusti Ayu Lara Ratu Maraja Inten Dewata, Prabu Siliwangi memperoleh lagi dua anak, yaitu seorang anak perempuan bernama Rara Santang dan seorang anak laki-laki bernama Raden Walang Sungsang.

Baca Juga: NGALEUT BANDUNG: Mengenal Kartel Preanger Planters (2)
NGALEUT BANDUNG: Mengenal Kartel Preanger Planters (1)
NGALEUT BANDUNG: Elegi Jenny di Perkebunan Gambung

Mitologi dalam Genealogi Keluarga Bangsawan Bandung

Kisah leluhur klan Wiranatakusumah yang berasal dari Timbanganten seperti yang dituturkan dalam dua nasakah tadi memang sarat dengan mitologi. Begitu pula dengan pucuk dari silsilah keluarga bupati Bandung yang mengambil nama raja-raja kerajaan Sunda.

Merunut silsilah keluarga bangsawan Bandung berdasarkan naskah Babad Bupati Bandung, kita akan menemukan di urutan paling atas nama leluhur yang lebih dekat sebagai tokoh sastra dibandingkan tokoh sejarah. Secara berurutan dari pucuk silsilah hingga ke tokoh Ratu Pasehan, terdapat nama-nama seperti Ratu Galuh Madurareja, Prabu Ciung Wanara, Prabu Lutung Kasarung, Prabu Linggahiyang, Prabu Linggaresi, Prabu Linggawastu, Sanghyang Tunggal, dan Prabu Anggalarang Anom.

Dalam porsi yang berbeda-beda, nama-nama di atas juga terdapat dalam beberapa cerita dan babad lainnya tentang silsilah Prabu Siliwangi. Menurut Moh. Amir Sutaarga dalam bukunya yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1966, silsilah Prabu Siliwangi yang urutannya hampir sama dengan yang tercantum dalam naskah Babad Bupati Bandung setidaknya bisa ditemukan di Babad Pajajaran, Babad Galuh, Sajarah Galuh, dan Carita Waruga Guru.

Menarik garis keturunan hingga ke tokoh mitos atau setengah mitos yang dikenal banyak orang sebagai tokoh karismatik, menurut Nina Lubis, merupakan suatu usaha dari keluarga bangsawan Sunda untuk meneguhkan posisinya sebagai kalangan yang terhomat dengan derajat kedudukan yang lebih dibandingkan dengan masyarakat kebanyakan. Fenomena menarik garis silsilah ke tokoh sastra atau sastra sejarah seperti Prabu Siliwangi tak hanya dilakukan oleh trah keluarga Wiranatakusumah atau bangsawan Bandung, tapi beberapa keluarga bangsawan Sunda lainnya.

Meski silsilah bupati Bandung berdasarkan naskah Babad Bupati Bandung menampilkan beberapa tokoh mitos dan setengah mitos, informasinya tetap bermanfaat untuk menelusuri lebih dalam seluk-beluk keluarga bangsawan Bandung. Uraian lebih jauh mengenai silsilah Wiranatakusumah akan dilanjutkan pembahasannya pada tulisan berikutnya. 

*Tulisan kolom NGALEUT BANDUNG merupakan bagian dari kolaborasi antara www.bandungbergerak.id dan Komunitas Aleut                       

Editor: Redaksi

COMMENTS

//