• Kampus
  • UIN SGD Bandung Gelar Program Persiapan TOEFL untuk Kuliah ke Luar Negeri

UIN SGD Bandung Gelar Program Persiapan TOEFL untuk Kuliah ke Luar Negeri

Selama ini, fakultas dinilai hanya mendata dan menuntut para mahasiswanya agar melanjutkan studi ke luar negeri. Peran fakultas ini dinilai kurang adil.

Gedung Rektorat UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jalan A.H. Nasution No 105. UIN SGD Bandung merupakan salah satu kampus negeri atau PTN. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana1 Oktober 2021


BandungBergerak.idRevolusi industri 4.0 dan era pasar bebas menuntut dan memberi ruang kepeda mahasiswa untuk menguasai bahasa asing. Hal ini menjadi keniscayaan dalam menjalin komunikas dengan dunia internasional. Apalagi dewasa ini kuliah ke luar negeri sudah menjadi tradisi seiring kian mengglobalnya hubungan antarmanusia.

Untuk itu, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN SGD Bandung sedang melakukan pengemblengan bahasa asing selama 1 bulan kepada 35 mahasiswa dari 7 Program Studi melalui TOEFL Intensive Preparation. Program persiapan TOEFL ini sebagai bentuk tanggung jawab kampus dalam menyiapkan mahasiswa yang akan kuliah ke luar negeri.

Selama ini, fakultas dinilai hanya mendata dan menuntut para mahasiswanya agar melanjutkan kuliah ke luar negeri. Peran fakultas ini dinilai kurang adil. Sebab itu, Dekan FST, Hasniah Aliah mengambil solusi tepat untuk memberi ruang studi bahasa lewat TOEFL Intensive Preparation.

“Selama ini fakultas hanya mendata jumlah mahasiswa yang melanjutkan kuliah. Rasanya tidak adil jika hanya menuntut usaha sepihak dari mahasiswa (kuliah ke luar negeri),” papar Hasniah, saat membuka TOEFL Intensive Preparation, Senin, (27/09/2021), sebagaimana dikutip dari laman UIN SGD Bandung, Jumat (1/10/2021).

Lewat program tersebut, fakultas memfasilitasi beberapa mahasiswa yang berencana melanjutkan kuliah ke luar negeri dengan persiapan TOEFL. Karena TOEFL merupakan salah satu persyaratan untuk ke luar negeri.

“TOEFL Intensive Preparation merupakam ikhtiar sinergis antara kemauan mahasiswa dengan kontribusi fakultas dalam memfasiltasi mahasiswa bisa studi di luar negeri biar sukses,” ujarnya.

Tety Sudiarti, selaku ketua Unit Akselerasi Prestasi Mahasiswa FST, mengatakan bahwa mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini merupakan mahasiswa yang telah diseleksi di tingkat jurusan, sehingga yang terpilih adalah yang benar-benar memiliki niat kuat untuk melanjutkan studi ke luar negeri.

“Semoga apa yang diupayakan oleh segenap civitas Fakultas Sains dan Teknologi ini mendapat berkah dan dilancarkan segala urusannya oleh Allah SWT,” harap Teti.

Baca Juga: Mau Kuliah di Luar Negeri? Kenali dulu Program Beasiswa IISMA Kemendikbud
Jadwal Pendaftaran dan Persyaratan Beasiswa Persiapan Studi Magister ke Luar Negeri
Tata Cara Seleksi Elektronik Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri

Tantangan dan Pengalaman Kuliah di Luar Negeri

Kuliah di luar negeri tak semudah yang dibayangkan, ada sejumlah tantangan dan hambatan yang harus bisa diatasi mahasiswa, selain harus menguasai bahasa asing.

“Saat nanti berkuliah di universitas mitra pasti menghadapi hambatan di antaranya beradaptasi dengan lingkungan baru, mental, dan akedemik,” kata Ketua Program Studi Kelas Khusus Internasional (KKI) FEB UI, Isfandiary Djafaar, mengutip laman resmi Universitas Indonesia.

Kepala Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) FEB UI, M. Irfan Syaebani mengingatkan pentingnya ekstrakurikuler yang diikuti mahasiswa selama kuliah. Kegiatan tersebut akan mengasah kemampuan soft skill, mulai komunikasi, negosiasi, dan bagaimana menyelesaikan masalah atau konflik.

Mahasiswa KKI FEB UI, kata dia, merupakan mahasiswa paling beruntung, karena mempunyai kesempatan untuk bergabung/bergaul dengan mahasiswa lainnya dari berbagai macam latar budaya di negara yang dituju.

“Apabila, Anda berkuliah di universitas mitra Luar Negeri maka manfaatkan semaksimal mungkin untuk bergaul dengan mahasiswa asing sehingga memperkaya soft skill, membangun komunikasi dan networking. Maka, mahasiswa diharapkan dapat menjadi ‘Kura-Kura (Kuliah Rapat-Kuliah Rapat)’ yang seimbang untuk memperkaya intelektual dan menambah wawasan serta pengalaman,” pesan Irfan Syaebani.

Sementara itu, Rizkia Darmawan, mahasiswa Jurusan Manajemen 2016 Universitas Indonesia perwakilan single degree yang telah transfer 1 semester di Hanyang University, Korea Selatan, menuturkan bahwa orang Korea sifatnya terbuka. Namun keterbukaan tersebut akan terjadi dengan pendekatan. Di sinilah diperlukan skill komunikasi.

Adimas Bagus Wisesa, mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi 2016 perwakilan dual degree menuturkan pengalamannya kuliah di di, University of Queensland. Pertama kali kuliah, ia langsung mengikuti kuliah umum yang diikuti 500 mahasiswa yang dikumpulkan di suatu ruangan besar.

Di sana tidak ada absensi kehadiran. Namun apabila tidak menghadiri perkuliahan yang terjadi adalah kurang memahami materi, walaupun bisa mereview video yang diberikan. Selain itu, apabila mahasiswa mengalami masalah (down) di tengah perkuliahan, maka di sana tersedia fasilitas untuk mencurahkan masalah yang dialami.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//