• Kolom
  • BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #4: Arsitek Sunda Pertama di Departemen Pekerjaan Umum

BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #4: Arsitek Sunda Pertama di Departemen Pekerjaan Umum

Mochamad Enoch bergelar insinyur. Bagaimana dia memperoleh gelar sarjana tersebut, mengingat jenjang pendidikannya hanya setaraf sekolah menengah atas?

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Mochamad Enoch tercatat sebagai kandidat arsitek pada tahun 1924. (Sumber: Indisch Bouwkundig Tijdschrift No. 2, 31 Januari 1924)

1 Oktober 2022


BandungBergerak.idNja andjeunna pisan oerang Soenda noe pangheulana djadi Architect di BOW teh, papantaran almarhoem djoeragan Atmodirono di Semarang” (Ya dialah orang Sunda pertama yang menjadi arsitek di lingkungan departemen pekerjaan umum, bersamaan dengan almarhum Atmodirono di Semarang). Kalimat tersebut termaktub dalam tulisan “Doea poeloeh lima taoen dina kadinesan (29 Juli 1912-29 Juli 1937). R. Mochamad Enoch, Directeur Regentschapswerken Bandoeng” (Sipatahoenan, 31 Juli 1937).

Itu sebabnya Mochamad Enoch bergelar insinyur. Namun, soalnya, bagaimana cara dia memperoleh gelar sarjana tersebut, mengingat jenjang pendidikan yang dilaluinya hanyalah setaraf sekolah menengah atas, yaitu Koningin Wilhelmina-school di Batavia. Dari tulisan “Doea poeloeh lima taoen dina kadinesan” saya mendapatkan jawabannya, yaitu melalui Architecten-cursus atau kursus arsitek.

Dalam “Doea poeloeh lima taoen dina kadinesan” disebutkan “rada lila di dieuna, taoen 1921 (27 Aug) didamelkeun di Havenwerken Tandjoengprioek, malah nja harita pisan ajana kasempetan ngiring kana Architertencursus oge” (Agak lama Enoch bekerja di sini [Cianjur], tanggal 27 Agustus 1921 dipindahkan kerjanya ke pekerjaan Pelabuhan Tanjungpriuk, bahkan saat itu pula punya kesempatan untuk mengikuti kursus arsitek).

Diploma atau gelar insinyurnya diperoleh setelah Enoch lulus kursus arsitek dan bekerja di daerah Garut. Dalam tulisan di atas dikatakan, “teu koengsi lila dialihkeun ka Garoet, di Sectie Ingenieur bagian Bevloeiingswerken, harita patoengtoeroen djeung goebragna diploma Architect”. Ini terjadi setelah tanggal 23 Juli 1923.

Konon, ia dapat mengikuti kursus arsitek berkat audiensi dengan Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum, seperti halnya kemudian dia beraudiensi dengan Gubernur Jenderal De Graeft saat diangkat menjadi direktur pekerjaan umum Kabupaten Bandung (“Jen tiasana ngiring kana Architecten-cursus teh hasil audientie ka GG Van Limburg Stirum, kawas waktoe moendoet kana padamelan noe ajeuna, Dir. R.W., Djoeragan Enoch kantos audientie deui ka GG De Graeft”).

Titik berangkat pencapaian tingkat pendidikan Mochamad Enoch, menurut penulis dalam Sipatahoenan, adalah “getol ngoelik nambahan elmoe panemoe” (rajin mengulik menambah ilmu pengetahuan. Bukti kegetolan Enoch ditambah pengalaman kuliah atau kursus di Technische Hoogeschool (TH) atau ITB sekarang antara 1930 hingga 1932, untuk mempelajari Staat-Administratief, Handelsrecht dan Technologie der Assaineering.

Dalam “Doea poeloeh lima taoen dina kadinesan” dikatakan, “Teu kalis koe geus djadi architect, toer ngoendang pangalaman sakitoe pepek djeung pepelna, da pangabisa taja wates wangenna tea, ti taoen 1930 nepi ka 1932 andjeunna ngiring kana College di sakola Insinjoer [TH], ngoedag elmu Staat-Administratief djeung Handelsrecht djeung Technologie der Assaineering, technische wetenschap noe oge bisa diseboet panganjarna”.

Mengikuti Kursus Arsitek

Dari kliping koran berbahasa Belanda, saya tahu Vereeniging van Bouwkundigen in Nederlandsch-Indie atau perhimpunan arsitektur di Hindia Belanda yang mengajukan sekaligus menyelenggarakan kursus arsitek. Ini misalnya, terbaca dalam Bataviaasch Nieuwsblad (21 Desember 1916), yang mengabarkan bahwa Vereeniging van Bouwkundigen cabang Yogyakarta mengadakan rapat pada bulan November 1916. Salah satu butir pembahasan mereka adalah mengadakan kursus teknis tinggi bagi kalangan pengawas pekerjaan umum (“De hoogere technische cursus en de opzichters BOW”).

Demikian pula yang diberitakan Indisch Bouwkundig Tijdschrift No, 23, 15 Desember 1918. Vereeniging van Bouwkundigen cabang Pekalongan mengadakan pertemuan pada 17 November 1918, yang salah satu hasilnya adalah rekomendasi untuk kursus arsitektur oleh Vereeniging van Bouwkundigen, yang tempatnya adalah di cabang-cabang yang punya tempat besar, seperti Batavia, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Soal bayaran kursusnya bergantung kepada jumlah peserta yang mendaftar dan menyasar pegawai senior terlebih dahulu.

Cabang Madiun, yang rapat pada 6 Juni 1920, mengajukan pertanyaan kepada pengurus pusat Vereeniging van Bouwkundigen tentang angket yang disebarkan kepada seluruh anggota mengenai keikutsertaan dalam kursus arsitektur. Pertanyaan mereka berkaitan dengan penyebab gagalnya kursus arsitektur yang diadakan pada malam hari (Indisch Bouwkundig Tijdschrift No. 12, 30 Juni 1920).

Sementara dalam Indisch Bouwkundig Tijdschrift No. 13, 15 Juli 1920, pengurus pusat Vereeniging van Bouwkundigen antara lain mengumumkan untuk kursus arsitek akan diadakan setelah terlebih dulu diselenggarakan Hoogere Technische Cursus dan dalam kaitan tersebut akan bersurat kepada pengurus Vereeniging van Waterstaats-Ingenieurs.

Atas petisi yang disampaikan Vereeniging van Bouwkundigen, terutama oleh cabang Surabaya tanggal 1 Maret 1922, yang memohon untuk mempertahankan beasiswa bagi kepada mahasiswa yang mengikuti kursus dua tahun pendidikan arsitek di Waterstaat en 's Lands Burgerlijke Openbare Werken dan arsitek  di Landsgebouwen, maka departemen BOW menerbitkan surat keputusan No. 16347/DI tanggal 27 Mei 1922. Intinya, petisi itu diamini BOW (Indisch Bouwkundig Tijdschrift No. 11, 15 Juni 1922).

Dalam konteks inilah, Mochammad Enoch terdaftar sebagai salah seorang kandidat untuk mengikuti ujian arstitek di Waterstaat en 's Lands Burgerlijke Openbare Werken dan arsitek di Landsgebouwen tahun 1924 (“Architects-Examen 1924) sebagaimana tertulis dalam Indisch Bouwkundig Tijdschrift No. 2, 31 Januari 1924).

Selengkapnya, para calon insinyur tersebut adalah Raden Moehamad Enoch, J.A. Stout, D.F. Juch, C. van Veen, A. Hubbeling, J.I. Kooreman, A.E.E. Litan, F. Van Ruijssevelt, Mas Djajoesman, H.K. Otten, F. Engel, L.J. Riede, J.G. A. de Zwart, C.J. van Beekuni, W.F. van der Schraal, Raden Mas Martahadiprawira, D.A. Emanuel, dan F.C. Beisser.

Dengan demikian, besar kemungkinan Mochamad Enoch mendapatkan gelar insinyur dalam bidang arsitektur itu pada tahun 1924.

Baca Juga: BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #1: Berangkat dari Paguyuban Pasundan
BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #2: Tamat KWS, Kerja di Departemen BOW
BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #3: Bersama Wiranatakoesoema, Mengurus Irigasi Cihea

Kenduri atas terbitnya izin bagi Mochamad Enoch untuk membuka praktik insinyur diselenggarakan pada 13 Januari 1940. (Sumber: Sipatahoenan, 15 Januari 1940)
Kenduri atas terbitnya izin bagi Mochamad Enoch untuk membuka praktik insinyur diselenggarakan pada 13 Januari 1940. (Sumber: Sipatahoenan, 15 Januari 1940)

Praktik Insinyur

Sabtu siang, tanggal 13 Januari 1940, sekitar jam 13.00, gedung dewan Kabupaten Bandung di Balonggedeweg (Jalan Balonggede) yang biasanya penuh bangku serta kursi-kursi untuk duduk para anggota dewan, saat itu berubah. Di tengah-tengahnya, secara memanjang, hidangan makanan yang berselang-seling hiasan yang manis-manis. Ditambah berbagai karangan bunga dan kaum perempuan yang bertugas untuk melayani para tamu undangan.

Itu adalah suasana kenduri atau selamatan atas pengangkatan atau terbitnya izin bagi Mochamad Enoch untuk membuka praktik insinyur (“hadjat njalametkeun benoeman djoeragan Moehamad Enoch kana praktijk-ingenieur”), sebagaimana yang baca dari Sipatahoenan edisi 15 Januari 1940. Koran itu meliputnya dan menurunkan berita bertajuk “Toeang ngarioeng di gedong Raad Kaboepaten” (makan bersama di gedung dewan kabupaten).

Peristiwa tersebut adalah rangkaian pencapaian Mochamad Enoch di bidang arsitektur, setelah memperoleh gelar insinyur pada 1924 dan kuliah di Technische Hoogeschool antara 1930-1932. Acara pada 13 Januari 1940 itu sendiri dihadiri antara lain residen Priangan, para anggota Volksraad, para Gedeputeerden, bupati Bandung, para Gecomitterden, wali kota Bandung, para wethouder, guru-guru, dan lain-lain. Sebagian ada yang mengirimkan karangan bunga.

Mochamad Enoch sendiri menceritakan asal mula mengikuti kursus pada tahun 1920, yang konon merupakan kebaikan hati R.A.A. Wiranatakoesoema yang saat itu masih menjabat sebagai bupati Cianjur, ditambah dengan kuliah di Technische Hoogeschool antara 1930-1932 (“koemaha mimitina andjeunna rek lebet kana architecten-cursus, koe kasaeanana Kg. R. A.A. Wiranatakoesoema, taoen 1920, toeloej atoeh ti taoen 1930 t/m 1932 djadi toehoorder di sakola insinjoer di dieu, tina roepa2 vak, saperti Staats-administratief en Handelsrecht, Techniek der Assineering djeung Technologie der Assaineering”).

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//