• Berita
  • Jenis Kriminalitas di Bandung Didominasi Curanmor, ITB Kembangkan Purwarupa Aplikasi Antibegal

Jenis Kriminalitas di Bandung Didominasi Curanmor, ITB Kembangkan Purwarupa Aplikasi Antibegal

BPS Kota Bandung mencatat pada 2019 angka kriminalitas di Kota Bandung turun menjadi 3.248 kasus, tetapi naik kembali pada 2020 menjadi 3.414 kasus.

Mahasiswa FTI ITB Kampus Cirebon yang tergabung dalam kelompok 4 Idea Lab mengembangkan purwarupa (prototype) aplikasi antibegal bernama Rogue Signal. (Foto Ilustrasi: ITB)*

Penulis Iman Herdiana15 Oktober 2022


BandungBergerak.id - Kasus pencurian dan perampokan kendaraan bermotor atau begal masih menjadi permasalahan sosial yang harus diwaspadai di kota besar seperti Bandung. Tren angka kriminalitas ini cenderung naik turun dalam kurun 5 tahun terakhir.

Menurut data BPS Kota Bandung yang dihimpun dari Satreskrim Polrestabes Bandung, kasus kriminalitas pada tahun 2016 tercatat 3.546 kasus. Angka ini naik pada 2017 menjadi 2.615 kasus, kemudian turun pada 2018 menjadi 3.494 kasus.

BPS Kota Bandung kemudian mencatat pada 2019 angka kriminalitas di Kota Bandung turun menjadi 3.248 kasus, tetapi naik kembali pada 2020 menjadi 3.414 kasus.

Menurut Putri Agustina dalam penelitian ilmiah “Prediksi Tingkat Kriminalitas di Kota Bandung dengan Menggunakan Algoritme Naïve Bayes” (Universitas Telkom, 2019), naik turunnya angka kriminalitas ini menunjukkan bahwa tingkat kewaspadan perlu terus ditingkatkan.

“Mengingat tindak kriminalitas banyak terjadi di beberapa tempat dengan waktu kejadian yang berbeda,” katanya, dalam penelitian yang diakses Sabtu (15/10/2022).

Rincian jenis kejahatan di Kota Bandung didapat dari BPS Kota Bandung, yakni pencurian kendaraan bermotor (curanmor), curanmor dengan pemberatan, dan penggelapan. Dari jenis-jenis kriminalitas itu, angka curanmor termasuk paling dominan.

Dominasi angka curanmor juga terjadi di perkotaan lainnya di Jawa Barat, yakni di wilayah Cirebon. Menurut data dari Kepolisian Resor Cirebon Kota, kasus pencurian kendaraan bermotor baik yang dilakukan dengan kekerasan (begal) dan lainnya mencapai 30 persen.

Baca Juga: Mengolah Rasa Roti Legenda
Buku Digital “Mati karena Berita: Kisah Tewasnya Sembilan Jurnalis Indonesia”, Kasus Ini Harus Diusut Tuntas
Bandung Memerlukan Mitigasi Bencana Musim Hujan Ekstrem Sedini Mungkin

Aplikasi Antibegal Rogue Signal

Berangkat dari kasus tingginya angka begal di Cirebon, mahasiswa FTI ITB Kampus Cirebon yang tergabung dalam kelompok 4 Idea Lab mengembangkan purwarupa (prototype) aplikasi antibegal bernama Rogue Signal.

Rogue Signal merupakan aplikasi yang akan mengirimkan titik lokasi korban begal kepada pihak berwajib maupun pengguna lain dengan kode suara “danger”. Aplikasi ini bekerja menggunakan sistem voice recognition yang dikombinasikan dengan shortcut khusus untuk meminimalisir ketidaksengajaan pengguna mengucapkan kata “danger”.

Ketika pengguna menekan shortcut dan mengucapkan kata “danger” secara bersamaan, aplikasi akan mengirimkan sinyal bahaya kepada polisi untuk menindak di lokasi kejadian, sedangkan sinyal kepada pengguna lain dimaksudkan untuk memberi peringatan daerah rawan begal.

Laura Cindy Hartono selaku perwakilan kelompok 4 Idea Lab FTI ITB Kampus Cirebon menjelaskan, aplikasi dibuat berdasarkan data dari kuesioner dan wawancara bersama polisi dan warga yang pernah menjadi korban pembegalan.

“Polisi sering sekali menerima laporan kasus pembegalan. Ada yang kehilangan motornya, terluka, sampai ada yang tidak selamat. Dari masalah itu kita melihat perlu adanya sesuatu untuk menangani masalah ini,” kata Laura, dikutip dari laman ITB, Sabtu (15/10/2022).

Proses registrasi Rogue Signal membutuhkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai autentikasi dan penjamin identitas pengguna. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengguna iseng yang menyalahgunakan aplikasi tersebut di luar keadaan darurat.

Untuk memperkuat sistem keamanannya, Rogue Signal juga dilengkapi dengan sistem speech recognition yang akan menyimpan rekaman suara spesifik untuk masing-masing pengguna sehingga tiap akun hanya dapat digunakan oleh satu orang.

Menurut Laura, fitur pada menu utama yang ditawarkan dalam aplikasi antara lain denah, riwayat, rumah sakit, RoSi, dan polisi. Seluruh sistem dalam aplikasi tersebut dibangun menggunakan bahasa pemrograman Python dengan memanfaatkan beberapa library yang tersedia luas di internet.

“Ketika ada alarm bahaya, fitur denah akan memunculkan titik lokasi agar polisi terdekat bisa langsung menuju lokasi tersebut. Kemudian untuk riwayat kasus pembegalan akan di-update setiap hari agar pengguna tahu daerah yang lebih rawan dari lainnya. Fitur rumah sakit berisi kontak rumah sakit yang ada di wilayah Cirebon, sedangkan fitur RoSi berguna sebagai layanan konsumen. Pengguna juga dapat memanfaatkan fitur polisi yang berisi kontak aparat untuk keadaan darurat,” paparnya.

Aplikasi Rogue Signal bukan berfungsi untuk menghilangkan begal, namun lebih kepada langkah penanganan maupun penanggulangan yang sifatnya preventif. Meskipun masih berupa purwarupa, Rogue Signal akan memiliki potensi yang besar dalam menurunkan angka kriminalitas khususnya begal di wilayah Cirebon.

Melalui aplikasi ini juga para mahasiswa berharap mendapatkan umpan balik dari para pemangku kebijakan untuk memberikan perhatian lebih terhadap masalah pembegalan di Cirebon dalam bentuk peningkatan keamanan dari segi layanan maupun infrastruktur penunjangnya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//