• Berita
  • Bandung Memerlukan Mitigasi Bencana Musim Hujan Ekstrem Sedini Mungkin

Bandung Memerlukan Mitigasi Bencana Musim Hujan Ekstrem Sedini Mungkin

Sejumlah daerah di Bandung mulai dilanda banjir pada musim hujan ekstrem ini. Mitigasi bencana mendesak dilakukan untuk menekan kerugian maupun korban.

Warga berdiri di atas makam keluarganya yang terancam longsor setelah beton kirmir TPU Sirnaraga, Sungai Citepus, Bandung, ambrol, 5 Oktober 2022. Sebanyak 25 makam nyaris hanyut dan puluhan makam lainnya terancam longsor setelah hujan deras menjebol kirmir sungai yang membelah pemakaman tersebut. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana14 Oktober 2022


BandungBergerak.idHujan lebat semakin sering turun dalam beberapa hari belakangan ini. Bahkan sejumlah titik di Kota Bandung mengalami kebanjiran. Pengurangan risiko bencana menjadi penting. Antisipasi potensi bencana diperlukan sedini mungkin.

Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Raden Irvan Sophian mengatakan, beberapa hal bisa dilakukan masyarakat untuk melakukan mitigasi bencana pada musim hujan, yaitu banjir dan longsor. Pertama, mengenal kondisi topografi wilayahnya, apakah di hulu, hilir, punggungan, lembahan, atau dataran.

Pengenalan kondisi lahan juga perlu diperhatikan. Misalnya, apakah di wilayah hulu ada perubahan fungsi lahan, atau apakah kondisi sungai yang mengalir menjadi sempit karena pembangunan.

“Dengan memahami itu kita akan tahu daerah kita berpotensi banjir bandang atau berpotensi tergenang cukup tinggi,” ujar Irvan, dikutip dari laman Unpad, Jumat (14/10/2022).

Upaya kedua adalah menyiapkan sistem peringatan dini (early warning system). Pengenalan topografi dan kondisi wilayah akan menentukan seberapa besar potensi bencana yang akan terjadi. Hal ini juga mendorong masyarakat untuk waspada dan tahu lokasi mana yang bisa dipersiapkan untuk evakuasi apabila banjir sewaktu-waktu terjadi.

Masyarakat juga bisa melakukan antisipasi dengan memosisikan benda-benda berharga di tempat yang aman serta menyiapkan perlengkapan yang sesuai dengan bencana banjir.

Agar mitigasi bencana berjalan optimal, Irvan mengatakan diperlukan koordinasi antarwilayah. Koordinasi wilayah hulu dengan hilir perlu dilakukan agar masyarakat bisa mengantisipasi sedini mungkin terhadap bencana banjir.

“Sayangnya ini yang belum seluruhnya optimal dalam melaksanakan koordinasi tersebut,” kata Irvan.

Upaya ketiga adalah mewaspadai insiden ikutan saat bencana terjadi. Beberapa di antaranya mewaspadai arus air saat banjir terjadi, mengenal titik-titik lubang dan saluran air yang kemungkinan tidak terlihat saat banjir, hingga mematikan arus listrik ketika banjir menggenang untuk mencegah sengatan listrik.

“Kemudian siapkan lokasi evakuasi yang lebih tinggi dari banjir, serta siapkan penampungan air bersih untuk menghindarkan kita dari penyakit kulit,” tambahnya.

Upaya lainnya adalah mengenal struktur bangunan. Identifikasi bangunan yang riskan runtuh akibat terjangan air harus dilakukan. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan korban tertimpa runtuhan bangunan.

Bencana Longsor

Longsor merupakan bencana yang diakibatkan faktor cuaca (hujan) dan kondisi geologi (genetik wilayah), seperti karakteristik batuan dan tanah, struktur geologi, topografi lahan, kadar air yang terkandung dalam material batuan dan tanah.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya longsor adalah getaran akibat kendaraan berat atau aktivitas manusia lainnya serta gempa bumi.

Peristiwa tanah longsor sendiri dapat diantisipasi dengan melihat gejala dan kondisi sebelum terjadi bencana. Kondisi awal bisa dilihat dari adanya retakan di bagian atas (puncak) harus segera ditutup oleh tanah atau ada gundukan tanah di bagian kaki lereng. Indikasi lain adalah adanya tanah amblas dan posisi pohon dan tiang listrik yang miring.

Selain itu, biasanya diawali dengan longsoran kecil di beberapa titik serta keluarnya air dari dalam lereng. “Jika ada indikasi air yang keluar pada lereng kritis harus diwaspadai. Lereng bisa longsor sewaktu-waktu jika kadar airnya meningkat,” kata Irvan.

Tanda lain dari longsor adalah terdengar suara gemuruh dari arah lereng. Jika terdengar suara gemuruh, masyarakat di kawasan rawan sebaiknya mengevakuasi ke lokasi yang aman.

Irvan menambahkan, sistem pendeteksi dini bencana longsor harus bisa berfungsi. Sistem yang baik akan mendorong masyarakat mengevakuasi lebih dini sebelum bencana terjadi. Tentunya, jalur evakuasi harus aman dari terjadinya longsoran ataupun longsoran susulan.

“Yang terpenting, saat proses evakuasi (setelah bencana terjadi), kebiasaan menonton bencana harus dihilangkan. Jangan menonton di jalur evakuasi. Ini dapat menyebabkan korban jika ada longsoran susulan, maka hindari dan jauhi area bencana.” pungkasnya.

Baca Juga: Vaksin IndoVac Bio Farma untuk Program Booster, Kapan Pandemi Berakhir?
Rencana Pemagaran Lahan Sengketa Anyer Dalam Bertentangan dengan Rekomendasi Komnas HAM
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #8: Menilik Kembali Dinamika Proyek Jalur Kereta Api Ganda Bandung-Cicalengka

Siaga Bencana Menghadapi Cuaca Ekstrem

Peringatan potensi bencana di musim hujan di Bandung disampaikan Wali Kota Bandung, Yana Mulyana. “BMKG sudah mengingatkan kita akan cuaca ekstrem. Saya titip pesan kepada rekan-rekan, khususnya pada dinas-dinas terkait dengan kebencanaan untuk meningkatkan kewaspadaan,” pesan Yana Mulyada, dikutip dari siaran persnya, Jumat 14 Oktober 2022.

Ia meminta satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang terkait dengan bidang kebencanaan untuk waspada. Pemkot Bandung memiliki DSDABM (Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga), DPKP3 (Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, Pertanahan dan Pertamanan), Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, juga Diskar PB.

“Saya minta semuanya meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir, pohon tumbang, atau kejadian kebencanaan lainnya,” sambungnya, seraya berharap cuaca ekstrem yang belakangan ini menerpa Kota Bandung tak sampai menimbulkan potensi bencana.

Diskar PB mengidentifikasi potensi bencana banjir di Bandung terutama terdapat di Bandung timur. Sedangkan titik-titik longsor ada di daerah Bandung Utara.

Selain itu, Bandung juga rawan didera masalah pohon tumbang. Sepanjang triwulan III tahun 2022 peristiwa pohon tumbang dan patah dahan sebanyak 217 kejadian. Di antaranya peristiwa pohon tumbang sebanyak 108 kejadian dan patah dahan sebanyak 109 kejadian.

Beberapa lokasi yang terdampak bencana terbanyak berada di Kecamatan Bandung Wetan 25 kejadian, Cicendo, Sumur Bandung, Coblong masing-masing 18 kejadian. Lengkong 16 kejadian, dan Cidadap sebanyak 10 kejadian.

Untuk menghadapi situasi bencana ini, Diskar PB setiap harinya menyiapkan 40 personelnya di markas utama.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//