• Berita
  • Vaksin IndoVac Bio Farma untuk Program Booster, Kapan Pandemi Berakhir?

Vaksin IndoVac Bio Farma untuk Program Booster, Kapan Pandemi Berakhir?

Produsen vaksin di Bandung, Bio Farma, meluncukan vaksin Covid-19 IndoVac. Vaksin buatan dalam negeri ini menjadi babak baru pada pandemi Covid-19.

Petugas kesehatan menunjukan vaksin Covid-19 Indovac saat pelaksanaan vaksin dosis 1 di Bio Farma, Bandung, Kamis (13/10/2022). Penyuntikan perdana vaksin Covid-19 buatan Indonesia ini diberikan pada 15 warga. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana13 Oktober 2022


BandungBergerak - Industri vaksin dalam negeri, Bio Farma, Bandung, meluncukan vaksin Covid-19 dengan merek IndoVac, Kamis (13/10/2022). Vaksin yang diluncurkan Presiden Joko Widodo ini rencananya akan difokuskan untuk program booster (vaksinasi penguat) pemerintah. Sementara itu, dunia meyaknini pandemi Covid-19 segera berakhir.

IndoVac dinyatakan sebagai vaksin yang memiliki sejumlah kelebihan selain diproduksi di dalam negeri, yaitu menggunakan teknologi baru protein rekombinan yang dapat cepat diadaptasi untuk varian baru di masa depan, serta lebih mudah didistribusikan ke pelosok negeri.

Riset pengembangan vaksin Covid-19 IndoVac sendiri memakan waktu relatif singkat, yakni 1,5 tahun. Menurut Direktur Utama PT. Bio Farma, Honesti Basyir, IndoVac setara dengan vaksin Covid-19 lain yang tingkat efisiennya di atas 80 persen berdasarkan data uji klinis yang dilakukan ke 4.050 relawan. IndoVac juga telah mengantongi sertifikat halal dari MUI.

Sampai akhir tahun ini Bio Farma menargetkan mampu memproduksi sebanyak 6,9 juta dosis. Namun saat ini IndoVac masih menunggu izin penggunaan darurat dari BPOM dan WHO. Setelah izin keluar, sasaran utama IndoVac adalah sebagai vaksin booster.

"Targetnya kalau sampai emergency use kita sudah keluar akan digunakan paling utama untuk booster. Karena kalau primer sudah lebih dari 80 persen," tuturnya, dalam siaran persnya. 

Bio Farma juga sedang mendiskusikan bersama Kemenkes mengenai penggunaan IndoVac untuk anak usia 3-11 tahun. "Jika dibutuhkan akan kita lakukan uju klinisnya juga," imbuhnya.

Pembuatan vaksin Covid-19 dalam negeri menjadi babak baru pada pandemi Covid-19 yang mulai melanda dunia sejak akhir 2019 lalu. Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia pada awal 2020. Sejak itu wabah melanda seluruh pelosok kota, termasuk Bandung. Kendati demikian, adanya vaksin bukan berarti pandemi berakhir.

Baca Juga: Semalam Suntuk Larut dalam Tarawangsa Rancakalong
Rencana Pemagaran Lahan Sengketa Anyer Dalam Bertentangan dengan Rekomendasi Komnas HAM
Selamat Jalan Desmond Satria Andrian

Kapan Akhir dari Pandemi?

Setelah tiga tahun dunia dilanda pandemi, WHO menyampaikan perkembangan terbaru terkait penularan Covid-19. Badan kesehatan global ini menyebut dunia saat ini berada dalam posisi terbaik dalam menangani penularan virus corona.

Direktur Jenderal (Dirjen) WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan akhir pandemi sudah terlihat. Meski begitu, ia menegaskan hingga saat ini Covid-19 belum selesai.

"Kami belum sampai di sana. Tapi akhir sudah di depan mata. Dunia perlu melangkah untuk kesempatan ini," ujarnya, dikutip dari laman UGM.

Banyak pihak bersikap optimis soal ini. Namun menyatakan akhir dari pandemi masih harus lebih didalami lagi, seperti disampaikan epidemiolog UGM, Riris Andono Ahmad.

Bagi Riris kata akhir dari pandemi lebih tepat diartikan sebagai pandemi Covid-19 sudah tidak lagi menjadi perhatian utama banyak pihak atau masyarakat secara luas. Covid tersebut pada kenyataan masih tetap ada dan transmisinya masih terjadi secara global sehingga akan tetap berlangsung.

“Tidak berarti pandemi itu berakhir kemudian Covid tidak ada sama sekali dan tidak ada penularan. Tidak seperti itu, Covid tetap ada dan masyarakat akan hidup berdampingan dengan virusnya," ujar Riris.

Saat ini penularan Covid-19 masih tetap terjadi secara global. Hanya saja tingkat keparahan penyakit sudah sangat jauh berkurang. Dengan kondisi tersebut kemudian bisa dibilang pandemi sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan di masyarakat.

“Saya melihat lebih di situnya. Jadi, bukan ancaman yang prioritas lagi, tetap ada penyakitnya dan masih bersirkulasi. Dari waktu ke waktu mungkin nanti juga akan ada semacam tahap-tahap yang seperti kemarin. Akan ada kenaikan kasus dan sebagainya," jelasnya.

Secara umum, Riris menyebut varian Covid-19 Omicron relatif menurun. Di saat di Eropa dan Amerika masih cukup tinggi tetapi setelah omicron selesai efek-efeknya lebih ringan dan sebagainya. Pelonggaran-pelonggaran pun dilakukan setelah penyakit ini tidak lagi dianggap sebagai ancaman kesehatan masyarakat.

Apalagi setelah cakupan pemberian vaksin ke masyarakat luas. Bahkan, di Eropa dan Amerika dalam beberapa kasus tidak lagi wajib  memakai masker dan jaga jarak.

Kondisi sudah mengarah jika terjadi penularan maka sebagian besar penyakit yang muncul atau infeksi yang terjadi tidak akan menimbulkan kasus-kasus yang bergejala. Atau menimbulkan gejala yang cukup serius yang menyebabkan masalah kesehatan di masyarakat.

Tanda-tanda berakhirnya pandemi menurut Riris memang semakin mendekati kenyataan. Penyakit tidak lagi menimbulkan orang sakit dan tidak membebani sistem kesehatan sehingga pada akhirnya tidak terlalu menjadi masalah.

“Artinya kita terinfeksi tetapi kita tidak sakit, kan tidak perlu ngapa-ngapain tho. Kita tetap beraktifitas, tidak harus ke rumah sakit dan seterusnya. Artinya hal-hal semacam itu tidak lagi menjadi beban rumah sakit, puskesmas, atau sistem kesehatan secara luas," terangnya.

Riris mengakui situasi saat ini jauh berbeda dengan di awal Maret 2020 saat pemerintah mendeklarasikan pandemi. Waktu itu pemerintah pun mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk mengantipasi dan mengatasi pandemi. 

“Saya melihatnya itu sebagai sebuah respons. Tetapi sebagai sebuah penyakit penularan masih tetap terjadi, dan akan tetap terjadi secara global hanya saja keparahan penyakitnya sudah sangat jauh berkurang sehingga kemudian kita bisa mengatakan ini tidak lagi terlalu menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat," imbuhnya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//