• Berita
  • Selamat Jalan Desmond Satria Andrian

Selamat Jalan Desmond Satria Andrian

Edukator Museum Konferensi Asia Afrika, Desmond Satria Andrian, berpulang. Turut membidani lahirnya komunitas baca Asian African Reading Club di Bandung.

Deni Rachman berfoto bersama Ibu Hafilia (putri Roeslan Abdulgani) dan Kang Desmond Satria Andrian (staf Museum KAA - kiri) mengapit marmer titimangsa sejarah rumah kediaman Roeslan Abdulgani di Jakarta, 18 September 2013. (Sumber Foto: Deni Rachman)*

Penulis Iman Herdiana11 Oktober 2022


BandungBergerak.idSuatu hari ketika berada di Museum KAA, saya dihampiri seorang staf dan ia menyodorkan sebuah buku berwarna merah berjudul The Bandung Connection. Buku itu ditulis atas kesaksian pribadi Ruslan Abdulgani, sang Sekretaris Jenderal KAA tahun 1955.

“Ini buku babon KAA, Kang,” tandas Kang Desmond, seorang tinggi besar dengan seragam gelap.

Demikian Deni Rachman mengulas awal perjumpaannya dengan staf Museum Konferensi Asia Afrika, Desmond Satria Andrian, tahun 2009 (MEMORABILIA BUKU, BandungBergerak.id).

Kang Desmond memang orangnya tinggi besar dan terkesan serius. Tapi pembawaannya justru ramah dan hangat. Ia memiliki perhatian yang besar pada literasi dan komunitas. Kini, sosok tersebut telah berpulang untuk selama-lamanya. Ia wafat di Rumah Sakit Hermina Arcamanik, Bandung, Selasa (11/10/2022).   

Kabar meninggalnya Kang Des, begitu ia biasa disapa, diterima BandungBergerak.id via Whatsapp, pukul 16.56 WIB:

“Assalamu'alaikum. Innalillahi wainaillaihi rojiun.

Telah berpulang ke Rahmatullah sahabat kita tercinta dan juga guru kita bersama “bapak Desmond Satria Andrian” pada hari ini (Selasa, 11 Oktober 2022) di RS Hermina Arcamanik.

Semoga almarhunm diterima iman dan islamnya dan diampuni segala kesalahannya. Aamiin Allahumma Aamiin

Mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya ya teman2.

Hatur nuhun.”

Baca Juga: Iwa Koesoemasoemantri dan Unpad
Mukti Mukti dan Tema-tema Orang Pinggiran
Fragmen Kehidupan Raden Saleh Magang Melukis di Priangan

Kabar tersebut juga diterima rekan sejawat, termasuk Deni Rachman yang langsung meluncur ke rumah duka, dan Sekjen Asian Asian African Reading Club (AARC) Adew Habtsa. AARC merupakan komunitas baca yang kelahirannya pada 2009 turut dibidani Kang Des. Sampai saat ini AARC masih eksis dilanjutkan anak-anak muda Bandung.

Menurut Deni, Kang Des turut membidani lahirnya AARC. Bahkan buku pertama yang dibaca dalam putaran perdana AARC adalah The Bandung Connection atas rekomendasi Kang Des.

Sekarang AARC telah berjalan selama 13 tahun. Pegiatnya datang dan pergi. Tidak sedikit pegiat literasi yang membentuk komunitas sendiri setelah terilhami AARC.

Menurut Adew Habtsa, Kang Des merupakan salah satu staf di Museum KAA yang konsisten memberikan dukungan pada komunitas.

“Kang Desmond, begitu saya memanggilnya, walaupun saya satu tahun kelahiran, hampir satu angkatan di salah satu kampus hanya beda fakultas, sungguh beliau adalah salah satu orang yang menjadi jalan keseriusan saya belajar bersama di Museum KAA. Salah satu buku wajib kami, terutama bagi para penggiat Museum KAA, The Bandung Connection karya Roeslan Abdulgani, kali pertama saya dapatkan dari beliau,” kata Adew Habtsa, melalui pesan Whatsapp yang diterima BandungBergerak.id.

Selain turut mengawal bergulirnya kegiatan AARC, Desmond Satria Andrian tak jarang menyumbangkan pemikirannya sekaligus menjadi narasumber bagi komunitas.

AARC rutin menjalankan program tadarusan buku setiap hari Rabu sore. Sampai saat ini sudah berjilid-jilid buku ditamatkan oleh komunitas ini.

“Apa pun buku dan karya yang ditadaruskan tiap Rabu sore di Museum KAA sampai tahun ini, pasti ada satu peran serta narasumber dari beliau. Ketersambungan agenda Museum KAA dan AARC agar kami turut berpartisipasi aktif tak bisa dilepaskan dari andil beliau,” tutur Adew.

Bagi Adew, Kang Des lebih dari sekadar kawan, mentor, bahkan telah menjadi guru sekaligus sahabat yang menyenangkan. Kang Desmond menjadi tempat bercerita dan bertukar pikiran yang membuat Adew makin kerasan bergiat di Museum KAA. Desmond mengajarkan bagaimana mencintai sejarah sehingga menumbuhkan kecintaan pada negeri.

Adew sehari-hari dikenal sebagai musikus balada. Suatu waktu, ia dan rekannya menggarap musik tentang Semangat Bandung. Dalam garapan ini, Kang Des berperan sebagai pembaca teks pidato Bung Karno.

“Sungguh sungguh besar jasa, kebaikan dan pengabdian, Kang Desmond bagi keberlangsungan AARC selama ini. Kepulangan Kang Desmond, menjadi kehilangan terbesar buat saya secara pribadi. Memang tak tergantikan sosok beliau yang membumi dan luas lagi mendalam ilmu pengetahuannya ini,” ungkap Adew.

Mengutip linked.in, Desmond Satria Andrian merupakan alumnus Universitas Katolok Parahyangan (Unpar), Bandung. Perjalanan karier Desmond Satria Andrian banyak bergelut di bidang museum. Ia tercatat sebagai Edukator Museum Konferensi Asia Afrika sejak Februari 2004. Kemudian menjadi koordinator program Asosiasi Museum Indonesia Daerah Jawa Barat (Amida Jabar).

Di luar museum, ia aktif di bidang pendidikan, di antaranya menjadi editor Jurnal Ilmiah Patanjala, mentor di klub belajar Geostrategy Study Club – Indonesia, dan mengajar di Universitas Pasundan (Unpas) sejak 2019 dan International Women University sejak 2015.

Akhirnya, mengutip pesan Adew Habtsa, selamat berpulang, Kang Des. Abadilah bersama perjuangan yang gelorakan semangat Bandung juga solidaritas Asia Afrika.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//