• Berita
  • TPA Sarimukti Bermasalah, Pemkot Bandung Perlu Menetapkan Status Darurat Sampah

TPA Sarimukti Bermasalah, Pemkot Bandung Perlu Menetapkan Status Darurat Sampah

Pengangkutan sampah dari Kota Bandung terhambat karena akses ke TPA Sarimukti yang rusak dan licin akibat cuaca ekstrem.

Tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 7 November 2021. TPA Sarimukti kembali mengalami kendala karena hujan ekstrem. Truk pengangkut sampah kesulitan melajut di jalan rusak dan licin. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana20 Oktober 2022


BandungBergerak.idLagi-lagi Kota Bandung diguncang isu sampah. TPA Sarimukti sebagai tempat pembuangan sampah dari Kota Bandung sedang bermasalah. Musim hujan yang ekstrem membuat jalan di TPA licin dan rusak, menyulitkan bagi truk-truk pengangkut sampah. Namun masalah penumpukan sampah di Kota Bandung bukan kali ini saja terjadi.

Pemerintah Kota Bandung diharapkan segera mengambil langkah-langkah cepat untuk mencegah bencana Bandung lautan sampah. Salah satu langkah yang bisa diambil ialah menetapkan status darurat sampah, sehingga semua pihak turun dalam gerakan mengelola sampah.

Pegiat sampah dari YPBB, Anilawati Nurwakhidin, mengatakan kewalahannya TPA Sarimukti bukan perkara baru atau karena musim hujan saja. TPA di Kabupaten Bandung Barat ini sudah lama penuh atau overload. Musim hujan yang menghambat pengiriman sampah hanya salah satu faktor yang semakin memperparah status TPA Sarimukti.

“Ini bukan karena musim hujan yang bersifat sementara, tapi TPA ini sudah penuh. Kalau perlu diterapkan darurat sampah suapaya bisa menjadi pekerjaan semuanya,” kata Anilawati, saat dihubungi BandungBergerak.id, Kamis (20/10/2022).

Ia menjelaskan, TPA Sarimukti setiap harinya menerima kiriman sampah dari ratusan truk-truk sampah yang berasal bukan hanya dari Kota Bandung saja, melainkan dari Bandung Raya yang terdiri dari Kota Cihami, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat sendiri.

Sampah yang diterima TPA Sarimukti pun beragam, mulai sampah organik atau sampah makanan dan sampah nonorganik. Sementara teknik pengelolaan sampah sudah jauh ketinggalan, yakni dengan skenario membuang sampah ke TPA tanpa proses pemilahan. Skenario ini akan membuat TPA cepat penuh dan akhirnya membutuhkan TPA baru.

Jadi solusinya, menurut Anilawati, memang harus ada program pengurangan sampah sejak awal di lingkup paling lokal, mulai dari rumah tangga, tingkat RT, RW, kelurahan, dan seterusnya.

Sampah yang dipilah adalah sampah organik dan nonorganik. Seperti diketahui, secara umum 50 persen sampah Kota Bandung terdiri dari sampah organik yang sebenarnya tidak harus dibuang ke TPA. Sampah organik ini bisa diatasi di lingkup lokal tadi.

Misalnya, bagi rumah tangga yang punya halaman, bisa membuat biopori untuk penampungan sampah organik. Sedangkan sampah nonorganiknya seperti sampah plastik dan lainnya agar dipisahkan untuk didaur ulang atau diangkut ke TPA. Jika skenario ini massif dilakukan di Kota Bandung, maka volume sampah yang harus dibuang ke TPA Sarimukti akan otomatis berkurang.

Dari sisi pemerintah, Anilawati menyatakan bahwa Pemkot Bandung harus menetapkan status darurat sampah. Sebab dengan sering berulangnya masalah TPA Sarimukti, maka Kota Bandung semakin mendekati darurat sampah.

“Perlu keluar kebijakan dari pemerintah bahwa ini darurat sampah, kita kudu melakukan gerakan ngompos di RW sampai kelurahan. Kita perlu gerakan besar ngomos. Itu akan lebih baik, meski dampaknya tentu tidak akan instan,” katanya.

Untuk saat ini, bermasalahnya TPA Sarimukti memang belum terasa di masyarakat. Tetapi dalam beberapa hari ke depan, TPS-TPS di Bandung akan mulai mengalami penumpukan sampah dan warga akan kesulitan membuang sampah. Dalam sehari saja sampah di TPS tidak terangkut ke TPA, maka keesokan harinya volume sampah akan meningkat menjadi dua kali lipat, begitu seterusnya.

“Jadi kalau kelihatan bakal darurat mending cepat ditetapkan darurat,” katanya.

Anilawati melihat kebijakan Pemkot Bandung sebenarnya sudah mengarah pada pengelolaan sampah skala lokal. Misalnya melalui dokumen Rencana Teknis Pengurngan Sampah (RTPS) tingkat kelurahan. Namun program ini perlu terus didorong agar berlari cepat.

RTPS kelurahan tentunya akan menghadapi kendala berupa keterbatasan sumber daya atau keuangan. Tetapi masalah anggaran ini tidak bisa menjadi alasan karena darurat sampah sudah di depan mata.

“Tapi ada juga kelurahan yang bisa melakukan RTPS, misalnya melalui program Gober. Honor dialihkan superviser ke RW-RW agar mengurusi sampah sehingga mereka bisa menerapkan dokumen tersebut. Sebab kalau mikirin (keterbatasan) duit mah pasti kurang terus. Masalahnya ini lebih ke kamauan,” katanya.

Baca Juga: Tersendatnya TPA Sarimukti Menunjukkan Rapuhnya Pengelolaan Sampah Kota Bandung
Jam Operasional TPA Sarimukti bakal Dibatasi, Kota Bandung Darurat Sampah
Program Kang Pisman Dirasakan Mengendur selama Pagebluk

Cuaca Ekstrem

Pemkot Bandung melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung telah mengumumkan bahwa pengangkutan sampah di Kota Bandung terhambat karena akses ke TPA Sarimukti yang rusak dan licin akibat cuaca ekstrem.

Jalan yang rusak tersebut menghambat truk-truk pengangkut sampah menuju pembuangan ke TPA. Kondisi jalan licin dan berlumpur. Imbasnya terjadi penumpukan sampah di TPS.

Kondisi itu membuat sekitar 100 truk pengangkut sampah dari kota Bandung terpaksa hanya bisa mengangkut sampah satu kali ritase.

Untuk mengurangi penumpukan, Kepala DLHK Kota Bandung, Dudi Prayudi mengimbau petugas pengangkut sampah tingkat RW melakukan penjadwalan sampai kendala di TPA Sarimukti teratasi.

"Kami mengimbau petugas pengangkutan roda sampah di tingkat RW untuk melakukan penjadwalan. Jadi sampah yang dibuang ke TPS tidak menumpuk," kata Didi, dalam siarang pers Rabu 19 Oktober 2022.

Dudi mengungkapkan, Pemprov Jabar sebagai pengelola TPA Sarimukti akan melakukan perbaikan jalan agar akses truk pengangkut sampah bisa kembali lancar. Jika jalan sudah diperbaiki, ia berharap pengangkutan sampah ke TPA Sarimukti bisa kembali normal.

Perlu diketahui, setiap harinya Kota Bandung menghasilkan sampah antara 1.300-1.500 ton. Semua sampah ini dibuang ke TPA Sarimukti yang berkapasitas 1.200 ton per hari. Total sampah dari Bandung Raya yang dikirimkan ke TPA Sarimukti mencapai 2.000 ton per hari.

Pada akhir tahun 2021, masalah sampah TPA Sarimukti pernah bergejolak. Hal ini terjadi karena alat-alat berat pengelola sampah di TPA ini kehabisan BBM. Dampaknya, terjadi penumpukan sampah di TPS-TPS di Kota Bandung. Antrean truk-truk pengangkut sampah pun tak terhindarkan. 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//