• Berita
  • Sampah Pangan dari Hotel dan Restoran di Bandung Kurang Terpilah

Sampah Pangan dari Hotel dan Restoran di Bandung Kurang Terpilah

Timbulan sampah makanan di Kota Bandung rata-rata adalah antara 0,23-2 liter per orang per hari. Komponen terbesar adalah sampah pangan.

TPS Jalan Cikutra, Bandung, 20 Oktober 2022. Pengangkutan sampah di Bandung Raya terganggu akibat akses jalan ke TPA Sarimukti digenangi lumpur dan limbah cair sampah. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana1 November 2022


BandungBergerak.idKrisis pangan mencancam dunia. Sebagai daerah yang 97 persen kebutuhan pangannya disuplai dari luar, Kota Bandung tak lepas dari ancaman ini. Maka untuk meresponsnya, Pemkot Bandung baru-baru ini mengampanyekan pentingnya pengendalian sampah pangan (food waste).

Data Pemkot Bandung menyatakan, timbulan sampah Kota Bandung 1.594,18 ton per hari. Sebanyak 44-52 persen didominasi oleh sampah sisa makanan.

“Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menghargai makanan dengan melakukan pembelian makanan yang terlalu banyak atau penyiapan porsi makanan yang terlalu banyak pada suatu acara yang tidak sebanding dengan konsumsi makanan merupakan salah satu faktor dari sekian banyak penyebabkan food waste,” ujar Kepala DKPP Kota Bandung Gin Gin Ginanjar, dalam siaran pers terkait kampanye food waste.

Kampanye pengendalian sampah pangan dilakukan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung bersama Akademi Pariwisata NHI Bandung dan produsen makanan, di Persimpangan Cikapayang Dago, Jalan Ir. H. Djuanda – Jalan Surapati, Senin, 31 Oktober 2022,

Gin Gin mengatakan, upaya sederhana yang dapat dilakukan dalam mencegah food waste di antaranya menghargai makanan, mengambil makanan secukupnya, dan menghabiskan merupakan salah satu upaya yang mudah untuk dilakukan.

“Kampanye yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung ini bertujuan untuk mengurangi food waste atau makanan yang terbuang,” kata Gin Gin.

Data yang dirilis Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan sejumlah lembaga mengenai hasil studi komprehensif terkait food loss & waste di Indonesia pada 2021 menunjukkan, sampah makanan yang terbuang di Indonesia sejak tahun 2000 hingga 2019 mencapai 23-48 juta ton per tahun atau setara 115-184 kilogram per kapita per tahun. 

Sementara itu, sebuah penelitian yang dilakukan para peneliti dari ITB menunjukkan bahwa timbulan sampah makanan di Kota Bandung rata-rata adalah antara 0,23-2 liter per orang per hari. Dari jumlah ini, komponen terbesar dari sampah sisa kegiatan memasak dan makan adalah sampah organik, kertas/tissue, dan plastik dengan persentase masing-masing adalah 73 persen, 11 persen, dan 12 persen. Persentase untuk styrofoam, besi, dan kaca relative kecil yaitu sebesar 4 persen.

Penelitian tersebut dipublikasikan dalam Jurnal Teknik Lingkungan Volume 19 Nomor 1, April 2013, ditulis Gladys Brigita dan Benno Rahardyan dari Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB.

Penelitian dilakukan dengan mengambil titik sampel dalam 7 kategori (food court, RM padang, RM Sunda, hotel, PKL, RM siap saji, kafe). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa permasalahan persampahan yang timbul dalam pengelolaan sampah sisa makanan ini terkait dengan rendahnya kesadaran pihak pengelola restoran dan hotel untuk melakukan pemilahan sampah. 

Di samping itu, rendahnya kesadaran pihak hotel dan restoran itu tidak lepas dari minimnya komitmen, sarana, dan informasi dari pemerintah dalam melakukan pengelolaan sampah khusus sisa makanan.

Menurut para peneliti, permasalahan tersebut sebenarnya dapat diminimalisasi dengan meningkatkan pemahaman pentingnya mengelola sampah makanan secara khusus serta menyediakan sistem pengelolaan sampah baik dan terintegrasi.

Selain itu, peran pemerintah diperlukan dalam memfasilitasi pemilahan sampah pangan. Pemerintah diharapkan lebih aktif lagi dalam melakukan kerja sama pemilahan sampah dengan restoran dan hitel di Kota Bandung.

“Potensi daur ulang sampah makanan sebenarnya sudah tersedia, namun kerja sama antara pengelola restoran dan hotel dengan pemerintah dalam hal pemilahan dan daur ulang sampah makanan masih minim,” kata Gladys Brigita dan Benno Rahardyan, pada jurnal penelitian yang diakses Selasa (1/11/2022). 

Baca Juga: Data Sebaran TPS di Kota Bandung serta Jumlah Sampah yang Masuk dan Diangkut per Harinya Tahun 2016: Sampah akan Menggunung Apabila Pengangkutan Tersendat
Tiga Tahun Oded-Yana, Berkutat dengan Bom Waktu Sampah
Langkah Kreatif Mengelola Sampah Plastik

Sampah Pangan Kota Bandung Dikhawatirkan Meningkat

Sampah pangan Kota Bandung diperkirakan akan terus meningkat seiring tingginya laju pertumbuhan penduduk. Hal ini diperparah dengan sistem pengelolaan sampah yang masih ketinggalan, yakni dengan metode landfilling atau yang dikenal sebagai sistem kumpul-angkut buang di dalam landfill (TPA).

“Padahal volume dan luas area yang digunakan untuk sistem landfilling sangat terbatas mengingat volume timbulan sampah yang dihasilkan malah semakin bertambah,” kata peneliti.

Kota Bandung  telah  mengalami  masalah  sampah  yang parah pada  2005 dengan longsornya TPA Leuwi Gajah. Tragedi yang menewaskan lebih dari 100 orang ini terjadi karena ledakan gas metan yang dihasilkan dari penguraian sampah organik atau sampah pangan.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//