• Kolom
  • CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #11: Teten Nuroddin, Penggagas Taman Baca dan Kopi Cikahuripan

CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #11: Teten Nuroddin, Penggagas Taman Baca dan Kopi Cikahuripan

Sejak tahun 2017, Teten mengelola TBM Cikahuripan. Pendirian TBM didasari niat untuk mengembangkan potensi kampung halamannya, termasuk di bidang pengembangan kopi.

Muhammad Luffy

Pegiat di Lingkar Literasi Cicalengka

Teten Nuroddin, penggagas Taman Baca Masyarakat atau TBM Cikahuripan. Ia juga menggali potensi kopi Cikahuripan. (Foto: Muhammad Luffy/Penulis)

10 November 2022


BandungBergerak.id - Kala itu tahun 2017. Teten mendirikan sebuah Taman Baca Masyarakat (TBM) di kediamannya, di Kampung Cikahuripan, Desa Nagrog, Kecamatan Cicalengka. Teten menimba inspirasi dari kampungnya itu. Taman baca ini diberi nama TBM Cikahuripan.

Desa Cikahuripan sendiri mempunyai potensi alam yang bagus. Bila berkunjung ke sana, kita akan disuguhi berbagai pemandangan yang indah, disertai dengan suara beberapa hewan yang tiba-tiba terdengar oleh telinga; cuitan burung diselingi suara kodok dan desiran pohon. Bahkan pada waktu sore suara kodok lebih banyak terdengar pertanda malam hari akan segera tiba.

Ada dua jalur yang dapat ditempuh untuk menuju ke TBM Cikahuripan. Pertama, kita bisa masuk dari arah Yonif. Meski berada di seberang jalan menuju Cikahuripan, daerah itu sudah dikenal warga dengan sebutan Yonif sebagai markas Batalyon Infanteri Para Raider 330. Dari situ jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh, hanya sekitar 1 kilometer menuju TBM Cikahuripan.

Jalur kedua, kita bisa masuk dari arah Sawah Lega. Sebagai penanda, kita bisa masuk dari sisi pos polisi. Jarak yang ditempuh dari sini sedikit memutar ketimbang mengambil arah dari Yonif. Meski begitu, jalur Sawah Lega sangat menarik pandangan karena dimanjakan dengan nuansa alamnya. Di kanan dan kiri kita bisa sekaligus menyusuri hamparan sawah yang hijau. Bahkan di sepanjang jalan, jalurnya cenderung berkelok dan menanjak dengan diiringi oleh beberapa gunung dan bebukitan, yang selanjutnya beralih menurun dan mendatar.

Saat tiba di TBM Cikahuripan, kita juga bisa berisitirahat sejenak di halaman sekitar TBM yang berdampingan dengan rumah Teten. Selain dikelilingi berbagai tanaman hias, di situ terdapat pula beberapa tempat duduk yang dibuat dari semen secara permanen. Bahkan kita bisa sambil membaca di halaman tersebut dengan udara yang terbilang sejuk.

Di ruangan TBM terdapat satu rak buku yang lumayan lebar. Rak tersebut berisi berbagai buku pelajaran anak maupun buku-buku lainnya. Di samping itu, ada juga meja barista, biji-biji kopi yang masih tersaji dalam toples ukuran sedang; ditambah alat untuk menyeduh kopi, seperti penggilingan, timbangan, teko dan penyaring kopi.

Sejak tahun 2017 Teten mendirikan TBM itu. Keinginan Teten dalam mendirikan TBM didasari pula oleh niat untuk mengembangkan potensi kampung halamannya tersebut. Sejalan dengan itu, ia juga mencoba untuk bergelut dalam bidang kopi yang ditanam di lingkungan rumahnya. Awalnya ia hanya ingin memanfaatkan kopi di kebun miliknya. Lambat laun Teten pun terpikirkan untuk mengembangkan budi daya kopi tersebut karena dianggap mempunyai potensi yang baik. Alhasil, ia bisa tahu rasa kopi yang ia kelola sendiri, setelah ia mencicipi kopi yang telah diproses dari dataran tinggi kawasan Cicalengka itu.

Penggabungan taman baca dengan kedai kopi memang sudah digagas sejak awal oleh Teten. Sebagai seorang guru sekaligus pengurus di Desa Nagrog, Teten membangun semua itu sendirian, dengan suatu konsep yang muncul di benaknya. Konsep itu sampai sekarang terus ia pikirkan dan terapkan, terutama yang berhubungan dengan nama tempat dan aktivitas yang sedang ia geluti, yakni pojok kopi literasi. Semula pojok kopi literasi merupakan nama awal dari TBM Cikahuripan. Namun, karena Teten ingin mengembangkan nama kampungnya dalam berbagai hal, akhirnya digunakanlah nama Cikahuripan untuk TBM dan kopi yang ia budi dayakan itu.

Baca Juga: CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #8: Menilik Kembali Dinamika Proyek Jalur Kereta Api Ganda Bandung-Cicalengka
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #9: Kerja Lingkar Kopi Cicalengka Menciptakan Ekosistem Kopi Lokal
CATATAN DARI BANDUNG TIMUR #10: Seniman itu Bernama Ade

Kopi Cikahuripan yang diproduksi Teten Nuroddin, penggagas Taman Baca Masyarakat atau TBM Cikahuripan. (Foto: Muhammad Luffy/Penulis)
Kopi Cikahuripan yang diproduksi Teten Nuroddin, penggagas Taman Baca Masyarakat atau TBM Cikahuripan. (Foto: Muhammad Luffy/Penulis)

Potensi Kopi Cikahuripan

Pertalian Teten dengan kopi sebetulnya sudah dimulai sejak kecil. Saat itu banyak tanaman kopi telah tumbuh di kebun yang kini ia garap. Tetapi kesadaran Teten untuk memanfaatkan kopi itu baru muncul belakangan, sampai ia belajar sendiri bagaimana mengolah kopi yang masih berbentuk biji-bijian.

“Sebetulnya tanaman kopi sudah ada sejak saya kecil. Lalu saya terinspirasi untuk mengembangkan kopi itu karena tampaknya kopi ini mempunyai potensi. Dari situ saya belajar mengolah dengan berbagai prosesnya. Dari mulai panen, sampai penyeduhan,” ujar Teten.

Pada tahun 2019 Teten mengikuti kursus barista secara daring. Hal ini sebagai bentuk keseriusan Teten dalam urusan produksi kopi. Melihat tren kopi di Nusantara yang semakin masif, Teten pun rela mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk biaya kursus barista itu. Harga tersebut tentu sebanding dengan harapannya untuk mengembangkan produksi kopi di Cikahuripan. Sehingga melalui tahapan proses yang dipelajari, Teten dapat memproduksi kopi sendiri.

Saat ini perkebunan kopi yang sedang digarap Teten tidak seluas perkebunan kopi lain di Jawa Barat. Dalam sepetak kebun itu terdapat empat pohon jenis robusta. Lalu sisanya berjenis arabika yang berjumlah sekitar 3.000 pohon. Menurut salah seorang pecinta kopi di Cicalengka, kopi Cikahuripan mengandung cita rasa yang awet. Saat dicicipi ada rasa khas yang terus menempel di lidah. Bahkan seorang staf Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat menilai bahwa rasa kopi Cikahuripan sangat berbeda dengan kopi lain di Priangan yang pernah dicicipinya. Sehingga hal ini meyakinkan Teten jika kopi CIkahuripan perlu untuk disebarluaskan.

Sebagai salah seorang pegiat literasi di Cicalengka, Teten bukan hanya memperlihatkan konsep taman bacaan dan kedai kopi di Cikahuripan, tetapi juga menunjukkan andilnya dalam menggarap Taman Sehati yang berada di bawah naungan Desa Nagrog. Bukan hanya itu. Konon, saat ini, Teten ingin mengembangkan tanaman tembakau, karena menurutnya tembakau merupakan komoditas kedua di Cikahuripan.

Seperti halnya kopi, Teten memikul harapan bahwa komoditas tembakau ini bisa ia manfaatkan secara komersial. Mungkin ke depannya, Teten akan mem-branding tanaman tembakau tersebut dengan nama Cikahuripan. Nama ini tentu ia gunakan sebelumnya pada TBM dan produk kopi yang sedang digelutinya.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//